17. Takut

69 7 0
                                    

Mozza bangun dari tidurnya. Entahlah, kepala gadis itu sangat sakit sekarang.

"Mama" lirih gadis itu. Tak ada yang menyahut. Mozza lupa, ibu nya tidak pulang hampir sebulan.

Hati Mozza mendadak sakit. Kapan mereka pulang? Mozza tidak mendapat kabar sedikit pun dari mereka. Apa mereka sudah melupakan Mozza?

Dengan susah payah gadis itu bangkit dari tidurnya melawan rasa sakit di kepalanya. Tidak ada orang dirumahnya. Memang, keluarga Leandara sama sekali tidak mempunyai Asisten Rumah Tangga, hanya mempunyai supir. ART hanya datang sesekali.

"Ssh" sesekali gadis itu merintih merasakan betapa sakitnya kepala gadis itu.

***

"Mozza belum datang, Yon" cemas Reyna. Pasalnya ini sudah masuk jam pelajaran pertama. Namun gadis itu tak kunjung datang.

"Sakit, mungkin?" jawab Lion seadanya.

"Gue khawatir Yon, orang tua Mozza ga dirumah soalnya" balas Reyna dan bisa didengar oleh Arka.

Arka melihat bangku disamping nya itu. Terlintas dipikirannya kejadian semalam yang mungkin membuat hati Mozza sakit?

"Itu kenapa bicara bicara kalian?" sentak Pak Gono, guru bahasa Indonesia itu. Termasuk ke kategori guru killer

Reyna dan Lion kicep, dan hanya menyengir tak enak dan tidak melanjutkan obrolannya lagi

***

Mozza bangun dengan keadaan yang acak acakan. Sial. Dia sangat berantakan.

Kepalanya sudah tidak sesakit tadi pagi. Gadis itu membuka ponselnya. Lagi lagi tidak ada notifikasi penting.
Tidak ada yang mencari nya. Bahkan Arka, entahlah. namun rasa sakit itu masih ada.

Mozza mengatur pernapasannya yang tidak beraturan. Hidung nya terasa nyeri.

Tanpa sadar Mozza menyentuh nya.
Deg..

"Darah?" cicit gadis itu.

Belakangan ini jam makan, jam tidur Mozza sangat berantakan, ia overthinking. Bagaimana keadaan orang tua nya disana? Mozza takut, sangat takut. Tidak ada kabar.

Sesekali gadis itu merintih. Kenapa dia jadi seperti ini?

***

Persetan dengan rasa sakit yang dirasakan Mozza. Gadis itu tetap nekat keluar rumah. Menuju pantai dekat rumah nya.

Sudah biasa, gadis itu mengunjungi pantai itu. Jam segini, anak SMA SENJA sudah pulang. Tapi Mozza sama sekali tidak berniat membuka ponselnya menghubungi Reyna, ataupun yang lainnya.

Gadis itu duduk di batu besar yang ada dipinggir pantai itu. Hembusan angin pantai yang membuat rambut panjang kehitaman gadis itu terurai indah. Sesekali menghirup dalam dalam angin itu.

"Mereka kapan balik?" gumam gadis itu khawatir.

Sudah sedari tadi gadis itu merenung disitu. Hanya diam dan sepi. Hanya Mozza yang ada di pantai itu, tidak ada seseorang yang mengunjungi pantai itu, selain dia.

"Kay, gimana bisa gue ngelakuin ini semua?" batin gadis itu.

Sejujurnya, Mozza pernah menyimpan rasa kepada Arka. Namun, Mozza sadar diri akan Kayla yang sudah duluan menjadi pengisi hati Arka. terutama, Kayla yang notabe nya sebagai sahabat Mozza.

Mozza tidak ingin merusak pertemanan mereka.

"Kenapa lo ga masuk" sentak seseorang yang memiliki suara berat.

Mozza mengenal suara itu. Arka.

"Ga enak badan" jawab gadis itu seadanya tanpa mengalihkan pandangannya.

MOZZARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang