04. Anak gembala

260 96 3
                                    

18+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18+

Violence (Physical & verbal), Implisit adult scene

Choose your reading list wisely

Comment politely

Feel free to fix typo words

Everything, everything, everything, this is a gray world After repeating all the fights and all the negativities, I'm still the same me - Loser, Big Bang.

"Aih!"

Dati mengeluh dengan helaan napas panjang sambil mencopot helm, menyeret kaki malas ke dalam rumah. "Kemana wae, baru pulang?" Dati menoleh, mamanya sudah menyambut dengan suara judesnya, kayak biasa.

"Kesorean, dari kemarin Dati pulang sore. Persiapan mau UN, Ma", Dati terpilih jadi salah satu tim hore persiapan UN, jadi dia pulang telat kemarin. Ternyata itu motif Bia yang sempat memberi instruksi agar anak ranking lima besar ikut ke ruang Osis, pantas aja Asa ngekor Bia, kemarin. Padahal dia bukan anak Osis juga tuh.

"Ingat, nanti kamu ambil Kedokteran. Di Unpad tah, bagus! Harus masuk, pokok'na mah! Eta, anaknya Yuni mah teu bakal bisa ngejar kalau kamu masuk sana,"

"Tah, anaknya Bu Hajah Ani. Jadi Dokter, meunang suami punya pangkat tinggi di TNI. Bagja uripna. Kamari oge, baru jalan-jalan ka Singapura. Mama dibere cokelat sareng gantungan kunci, eta tingali."

Ini sudah ke sejuta kali Ana, mama Dati mendumel tentang hal yang sama. Jurusan kuliah dan universitas atau pencapaian anak tetangga. Kuping Dati panas. "Hmm..."

Pernah ngeliat hasil dari orang tua yang suka ngedumel atau ngehardik? Mayoritasnya sih kayak Dati barusan, iyain aja dulu. Biar cepet selesai! Padahal, mau gimana pun Dati gak mau ngikutin apa yang Triana mau. Dia nggak mau jadi dokter, dia aja masih jiper sama omongan Asa tentang penunggu pohon di sekolah. Gimana nanti kerja di rumah sakit yang isinya penuh sama kismis? Harus bedah tubuh orang, lihat mayat, lihat bagian tubuh yang nggak tentu utuh. Ia terlalu pengecut buat itu. Lagian, makin kesini, Dati merasa hidupnya makin absurd kayak drama Asia yang sering dia tonton. Dia doyan nonton, toko kaset DVD yang jual kaset bajakan udah jadi tempat favorit Dati, selain toko buku. Kalo dipikir-pikir, ya dipikir aja. Dia merasa hidupnya kayak anak raja gitu. Bapaknya punya selir banyak, trus mereka bisa saling bunuh-bunuhan pake cara aneh buat dapetin tahta. Baru dua bulan lalu, dia denger gosip kalo bapaknya lagi ngelirik janda muda di kampung sebelah.

Luka PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang