Bab 36 - It's Over

37.2K 5.1K 1.2K
                                    


Keduanya saling mendiamkan. Mereka menyimpan rasa sakit hati dan emosi yang sama, sehingga tidak ada satu pun yang berinisiatif untuk memulai pembicaraan lagi.

Alesia menjalani harinya seperti biasa. Masih menyiapkan sarapan dan bekal suaminya, meski dengan wajah sembab.

Dia bahkan enggak bisa bekerja sama sekali. Laptopnya masih berada di ruang kerja Geryl. Dan ia malas memasuki ruangan itu untuk mengambilnya. Geryl benar-benar lancang dan menyebalkan sekali. Dadanya terlalu sesak untuk menyimpan seluruh emosi yang berkecamuk.

Beberapa minggu lalu, Alesia membalas email Sheyna Radisa dengan sederet penjelasan bahwa dia tidak ada hubungan apa pun dengan Mario. Dia turut mengirimkan foto pernikahannya dengan Geryl, sebagai bukti kalau pria yang dinikahinya sekarang bukan Mario.

Sheyna minta maaf sudah asal menuduh. Pada akhirnya perempuan itu curhat betapa tersiksanya ia saat ini, karena hamil sendirian di kota yang sangat asing untuknya.

Saat Mario membawa Sheyna ke Yogyakarta, pria itu berjanji, setelah project filmnya bulan itu sudah selesai, ia akan kembali ke Yogyakarta dan menyiapkan pernikahan mereka. Kondisi Sheyna yang sedang rapuh mempercayai janji-janji manis Mario begitu saja.

Sampai akhirnya Mario menghilang selama empat bulan, tanpa mengirimkan uang bulanan yang dijanjikan. Tabungan Sheyna sudah menipis. Dia tidak tahu lagi harus melanjutkan hidup dengan cara apa. Sementara sekarang kandungannya sudah enam bulan. Jangankan untuk periksa kandungan ke dokter. Bisa membeli makanan tiga kali sehari pun Sheyna sudah bersyukur.

Cerita Sheyna mengingatkan Alesia pada kondisinya hampir dua tahun lalu. Saat itu nasibnya memang enggak seburuk Sheyna karena ia punya tabungan yang lebih dari cukup untuk hidup sendiri.

Meski kalau dibandingkan Alesia sedikit lebih beruntung, tetap saja saat itu Alesia merasa menjadi menjadi manusia paling hancur di dunia. Hidupnya benar-benar berantakan.

Dan butuh waktu lama sekali untuk mengais sisa-sisa patahnya, yang ia pergunakan untuk melanjutkan hidup.

Alesia ingat sekali bagaimana rasanya menghadapi hari-hari yang mencekam sendirian. Tidak ada satu pun orang yang mengerti bagaimana situasinya. Dia benar-benar sendirian.

Dan karena itulah, hati Alesia tergerak untuk mengirimkan uang pada Sheyna. Kebetulan nomor rekening Sheyna sama dengan bank Geryl, sehingga Alesia mengirimkan uangnya dari rekening yang diberikan Geryl padanya.

Itu hanya segelintir, dibandingkan dengan isi rekeningnya. Apalagi Geryl juga rutin mengirimkan uang bulanan yang besarnya berkali-kali lipat dari dua puluh juta.

Namun, bagi Sheyna uang itu pasti sangat berharga. Apalagi saat Sheyna menyinggung soal kehamilannya. Alesia jelas enggak tega. Dulu dia rutin checkup setiap dua minggu sekali. Juga mengunjungi dokter fetomaternal untuk melihat kondisi bayinya dengan lebih detail, menghindari hal-hal buruk terjadi. Nyatanya, bayinya tidak bisa selamat karena terlambat ditangani.

Alesia tidak ingin Sheyna merasakan kehilangan yang sama sepertinya. Sebelum membantu, Alesia memberikan syarat agar Sheyna tidak lagi mengharapkan keberadaan Mario. Dia harus mulai bangkit dari seluruh rasa terpuruknya untuk menyambut kehadiran sang buah hati, karena bagaimana pun, anak itu enggak salah.

Alesia belum menceritakan itu pada Geryl karena dia belum mendapatkan momen yang pas. Ia mengirimkan uang itu saat sedang liburan di Bali kemarin. Ia enggak mau merusak liburannya dengan membahas hal-hal yang kurang menyenangkan.

Lalu sepulang liburan, kepala Alesia penuh memikirkan bagaimana caranya membahas ulang tahun Illian pada Geryl. Ia benar-benar sempat melupakan masalah Sheyna.

Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang