9. Panic Attack

1.8K 166 5
                                    

"Lovi brengsek."

"Seenak jidat aja dia nambah nambahin jadwal latihan gw. Padahal dia sendiri juga jarang latihan. Tau gitu gw calonin diri jadi ketua juga biar bisa seenaknya." Marvel terus mengoceh tentang seberapa kesal ia dengan kapten basketnya sekarang. Didalam mobil, yang lainnya hanya mendengarkan ocehannya itu sedari tadi.

Mereka kini dalam perjalanan pulang. Marvin yang mengemudi, dan kembarannya Marvel yang duduk disampingnya. Sedangkan Nilam, Niko dan Saga duduk di kursi belakang.

Niko ingin berbicara sedari tadi, tapi Marvel masih belum selesai dengan ocehannya. Lama sekali Niko menunggu sampai akhirnya Marvel capek sendiri dengan ocehannya.

"Mau makan makan ga? Ngerayain kemenangan Marvel. Gw yang teraktir deh," ujar Niko yang mengundang atensi keempat sahabatnya.

Mendengar itu, mood Marvel seketika berubah menjadi sangat baik. Marvel yang duduk pada kursi depan mobil menoleh kebelakang untuk melihat Niko. "Ayok! Udah lama kita berlima ga makan bareng diluar. Tapi yang teraktir gw deh, kan ceritanya mau ngerayain kemenangan gw."

"Okee. Nilam, Marvin, Saga gimana? Mau ikut?"

Nilam tersenyum lembut saat mendapati Niko menatapnya penuh harap. Niko berharap ia menyetujui permintaannya. Tentu saja, apapun yang membuat Niko senang, asal itu tidak membahayakannya Nilam akan dengan senang hati mengiyakan permintaannya itu.

"Iya, ayo kita makan makan." Nilam mengusak rambut Niko. Niko bersorak girang, kalau Nilam sudah menyetujuainya berarti setengah dari kemungkinan yang ada sudah pasti akan terjadi. Sekarang tinggal menunggu persetujuan Marvin dan Saga.

"Ayok, gw juga udah lapar. Tapi kita makan seafood ya. Gw lagi kepingin makan kepiting." Marvel memberi saran.

Niko menangguk setuju. Tidak apa adal mereka makan makan bersama diluar. Sekarang hanya tersisa Saga. Sedari tadi dia hanya diam duduk tenang disamping Niko, tidak berniat untuk bergabung dalam percakapan mereka.

"Saga gimana?"

Saga menoleh kearah Niko yang duduk disampingnya. "Lo mau gw ikut?"

"Iyalah! Lo harus ikut sama kita. Orang yang sering bolos kumpul itu lo. Jadi kali ini lo ikut makan makan bareng kita yaa."

Saga tersenyum tipis. "Kalau lo pengennya gitu, gas aja."

"Sip! Clear semua ni ya. Ayok Vin cari tempat makan yang paling enak. Kita makan sepuasnya, biar Marvel yang bayarin." Niko berteriak senang. Hari ini moodnya sangat bagus. Niko lagi punya tenaga untuk teriak teriakan kayak gini. Biasanya kalau Niko lagi dalam mode reog gini, Marvel akan menjadi partnernya.

"Gass! Gw kasi kalian makan sampe kenyang anjir. Masalah uang santai aja, kita semua kaya elah wkwkk. Entar kalau uang gw ternyata gw cukup, tinggal mintak Marvin aja. Ya ga, bang?" Marvel menyenggol lengan Marvin dengan sikunya yang tengah fokus menyetir.

"Enak banget mulut lo itu ngomong ya. Bayar sendiri. Kayak kata lo tadi, gw bakal pesan semua yang gw mau entar. Semisal entar lo ga mampu bayar, gw tinggal lo disana buat jadi tukang cuci piring."

Mata Marvel melotot, panik kalau Marvin beneran melakukan itu padanya. Padahal uang Marvel saat ini saja sudah cukup untuk mereka makan makan mewah selama satu tahun. Entah apa yang ia panikkan dengan gurauan kembarannya itu.

"Ah, lo kalau bercanda ga lucu Vel."

Gimana ga panik. Marvin itu orang yang paling serius dengan perkataannya. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau Marvin benar benar akan meninggalkannya untuk cuci piring disana. Marvel ga pengen ditinggal sendiri disana.

GAMERS BABYBOY || NIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang