⚠️ Warning: adult content! 18++! 🔞
"Apa kamu pernah punya 'kekasih gelap', Theo?" Maksudnya, sebelum aku?" Saima ingin jawaban.
"Kamu yang pertama."
Saima percaya. Melihat tatapan tegas dan sungguh-sungguh dari mata coklat itu, dia tahu jika pria di depannya punya prinsip. Bukan pemain wanita—sebelum ini.
"Kenapa kamu memilih aku? Aku yakin banyak wanita cantik di luar sana yang punya fantasi menjadi milik Benara Theodore Halim—meski cuma di atas tempat tidur."
Benara terkekeh kecil. "Lalu? Mereka hanya bisa berkhayal sambil senyum-senyum menatap layar ponselnya, dan aku nggak peduli, sayang." Kembali tersenyum tenang. "Alasan, ya? Apa sekarang itu penting di saat Camellia sudah memutuskan untuk meraih tanganku? Bahkan jika ini jalan dimana aku tak bisa kembali, aku akan tetap memilih jalan ini.
—Tapi aku menyadari, sejak pertemuan pertama kita di depan klub, kamu telah berhasil membuat aku kehilangan akal sehat dan tersesat...
Kamu, surga dalam bentuk manusia, buat aku tergoda...
Kamu, yang mengenakan piyama tidur tanpa riasan, buat aku lewati batasan...
Kamu, Camellia yang merekah merah, buat aku tak ingin mengalah. Indah sekali tanpa celah."
Untuk beberapa sekon, Saima tidak tahu cara mengendalikan rona merah di wajah yang tak Saima rencanakan. Meski sering dipuji cantik, namun ini pertama kalinya dirinya disanjung dengan cara yang Benara lakukan.
Tanpa makeup dan piyama tidur unicorn? Dari mana letak keindahan itu berasal?
"Buaya banget kamu Theo." Saima berusaha untuk tertawa seolah baru dengar komedi, lalu meneguk air dari gelas kristal untuk menetralkan kegugupan. "Oke. Sebaiknya kita segera mulai rapatnya, tuan Halim."
Sekarang,
Benara dan Saima duduk di ruang kerja bernuansa coklat hazelnut, ada jendela besar yang mengarah langsung ke hutan pinus yang gelap. Duduk saling hadap, dengan meja kayu panjang sebagai alas dua buah dokumen yang akan mereka tanda tangani. Saima selesai membaca kertasnya, masih genggam sebuah pulpen.
"Nomor satu Bab.2. Apakah kita harus bertemu setiap minggu?" tanya Saima to the point.
Sebelah alis Benara naik, bibirnya menyeringai kecil. "Iya, waktunya kondisional. Kenapa, sayang? Takut ketauan?"
"Tentu aja. Theo, aku rasa itu terlalu berbahaya."
"Memang akan ketauan kalau kamu terlalu gugup. Lagi pula, kita nggak akan kencan di publik atau menghadiri acara bersama. Hanya perlu mengatur waktu dan tempat yang pas untuk berdua. Then... yang aku tau Cartier punya kantornya di Singapur, kamu sering ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH
Romance"Dan kami tahu, bahwa harga sebuah perselingkuhan akan lebih mahal dari ini..." Benara Theodore Halim, pria dengan kehidupan berkilau. Seorang pengusaha kaya raya, tampan, sukses dan memiliki istri yang sempurna. Singkatnya, dia punya segala hal yan...