PART 15

0 0 0
                                    

Suasana didalam kamar rawat inap Bayu yang tadinya hening kini berubah menjadi suasana yang mencekam.Naira tadi sudah menghubungi Dodi jika dirinya akan pulang telat karena Bayu masuk rumah sakit. Kebetulan Dodi memang sedang pergi ke luar kota untuk mengikuti temannya yang sedang mengadakan pameran. Dodi hanya menitipkan salam saja kepada Bayu dana berdoa semoga Bayu segera diberikan kesembuhan. Naira hanya mengiyakan tanpa bercerita tentang kejadian apa yang bisa membuat Bayu dirawat dirumah sakit.

Bayu sedari tadi memang belum sadar kan diri, Naira dan Rendi tidak tega jika meninggalkan Laura dan Seina menjaga Bayu disini berdua sehingga Naira dan Rendi memutuskan untuk menemani keduanya. Laura dan Seina masih setia duduk disamping brangkar Bayu menanti Bayu membuka matanya. Tidak banyak kata yang keluar dari Laura dan Seina sedari ruangan Dokter tadi yang ada malah keduanya hanya terdiam dan menatap Bayu dengan tatapan iba saja. Rendi maupun Naira tak berani bertanya banyak tentang apa yang dikatakan dokter tadi pada keduanya.

Karena Bayu belum sadar kan diri keempat orang itu bergegas ke masjid buat melaksanakan sholat magrib. Ketiganya tak pergi kemana-mana setelah selesai sholat dan mereka semua langsung kembali keruangan Bayu. Mereka semua dikejutkan dengan satu hal dimana saat mereka membuka pintu ruangan milik Bayu. Dimana ada wanita dan laki-laki paruh baya yang masih lengkap dengan pakaian kerja mereka. Mereka tak lain adalah kedua orangtua Bayu sendiri.

Naira menyadari jika kedua orang tua tersebut adalah Ayah dan Mama Bayu dimana tadi Seina sempat dengan lirih memyebut 'Mama, Papa'. Rendi mungkin sudah kenal dengan mereka melihat wajah Rendi yang terlihat biasa saja saat mendapati kedua orang tersebut.

"Papa tidak bisa lama-lama karena sebentar lagi Papa akan terbang ke Paris, Abang sakit apa?. " Tanya laki-laki bernama Prasetyo itu saat melihat keempatnya masuk keruangan Bayu.

"Mama juga besok ada seminar di Surabaya dan seminar itu penting, nggak bisa diwakilkan jadi malam ini Mama juga harus ke  Surabaya. " Ucapa Lasmi -Ibu Bayu-.

Seina dan Laura tersenyum masam melihat kedua orangtuanya lebih mementingkan pekerjaan mereka daripada Anaknya yang sudah jelas-jelas terbaring lemah diatas brangkar tepat didepan mata mereka sendiri.

"Mama sama Papa sudah meminta Om Sanjaya untuk mencarikan rumah sakit di Singapura biar Abang dirawat disana. " Ucap Pras lagi karena tidak mendapat sahutan apa-apa dari kedua putrinya.

"Kenapa Kalian kesini?. " Tanya Seina dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

"Maksud Adek apa sih?. " Tanya Lasmi sambil tangannya mencengkeram erat pundak Seina namun langsung ditepis oleh tangan Seina.

"Kenapa Kalian kesini kalau cuma mau mengatakan jika Kalian mau pergi, mengurus urusan Kalian!. " Tambah Laura yang langsung mendekap tubuh Seina.

Kedua orang tersebut hanya diam saja karena tidak tahu harus berkata apa kepada kedua putrinya yang terlihat sangat kecewa sekali dengan mereka berdua. Perjalanan bisnis keduanya sangatlah penting karena menyangkut dengan kenaikan jabatan bagi keduanya dan menyangkut karir keduanya di masa depan sehingga keduanya tidak bisa mengorbankan waktu mereka hanya untuk duduk dirumah sakit menunggu putranya.

"Papa nggak punya banyak waktu untuk berdebat dengan Kalian!."

"Kami juga tidak lagi ingin berdebat dengan Kalian. Jadi, silahkan pergi dari sini dan satu lagi Abang tidaklah perlu dirawat di luar negeri. "

"Laura! Jaga bicara Kamu, yang sopan dengan Papa dan Mama!. " Marah Lasmi dengan nada tinggi.

"Kenapa?. Bukannya kalian buru-buru?. "

Suasana semakin memanas, Naira dan Rendi yang sudah terlanjur masuk lebih memilih duduk disofa agak jauh dari keluarga itu bertengkar, karena tidak tahu harus berbuat apa jadi keduanya hanya diam saja tidak ingin ikut campur dengan urusan mereka, mengingat keduanya disini bukanlah siapa-siapa. Toh, sedari tadi juga keberadaan keduanya tak dilirik pun oleh kedua orang tua Bayu, mungkin keduanya tak menganggap Naira dan Rendi ada diantara mereka semua.

TAKDIRWhere stories live. Discover now