05.

18 5 0
                                    

Disini mereka sekarang, menguasai bagian paling belakang kantin dengan tiga gelas kopi sebagai teman risau. Ten yang paling pucat, pasalnya dia paling malas berurusan dengan hal hal gaib, pun besar sendirian di tengah-tengah kota membuatnya yakin bahwa sesuatu semacam hantu itu tidak ada. Tapi kalau sudah begini, rasanya Ten tidak mau kembali ke kosannya yang sepi.

"Gue masih nggak ngerti, tujuan Kim Hera kali ini apa? Maksudnya, kalo emang Taeyong korban selanjutnya, bukannya Taeyong udah harus mati dari kemarin kemarin?"

Taeyong mendelik pada Yuta yang santai sekali bicara, pahanya dia jadikan lampiasan  oleh satu cubitan.

"Semalem gue sempet denger bisikan dia,"

"Apa?" Ten jadi begitu penasaran.

"Katanya, Jung Naya, Ibu gue dan dia, mereka bertiga temenan." Jeda, Taeyong meletakan ponsel yang menampik satu foto dari tiga wanita yang semalam dia lihat.

"Njir, cantik." Begitu memuja, tengkuknya dapat sapa berupa pukulan dari Na Yuta.

"Fokus, Ten!"

"Sorry."

"Kesimpulannya?" Yuta menatap serius pada Taeyong yang sibuk menelan liurnya sendiri.

"Sosok itu setelah ngerasukin gue masih ninggalin kesadaran buat gue denger gumamannya,"

"Dia bilang apa?"

"Antara Jung Naya atau ibu gue, salah satu dari mereka pelaku pembunuhan dia."

Ten mendesis, bahunya dia sandarkan pada punggung kursi kemudian mengusap kasar wajahnya sambil menahan umpatan.

"Lo di jadiin alat buat nyari tau kasus kematian yang nggak pernah ketemu titik ujungnya ini?"

Taeyong mengangkat bahu, tapi Yuta membenarkan gumaman Ten.

"Kenapa harus lo? Kim Hera bahkan udah ngambil nyawa banyak orang di halte keramat itu, kenapa lo malah di jadiin objek bantuan?"

"Kan tuh setan bilang kalo salah satu dari tiga orang ini, nyokapnya Taeyong, masuk akal aja menurut gue." Yuta menimpali kemudian menenggak kopinya ketika keringat dingin mulai menghampiri.
"Tapi Jung Naya ini, siapa?"

"Hampiri nyokap lo deh mending, paksa dia ngasih tau kasus ini, nggak mungkin kan nyokap lo nggak tau apa-apa soal temen deketnya?"

Lagi-lagi pukulan menyapa kepala Ten.

"Nggak segampang itu lah, tolol."

"Salah?"

"Ten, kalo pun emang nyokapnya Taeyong dalang dari kematian Kim Hera, dengan Taeyong yang datengin dirinya buat nanya soal kasus yang udah lama kekubur ini, lo pikir bakal jadi titik terang buat Taeyong? Yang ada nyokap dia bakal ngerasa terancam karna cerita yang berusaha dia kubur malah di gali sama anaknya sendiri." Yuta menatap serius satu persatu temannya ini, "lebih parahnya lagi, bisa aja Taeyong malah di perlakukan sama kayak Kim Hera."

"Wei sat. Jangan jadiin nyokap gue buat korban tuduhan kalian juga."

"Nggak nuduh, tapi ini siaga! Karna lo bilang salah satu diantara mereka berdua kan?"

Taeyong pening, tapi ucapan Yuta ada benarnya juga.

"Terus sekarang gimana? Gue capek di hantuin terus." Taeyong mengerang kesal, berikutnya rengekan di sumpal sepotong roti oleh Ten, pasalnya seisi kantin jadi sibuk memandangi mereka.

"Cari tau soal nyokap lo, biar gue bantu cari tau soal Jung Naya." Ten memberi usul yang di angguki oleh Yuta.

"Dan gue coba nyari tau soal Kim Hera."

Behind The Shadows [Lee Taeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang