01.

25 7 0
                                    

Ketukan pena mengirama selama dosen dikelas sibuk menerangkan pelajarannya. Taeyong pangku dagu dengan netra tampak menilik keluar jendela, menikmati anggota cheerleaders tengah berlatih, tapi fokusnya bukan kesitu, melainkan kejadian terakhir kali, dimana ketika Taeyong membuka mata pukul tiga dini hari, dia masih terkapar di halte tempatnya terakhir kali dengan Ten.

Pun ketika mencoba keras mengingat kejadian terakhir kali, Taeyong kehilangan kepingan ingatan kecuali sobekan kaus putih yang ada di tangannya.

"Shh~ bisa gila gue lama-lama." Taeyong mendesis sambil memijati kening, kemudian dia beralih pada Ten yang sibuk sekali mencatat materi.
"Ten,"

"Diem dulu, gue lagi sibuk."

"Ten,"

"Iya aman, nanti gue kasih salinan."

"Bukan itu, setan!"

Kepala Ten terhuyung kedepan ketika Taeyong memukul tengkuknya, hampir saja mau mengamuk, membalas perlakuan temannya ini. Jika saja Taeyong tidak menjulurkan lidah sambil menunjuk kearah depan kelas. Seolah berkata sambil mengejek, "kita di awasin dosen."

"Terus apa?" Malas menanggapi Taeyong yang cuma bisa pancing emosi, Ten ingin menyudahi percakapan ini.

"Semalem habis lo ninggalin gue, lo nggak balik lagi kah? Ngecek keadaan gue?"

"Tai, gue kira penting." Ingin sekali, Ten mengubur temannya ini kedasar kolam ikan milik fakultas seni budaya.
"Gue balik terus tidur. Nggak peduli gue lo mau menggigil di halte atau apa lah, semalem."

Taeyong mendesah kecewa, begitu Ten kembali sibuk dengan buku catatannya, Taeyong bergumam pelan.

"Gue pingsan disana, sampe jam tiga pagi."

"Lie, Yuta ke kos gue sekitar jam setengah dua, dan nggak ada bahas apa-apa."

"Beneran, Ten. Gue pingsan, bangun-bangun udah mau subuh."

Ten berbalik menatapnya lagi, kali ini sebelah alisnya menukik, merasa begitu kesal dengan perangai Taeyong yang seperti orang linglung.

"Yuta kalo ngeliat lo telentang kayak orang miskin di halte juga nggak mungkin diem aja." Jari telunjuknya menggantung di udara waktu Taeyong buka bibir sudah bersiap mau memberi sanggahan lagi.
"Gue mau fokus dulu jangan ganggu atau lo nggak gue kasih salinan catetan."

Taeyong menghembuskan nafas lelah, memilih mengalah daripada temannya ini hilang pertahanan diri dan berakhir membuat mereka berkelahi, soalnya sejak pembicaraan awal saja Ten sudah terlihat kentara kesalnya.

Meski rasanya masih janggal, Taeyong merasa ada yang di temuinya sebelum kesadarannya menghilang, Taeyong juga jelas sadar berapa lama dia pingsan. Lalu seperti yang Ten katakan, Yuta yang jelas melintasi area itu tidak mungkin sampai sama sekali tidak menyadari atensinya.

Taeyong kembali di landa pening.

Berikutnya Taeyong mendengus, menyembunyikan wajah di antara lipatan lengan ketika dirasa tidak ada teman bicara, pun dia terlalu malas untuk hanyut dalam pembahasan materi yang tengah di terangkan.

Tuk.. tuk..

"Jangan tidur kalo di kelas."

Telinganya terasa nyaring, Taeyong melirik melalui sudut mata pada wanita yang duduk di sebelahnya. Detik itu, Taeyong terperangah.

"Cantik."

Kalau di buat berlebihan, liur Taeyong mungkin hampir berjatuhan.

"Aku?"

Behind The Shadows [Lee Taeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang