Assalamualaikum, temen-temen.
Sebelum baca cerita ini, follow dulu akun ni
Biar bisa ga ketinggalan jejak hehe
Aku juga mau ngucapin makasih buat kalian
Yg udah temenin aku pas on going
Dan makasih yg udah masukin ke list kalian.
HAPPY READING
...“Semuanya bersifat sementara, bukan selamanya.”
-Areksa Mahendra-
“Apa kita harus terakhir seperti ini?”
-Tamara-
"Bang, lo main dari tadi di depan pintu gue mulu? Naksir lo?" tanya Tamara ketika melirik Bima di depan pintu kamarnya. Apa lagi, pemuda itu sangat tekad di depan pintu sejak jam 6 pagi.
Bima menoleh dan menjawab, "dih gila kali lo! Gue dari tadi kesini buat jagain kalo, ga kabur kaya kemarin tuh."
Gadis yang berada dimeja belajar hanya bisa kekeh mendengar hal itu. "Caelah, gimana caranya lo dimarahin sama bunda sama papah? Enak?"
"Brisik lo. Lagian lo bilangnya ada urusan, ya gue bilangnya begitu.. Lo kemarin ke mana emangnya?" tanya Bima menatap adek dengan wajah tak suka.
Tamara menyengir. "Hehe, sorry lah bro. Santai-santai, ya. Ohya, kemarin gue ketemuan sama Sagara ditaman, dan katanya dia minta tolong sama gue, gue ya mau. Eh, pas dijalan tuh ada Galen."
"Ngapain Galen kesana? Cari mati? Terus gimana, Sagara sama Galen ribut?"
Tamara menggelengkan kepalanya cepat. "Gue juga ga tau dia ngapain kesana, deket taman itu lho.. Dia keknya liat gue, dia marah-marah sama Saga. Galen tuh benci sama Sagara keknya, gara-gara kejadian dirumah sakit. Karena gue deket sama Saga."
Bima menganggukkan kepalanya ketika mendengar setiap kalimat yang diucapkan olehnya. Otaknya memutar. "Cari ribut plus cari mati si.. Gue juga pengen keluar dari revolt. Kaya geng ga ada gunanya juga."
"Bilangnya begitu, terus kenapa dulunya lo join bang!?" kesal Tamara. Ia memutarkan bola matanya malas.
"Keliatannya seru begitu." jawabnya santai sambil menyengir.
"Ohya, nanti tante Hawa kesini jam berapa emangnya bang?"
Bima langsung melihat jam tangannya yang berada ditangan kirinya, sekilas otaknya memutar untuk berfikir. "Agak siang katanya. Soalnya.. Ada urusan Sagaranya."
Tamara menganggukkan kepalanya. "Oke, siaplah. Pagi ini gue memberanikan untuk ketemu sama Areksa, bang. Kemarin sempet gue kirim surat, ya kali gue kirim surat doang ga ketemu."
"Mau cari penyakit lo?" ketus Bima. Sungguh, pemuda itu tak suka jika sang adeknya berurusan dengan Areksa.
"Kaga, gue mau bilang hal penting juga. Gue sama Areksa memang udah jadi mantan dan ga akan pernah balikkan atau jadi suami istri suatu saat nanti. Tapi... Areksa pernah buat gue jadi satu-satu perempuan beruntung bisa kenal Areksa."
🌺
"Sagara... Apakah kamu siap untuk menerima semua keputusan nak Tamara?" tanya Hawa dengan nada lembutnya. Hawa mengelus-elus pucak ramput putranya yang berbaring dikeranjangnya, kepalanya berada dipaha wanita itu.
Pemuda itu menganggukkan kepalanya pelan, kemudian menghelakan nafasnya perlahan. "Ya, Sagara terima umma.. Cinta memang ga harus kita miliki. Karena semuanya, sudah ditakdir oleh Allah. Tapi, Sagara berharap, umma.. Tamara memilih Sagara."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }
Novela Juvenil{DILARANG MEMBACA MENUNGGU END. BACA SEADANYA! FOLLOW AKUN INI DILARANG PLAGIAT KARYA PENULIS} Bagaimana jatuh cinta kepada seorang penulis? Ini menceritakan seorang penulis menceritakan kisah nyatanya, kisah ANTARA DUA SURGA. Kisah ANTARA DUA SURG...