Part 1

1K 32 1
                                    

Selamat Membaca.......

Pertama Kali buat cerita genre transmigrasi kek gini, harap maklum ya kalau masih acakadul....
                     
                          •
                          •
                          •

Seorang gadis tengah memandangi sebuah keluarga yang tengah bergurau dengan senyum tipisnya dan tatapan sendu, terlihat di matanya seorang ayah yang tengah menjahili anaknya dan sang ibu tengah membela anaknya.

Andai...... Sang gadis hanya bisa berandai-andai didalam hatinya.

"Andai gue punya orang tua pasti saat ini gue sedang bercanda kek Gara saat ini." Batinnya.

Ya, Gadis tersebut adalah Ayana Abigail. Gadis yang berasal dari panti asuhan, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua, tanpa keluarga hanya ibu panti yang memberi kasih sayang kepadanya. Gadis yang dari kecil harus tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, yang kuat, yang harus menjadi dewasa sebelum waktunya.

Dari kecil Ayana harus berjuang keras demi  hidupnya, belajar terus demi mendapatkan beasiswa tanpa harus membayar Biaya sekolah demi meringankan ibu panti yang sudah merawatnya sejak bayi, masa remaja yang seharusnya diisi bermain belajar dll, Ayana harus belajar dan berjualan demi mendapat uang tambahan, tidak ada waktu untuk bermain bagi Ayana.

Ayana beruntung bertemu dengan Nagara Rahardian Sahabat dari Ayana SD, hanya Nagara yang mau berteman dengan nya, hanya Nagara yang ada disaat dirinya susah maupun senang. Bahkan mereka bersekolah ditempat yang sampai masa kuliah saat ini. Kuliah ditempat yang sama dan jurusan yang sama pula.

Bahkan mereka membuat geng motor bersama, "Red Eagle" namanya. Geng yang dibuat saat masa SMP, awalnya hanya berisi sekumpulan anak broken home atau anak yang tumbuh tanpa orang tua, berkumpul saling menguatkan menjadikan mereka keluarga satu sama lain, semakin lama semakin banyak yang masuk geng mereka.

Geng mereka bahkan terkenal di seluruh Jakarta sampai Bandung, geng mereka bukanlah geng sembarangan, geng mereka geng yang terkenal di nomor urut 2 setelah Geng Scorpions, geng Scorpions adalah geng terkenal dengan kekejaman nya melawan musuh tapi punya solidaritas tinggi terhadap anggota mereka ataupun anggota geng lain yang tunduk dibawah kekuasaan geng Scorpions. Begitupun dengan Geng Ayara, geng nya terkenal kejam melawan musuh mereka, tapi juga punya solidaritas tinggi terhadap anggota mereka. Sangat pantas jika geng Ayara diurutan no 2.

"Heh Ay, Lo kenapa?" Tanya Gara seraya mengguncang bahu Ayana.

"Ha.. apa?.."

"Lo kenapa?" Tanya Gara sekali lagi.

"Oh gak papa." Ucap Ayana tersenyum menyakinkan.

"Nak Aya kenapa?" Tanya ibunda Gara.

"Aya gak papa kok Bund. Bunda tenang aja."

"Kalau ada apa-apa cerita sini sama Ayah atau sama Bunda, kamu gak perlu sungkan. Kami sudah menganggap kamu sebagai anak kami." Ucap Ayah Gara lembut.

"Betul apa yang dikatakan Ayah nak."

"Lo udah gue anggep Adek kesayangan gue Ay, Lo gak perlu sungkan."

Ayana yang mendengar itu benar-benar terharu, matanya sudah berkaca-kaca bahkan jika berkedip sekali saja air mata nya langsung tumpah.

Ayana maju seraya memeluk Bunda Hesti yang sudah seperti ibu baginya.

"Hiks .... Hiks ... Aya sayang kalian. Terima kasih kalian sudah memberikan Aya kasih sayang yang berlimpah selama ini." Bunda Hesti menenangkan Ayana dengan mengusap punggung rapuh Ayana.

Ayana hanyalah gadis rapuh yang harus terlihat tangguh dan kuat didepan orang lain.
Harus terlihat ceria tanpa beban dihadapan orang lain.

Nagara yang melihat itu tersenyum antara terharu dan kasihan, Gara adalah saksi akan perjuangan Ayana sampai di titik sekarang seoarang mahasiswi tingkat akhir yang cerdas. Diumur 23th sudah menjadi mahasiswi fakultas kedokteran dengan jalur beasiswa,

"Mau ikut peluk dong" ucap Gara seraya merentangkan tangan.

Mendengar ucapan Gara, Ayana langsung melepaskan pelukannya.

"Dih, alay Lo ga." Ucap Ayana pedas.

"Elah, gue juga mau peluk doang."

"Berhubung gue saat ini lagi baik nih ya, sini Lo gue peluk." Ucap Ayana seraya merentangkan tangannya.

Rentangan tangan Ayana disambut baik oleh Gara.

"Selalu tersenyum ya Ay."

"Iya, jangan lupain gue ya."

"Gak bakalan. Tenang aja, Lo Adek kesayangan gue."

"So, jangan nangis ya kalau ditinggal gue."

"Lo ngomong apa sih Ay! Gak jelas lo!" Ucap Gara seraya melepas pelukan nya dan menatap Ayana.

"Ha, emang gue ngomong apa?"

"Lo.... Lo ngomong seakan Lo mau pergi jauh aja sih."

"Lah kenapa? Orang gue cuma ngomong ngasal doang."

"Udah... Udah jangan berantem."

"Gara dulu yang mulai bunda." Tunjuk Ayana.

"Eh Lo dulu ya yang mulai Maemunah."

"Lo...."

"Sudah... Sudah... Kalian ini dikit-dikit berantem dikit-dikit akur lagi, pusing bunda liat kalian kek kucing sama tikus."

"Tuh dengerin." Ucap Ayana sewot

"Eh Lo dulu ya yang mulai."

"Tau ah. Bunda Aya berangkat dulu ya, udah janjian sama temen mau kerja kelompok bareng." Ucap Ayana seraya mencium tangan Bunda dan Ayah Gara.

"Aya pamit ya yah."

"Hati-hati ya nak." Ucap bunda dan ayah Gara serempak.

"Gue anterin."

"Gak usah gue bawa motor sendiri aja."

"Ya udah, kalau ada apa-apa langsung telepon gue atau anak-anak ya."

"Oke bos. Gue berangkat."

"Hmm."

Ayana keluar menuju motor nya yang terparkir di halaman rumah. Ayana menaiki kuda besi kesayangan nya menuju cafe tempat yang sudah dijanjikan.

"Duh telat ini pasti."

Ayana mengendarai motor nya dengan kecepatan tinggi demi sampai tepat waktu.
Saat berada di perempatan jalan rambu-rambu lalu lintas menunjukkan lampu merah, Ayana yang melihat itu langsung mengerem motornya betapa kagetnya saat mengerem, rem motornya tidak berfungsi, sedangkan dari arah kanan terdapat truk yang sedang melaju, Ayana panik setengah mati, apakah ini akhir hidupnya.

Brak....

Kecelakaan pun tak bisa dihindari nya. Ayana terpental sangat jauh, rasa sakit di sekujur tubuh nya dan pandangan nya mulai membuaram dan sekarang kegelapan menguasai nya.

Ayara Transmigrasion || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang