Bab 8 - Rahasia yang Terkuak

25.7K 2.4K 187
                                    

vote dan komen yang banyak please, ini panjang banget lohhhh.


***




Semakin hari bisnis yang mereka bangun semakin berkembang. Pesanan pre-order yang mereka buat pertama kalinya langsung menembus 200 orderan. Sampai mereka harus membatasinya karena tim produksi vendor mereka terbatas. Selanjutnya, produk-produk yang mereka rilis berhasil menarik minat ratusan orang, dan selalu sold out di hari perilisan.

Vika mulai bekerjasama dengan influencer dan seleb Tiktok untuk mempromosikan produk mereka, sehingga jangkauan audiens-nya semakin luas. Hanya dalam waktu empat bulan, usaha mereka mulai stabil. Penghasilan mereka terus naik setiap bulannya.

Kesibukan Alesia setiap harinya makin padat. Kini ia juga bertugas merekap stok barang, juga pengemasan sampai paket diangkut oleh ekspedisi.

Berhubung apartemen Vika tidak memiliki kamar kosong, ia tidak bisa mengemas produk di apartemen. Lagi pula membawa barang berat dari lobi apartemennya sampai ke lantai 10 itu sangat melelahkan. Belum lagi setelah itu ia harus mengangkat puluhan paket dari unitnya ke lobi sambil menunggu dijemput oleh kurir.

Vika pernah melakukan itu sekali, dan langsung kapok. Energinya yang sudah terkuras setelah bekerja seharian, tidak bersisa lagi untuk mengurus puluhan paket.

Masalahnya Vika juga masih belum menemukan karyawan yang sesuai dengan kriterianya. Jadi semuanya masih dikerjakan mereka berdua saja.

Oleh karena itu, Alesia menawarkan untuk melakukan pengemasan produk di villa Kakaknya saja. Villa itu cukup luas, masih memiliki ruangan kosong yang biasanya dijadikan gudang, padahal barang-barang yang ditaruh di dalamnya tidak begitu banyak. Selain itu, Alesia bisa dibantu angkat-angkat barang oleh Pak Aryo.

Seiring dengan kehamilan Alesia yang semakin besar—sekarang sudah memasuki 29 minggu, Alesia tidak bisa lagi packing ratusan paket sendirian. Apalagi selama kehamilan dia mengalami hipertensi, sehingga kondisi tubuhnya sudah tidak fit. Ia pun kini dibantu oleh Melati, keponakan Mbok Yati yang baru lulus SMK.

Keberadaan Melati di villa sangat membantunya. Perempuan itu sangat cekatan, dan semua pekerjaannya selesai dengan baik. Ditambah lagi, Melati sangat ceria yang meski usianya terpaut cukup jauh dengan Alesia, perempuan itu bisa menyesuaikan diri dengan baik. Sehingga sekarang Alesia punya teman ngobrol baru.

"Hari ini ngidam apa, Mbak?" Melati juga sangat ceria, dan selalu rajin menanyakan itu setiap harinya.

Alesia berpikir sejenak, lalu menggeleng sambil mengelusi perutnya. "Nggak ngidam apa-apa."

"Beneran, Mbak? Kalau pengen apa gitu, langsung ngomong aja loh! Jangan ditahan-tahan, Mbak! Nanti Adek bayinya ngileran!" seloroh Melati.

"Beneran! Nanti kalau aku kepengen sesuatu, aku bakal langsung bilang kamu, biar kamu kerepotan cariin makanan yang aku mau," sahut Alesia sambil terkekeh.

"Tenang aja, Mbak, aku siap manjat pohon di belakang villa kalau Mbak kepengen mangga muda. Dan aku juga pembalap loh! Aku bisa naik motor muterin Jogja buat beliin makanan apa pun yang Mbak mau."

Alesia makin terbahak. "Ini ada maksud terselubung ya?"

Sesuai dugaan, Melati menyengir. "Hari ini aku izin pulang cepet ya, Mbak?"

Kening Alesia mengernyit. "Ini hari Sabtu, kan? Perasaan kamu selalu pulang cepet setiap hari Sabtu."

"Kali ini, aku harus pulang jam dua siang, Mbak. Soalnya, habis asar aku mau nonton gebetanku tanding basket! Kan aku perlu waktu buat mandi sama dandan dulu."

Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang