Bab 15 - New Hope

29.3K 3.3K 471
                                    

Ni kalo komen ama vote-nya dikit aku marahh dehhh😠😠😠😠



Dalam sekejap hidup Alesia berubah.

Semua ini karena keputusannya untuk menyusui Illian.

Bayi itu sungguh ajaib. Keberadaannya seperti mata air di tengah padang pasir yang menyejukkan hidup Alesia yang gersang.

Alesia yang semula malas makan, bahkan berharap ASI-nya berhenti mengalir, kini mau tidak mau harus banyak makan makanan bergizi demi Illian. Kandungan ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi Ibu. Dan Illian membutuhkan gizi dan nutrisi seimbang untuk pertumbuhannya setiap hari.

Alesia pernah membaca sebuah kalimat, bahwa tidak ada patah hati yang lebih menyakitkan dibanding seorang ibu yang kehilangan anaknya. Dan itu benar. Alesia telah kehilangan seluruh hidupnya. Rasa sakit yang menghancurkannya, membuat ia seringkali berpikiran untuk mengakhiri hidupnya, saking tidak tahannya melalui ini semua.

Namun, berkat Illian, muncul harapan-harapan baru di hatinya, yang membuatnya terus bertahan sampai detik ini.

Kini doanya pun berubah, ia mengharapkan umur panjang agar bisa menyaksikan Illian tumbuh dewasa dan bahagia.

Dan kalau boleh ngelunjak, Alesia ingin sekali menjadi salah satu bagian penting dari kebahagiaan Illian.

Alesia yang sebelumnya bisa menghabiskan waktu seharian di kamar untuk menangis dan meraung-raung, kini tidak punya waktu lagi untuk sekadar menitikkan air mata. Illian butuh menyusui setiap dua jam sekali.

Baru selesai menyusui, Alesia harus langsung makan, dan membersihkan diri. Baru istirahat sebentar, ia sudah dibangunkan untuk menyusui.

Kegiatannya setiap hari sangat sibuk, sehingga ia tidak punya waktu untuk meratapi nasibnya. Ia harus ceria saat berhadapan dengan Illian, menyembunyikan kesedihannya sebaik mungkin agar tidak memberikan energi negatif pada Illian.

Lama kelamaan, segala hal yang tadinya dipaksakan, dapat dijalaninya dengan lebih baik. Manusia adalah makhluk yang paling cepat beradaptasi. Kesedihannya pun mulai tersingkirkan. Perlahan keceriaannya kembali. Meski lelah, ia mulai menikmati segala hal yang ia lakukan untuk Illian.

Semua rutinitas hectic itu terus berjalan selama berminggu-minggu, yang membuat Alesia enggak bisa istirahat dengan proper. Tidak terhitung berapa kali Hana berinisiatif memberikan ASI pakai berbagai macam dot yang dibelikan Risna dan Kamila, agar Alesia bisa istirahat lebih lama. Tapi Illian tetap menolak.

Entah apa alasannya, Illian cuma mau menyusu secara DBF (direct breastfedding).

"Alhamdulillah kata dokter, Adek sehat. Beratnya nambah 815 gram sejak lahir, melebihi batas normal. Nggak ada masalah apa pun. BAB-nya juga lancar!" Kamila masuk ke rumah dengan bola mata berbinar-binar. "Makasih ya, karena kamu sudah mau menyusui dan merawat Adek dengan sangat baik."

Alesia yang sedang sarapan di meja makan nyaris tersedak. Demi Tuhan, ini pertama kalinya Maminya mengucapkan terima kasih!

"Jangan cuma bilang makasih dong, Mi! Itu Alesia begadang sebulan penuh buat jagain Adek. Minimal, kamu kasih dia tas Hermes atau paket spa paling mahal!" sahut Andre yang juga baru datang sepulang dari kontrol rutin Illian di rumah sakit.

"Tenang aja, Les, kamu mau apa, tinggal bilang sama Mami. Bakal Mami belikan!"

Alesia hanya diam, masih tidak menyangka hubungannya dengan orangtuanya bakal menjadi seakrab ini.

Ya, lagi-lagi ini berkat Illian. Selama sebulan terakhir, topik soal Illian membuat hubungan kekeluargaan mereka semakin lekat.

Pasalnya, orangtua Geryl tinggal Surabaya. Umurnya lebih tua sepuluh tahun dibanding Kamila dan Andre, dan kondisi kesehatan beliau kurang baik. Sehingga langsung diputuskan bahwa Illian diurus di rumah Kamila dan Andre.

Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang