Arabella berlari menuju kamarnya, membuka pintu lalu masuk.
Brakkk!
Pintu ditutup dengan cepat. Gadis itu merosot ke lantai.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk! " darah lolos daru sela sela tangan lentiknya dan menetes di gaun tidur berwarna putih. Seperti bunga yang mekar di hamparan gurun salju. Mematikan tapi terlihat begitu cantik.
"Ella? Kau baik baik saja? Ella?!" suara panik Alrescha terdengar terus menerus.
Arabella meraih ponselnya dan berkata dengan lemah. "Ya, aku ga papa. "
Alrescha duduk di atas ranjang dengan kaku. Alisnya terus terjalin karena khawatir.
"Ya, aku ga papa. "
Laki laki itu mencengkeram selimut di atas ranjang dengan kuat hingga terlihat kusut. "Buat panggilan video sekarang juga! "
"Ya? " Arabella menatap tangan dan gaunnya yang berlumuran darah dengan panik. "Nggak! Aku ga papa! Beneran! "
Suara dingin terdengar dari seberang. "Buat panggilan atau aku akan pergi ke rumah mu dalam tiga dua sa-"
"Jangan! " wajah Arabella yang berantakan segera terpampang di layar ponsel.
Arabella menghapus semua noda darah di wajahnya dengan lengan baju. "Jangan kema- Ah! "
Arabella melempar ponselnya ke atas ranjang secara spontan.
Tiba tiba melihat layar berwarna hitam, Alrescha bertanya dengan panik. "Ella? Apa yang terjadi?! "
"Aku yang seharusnya bertanya, kenapa kamu ga pake baju?! "
Alrescha menatap dirinya sendiri. Karena terlanjur khawatir dia sampai lupa bahwa dirinya memang belum memakai apapun.
"Aku bisanya tidur tanpa menggunakan baju. "Jelas laki laki itu.
"Tapi.... Tapi... Tapi.... "
"Aku akan memakai baju dan kamu akan mengganti gaun berlumuran darah itu, oke? "
"O... Oke. "
Arabella mencuci tangannya, mengambil baju tidur berwarna putih dan sedikit warna kuning berbentuk kelinci lalu menggantinya di kamar mandi karena takut di dengar atau di lihat oleh Alrescha.
Sedangkan Alrescha? Ia bahkan tidak mau repot untuk memakai pakaian lengkap. Dia hanya menggunakan boxer dan membalut tubuhnya dengan piyama kimono sepanjang lutut.
Entah sudah berapa lama, wajah pucat tanpa riasan kembali muncul di layar ponsel Alrescha. Pipinya yang pucat sedikit merah karena tamparan dan bibirnya yang sobek tidak bisa di tutup tutupi. "Oleskan obat di pipi dan bibir mu. "
"Oke. " Arabella mengambil sesuatu dari kotak p3k dan kembali duduk di atas ranjang untuk mengoleskannya dengan patuh.
"Udah. "
Alrescha menatap Arabella dari awal sampai akhir dan merasa puas. "Ada yang sakit di bagian lain? "
Arabella menggelengkan kepalanya dengan khawatir. "Kalo Alrescha nanya gue harus ngomong apa? "
"Bagus, masuk ke selimut dan aku akan menemani mu sampai kau tidur. "
"Kenapa? Kamu ga mau tidur juga? " bingung Arabella.
"Kamu tidur dulu. "
"O.. Oke. " Arabella memasukkan tubuhnya ke dalam selimut dengan patuh. Entah kenapa dia sama sekali tidak bisa membantah perintah laki laki itu. Mungkin karena ketegasannya atau mungkin karena hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Antagonis Dalam Novel [End]
Novela JuvenilDalam sebuah cerita, antagonis selalu menjadi pihak yang salah dan protagonis selalu menjadi pihak yang benar terlepas dari apa yang mereka alami. Mengisahkan seorang gadis remaja yang bereinkarnasi menjadi tokoh antagonis dalam novel yang telah dia...