Chap17

2 1 0
                                    

Enjoy your time

.

.

.

.

.

BRUKK

Satu Aero lagi telah tumbang, sebagian yang masih selamat memilih untuk melarikan diri. "Jika itu prajuritku, aku pasti akan menyuruh mereka memenggal kepalanya sendiri di hadapanku," kata Ethan melihat banyaknya Aero yang lari terbirit-birit. Pemimpin mereka telah dikalahkan oleh buronan incaran mereka.

"Astaga, hari ini sangat melelahkan," keluh Theo terduduk di antara tubuh yang sudah tidak bernyawa. Memanggil Golem dan menggunakannya dalam waktu yang lumayan lama membuat energinya terkuras. Belum lagi dia yang harus bertarung untuk menjada dirinya sendiri. "Kau sudah melakukannya dengan baik." Leon datang mendekat dan berjongkok membelakangi Theo. "Naik!" perintah Leon mutlak. Dengan perlahan Theo menaiki punggung Leon. Dulu dia hanya bisa mengeluarkan paling banyak 10 Golem, tapi tadi dia bisa mengeluarkan hampir 20 Golem. Pantas saja dia sangat lemas.

Leon menggendong Theo dan melangkah menuju tempat Ethan berada. Di sana semua sudah berkumpul kecuali Leon dan Theo.

"Itu mereka!" seru James begitu mendapati sosok Leon tengah menggendong Theo di punggungnya. Mereka segera menghampiri Leon agar dia tidak berjalan terlalu jauh. "Ah, dia tertidur," kata Lilith saat dia memeriksa keadaan Theo.

"Biarkan saja, dia pasti sangat lelah. Lagipula kita harus segera pergi dari sini sebelum pasukan Aero lain akan datang."

Mereka mengangguk menyetujui Ethan. Lilith memanggil segumpal awan besar yang bisa menampung mereka berenam. Tidak lupa juga dia memasang lapisan tidak terlihat agar tidak ada kejadian penyerangan seperti sebelumnya. Perjalanan merekapun berlanjut.

Theo masih tertidur lelap, begitupun James yang tertidur pula di sampingnya. Menyisakan empat orang yang lebih dewasa tengah memikirkan strategi yang akan mereka lakukan selanjutnya.

"Seharusnya kita dulu tidak mengajak mereka membuat sumpah," ujar Lilith pelan. James dan Theo, dua pemuda itu masih berusia belasan tahun saat mereka bergabung ke kerajaan dulu. Meskipun saat ini mereka berada di dalam tubuh yang seumuran, tapi tetap saja jiwa mereka masih sama seperti saat mereka meninggal dulu. Sudah terlihat siapa yang paling dewasa dan siapa yang masih kekanakan, Ethan pengecualian karena sifatnya yang memang seperti itu.

James yang bergabung terlebih dulu, mengikuti serangkaian tes untuk bagian penjagaan rakyat. Dia hanya berusia 15 tahun saat itu, bersaing di antara puluhan pemuda yang lebih tua darinya. Keahliannya dalam menggunakan elemennya menarik perhatian Max yang saat itu tengah mengawasi berlangsungnya tes. Dengan santainya dia menantang James duel. Anak 15 tahun melawan pemuda 27 tahun, tentu saja semua orang yang menyaksikan pertarungan itu menjagokan Max.

Aturannya siapa yang tumbang terlebih dahulu sampai matahari terbenam akan kalah. Tapi siapa sangka, mereka tetap berdiri tegak dengan luka dan kerusakan di mana-mana hingga matahari benar-benar tidak menunjukkan wujudnya. Ethan yang melihat pertandingan dari awal hingga akhir langsung menerima James dan mengangkatnya sebagai pengawal pribadi Raja. Ya meskipun sejak saat itu Max dan James menjadi sering ribut untuk hal-hal yang sepele. Ditambah Ethan yang selalu memperkeruh suasana membuat suara berisik menghiasi Lorong-lorong kastil.

Untuk kasus Theo sendiri agak berbeda. Dia dirundung oleh peserta lain karena elemennya yang jarang ada dan tidak banyak keahlian yang dia tunjukkan. Senjatanya pun hanya berupa kapak dari bebatuan dan tanah, berbeda dengan yang lain yang bisa berupa pedang atau senjata keren lainnya. Saat itu dia masih berusia 16 tahun, harus melawan berbagai rundungan yang diterimanya.

Saat pengujian elemen, para peserta harus saling berduel satu lawan satu untuk menunjukkan siapa yang paling terkuat. Hebatnya, Theo bisa bertahan hingga tersisa 10 peserta lagi. Theo sendiripun tidak bisa menyangka dia bisa bertahan sejauh itu. Dia hanya menggunakan skillnya yang umum saja. Untuk pertandingan terakhir, semua petinggi ikut menonton di arena, termasuk Ethan. Tanpa diduga, semua serangan tertuju pada Theo. Satu lawan sembilan, sangat tidak seimbang untuk ukuran seorang remaja. Tidak disangka, Theo menggambar Lingkaran Elemen yang pada saat itu belum ada yang bisa menguasainya selain petinggi kerajaan. Sebuah Golem muncul, dan itu pertama kalinya dalam beberapa abad seorang Summoner kembali. Dengan mudahnya Theo bisa masuk dalam jajaran orang penting di kerajaan. Dia mendapat tugas penting untuk mengajar lingkaran Elemen bersama Lilith.

Kerajaan sangat damai saat Ethan memerintah dan dia tidak ingin kedamaian itu sirna. Maka dari itu dia membuat sumpah untuk menjaga kerajaannya dalam kondisi apapun. Yang mengetahuinya hanyalah Queen, Lilith, Max, dan Leon. Namun entah bagaimana caranya James dan Theo menerobos ruangan tempat ritual. Dan dengan gamblangnya mereka ingin ikut menjaga kerajaan dengan seluruh jiwa raga mereka. Lilith sempat menolak, namun dia tidak tega melihat tatapan memelas dari dua anak kecilnya itu.

"Kau sendiri yang mengizinkan mereka," ketus Max kesal. "Heh, memangnya kau tega melihat mereka seperti anak kucing yang ingin dipungut?" bantah Lilith ada benarnya juga. Tidak ada yang bisa melawan tatapan itu, bahkan Queen sekalipun.

Ya, itu kesalahan mereka. Harusnya mereka bisa menolak dan tidak membiarkan dua bocah itu ikut berjuang lagi, harusnya mereka sudah tenang setelah kematian, bukannya dibangkitkan lagi untuk menyelesaikan masalah yang bukan mereka perbuat.

"Setidaknya kita bisa menjaga mereka dengan baik."

Leon benar, sudah tanggung jawab mereka untuk menjaga dua anak itu walaupun kekuatan mereka sudah hampir menyamai mereka. Bukannya apa-apa, hanya saja mereka pernah hampir kehilangan James dan Theo karena kelalaian mereka. mereka berjanji hal itu tidak akan terjadi lagi.

Awan besar itu terus melaju pelan, mengikuti instruksi Lilith yang tengah membaca petanya. "Hah? Tembok?" Tanya Lilith tidak yakin dengan apa yang dia lihat. Di depan mereka berdiri sebuah tembok yang begitu tinggi dan besar. Sepertinya itu membatasi tepi pulau dari laut lepas.

"Lilith, kau masih menyimpan teropong?" Lilith mengaduk isi kantung penyimpanannya, mencari benda yang dimaksud. Beruntung Lilith masih menyimpan teropong di sana. Dia segera menyerahkannya pada Max. "Untuk apa?" tanyanya. "Aku hanya penasaran," kata Max sambil melihat ke arah tembok besar itu menggunakan teropong. Dia mengatur teropong itu agar bisa melihat lebih jauh lagi.

"Manusia saat ini sudah gila."

Leon mengambil teropong yang dipakai Max, penasaran dengan apa yang dia lihat. Dan benar saja, Leon tidak berkata apapun setelah melihatnya. Dia hanya saling berpandang bersama Max.

"Tidak ada laut."

"Laut menghilang."

Ethan dan Lilith hanya saling memanadang tidak mengerti. "Apa maksud kalian?" Leon hanya bisa menyerahkan Teropong kepada Lilith agar dia bisa melihatnya sendiri. "Mereka mengerikan," lirihnya.

Ya, laut sudah tertutupi baja, entah seluruhnya atau hanya sebagian.

"Bangunkan James, kita harus menghancurkan penghalang itu."

.

.

.

.

.

------------------Tbc------------------


Thanks for coming. Jangan lupa pencet bintang dan komentarnya yaaa ʕ•ﻌ•ʔ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Was KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang