12-Hehehe

261 34 6
                                    

Om Bandy lompat-lompat di depan pintu perpus. Ia menunggu Tian dan temannya datang. Ada hal penting yang harus ia beritahu kepada mereka.

"Mana si tuh bocah?"

Kedua orang yang ditunggu Om Bandy tak kunjung datang. Bel masuk sudah berbunyi. Tian dan Danu datang terlambat. Mereka mendapatkan hukuman membersihkan halaman belakang sekolah.

"Gara-gara elu si Nu!" Kesal Tian. Lelaki itu tengah mengumpulkan daun.

"Gara-gara lo juga Yan!" Balas Danu.

Aneh. Rumah dekat tapi masih saja telat.

"Lagian lo sirik aja ama burung piaraan bapak lo" Tian mendengus.

"Ya lagi gara-gara tuh burung gue dianaktirikan" gerutu Danu.

Tadi pagi, Danu benar-benar merasa kesal dengan Bapaknya yang lebih perhatian terhadap burung daripada anaknya. Alhasil, lelaki itu membuat burung peliharaan Pak Somad lepas dari sangkarnya.

Pak Somad marah besar. Tian yang tak salah apa-apa pun jadi kena imbasnya. Mereka berdua disuruh menangkap si Perkutut yang terbang ke kampung sebelah.

"Haish dahlah. Ada untungnya juga kita dihukum" ujar Tian.

"Tuh liat, gudang sekolah" tunjuknya pada gudang tua SMK Sukajanda.

"Terus? Koncinya aja gak tau dimana" sahut Danu.

Tian memperhatikan gudang sekolah itu. Ada penjaga berupa makhluk halus didepannya. Makhluk halus itu tidak dapat masuk ke dalam gudang karena bacaan ayat kursi yang tertempel di pintu gudang.

"Kita ancurin aja gak si itu pintunya? Daripada ribet-ribet nyari konci" usul Danu.

"Tidak semudah itu feraun! Noh ada cctv, ntar yang ada kita kena pelanggaran terus disuruh ganti rugi"

"Ribet amat dah. Kantin aja yok. Lagian juga nih halaman mau dibersihin sampe kinclong juga moal bakal bersih selagi pepohonan disini gak ditebang" Danu malas memunguti daun-daun yang terus berjatuhan.

Tian setuju. Mereka berdua pergi ke kantin. Tanpa mereka sadari, sosok penjaga gudang memperhatikan mereka.

***

"Yang lain tugasnya belum selesai?" Bu Meti menatap garang murid kelas 10 MP 2.

"Kenapa cuma kelompok Fara sama Asa yang mengumpulkan?"

"Astaghfirullah saya lupa bu kalo ada tugas kelompok"

"Kelompok saya kebanyakkan maennya bu. Ogah banget saya ngerjain sendirian"

"Kelompok saya susah diajak patungan Bu"

Berbagai macam alasan dilontarkan. Bu Meti menghela napasnya.

"Ibu kasih waktu sampai nanti pulang sekolah, kelompok yang tidak mengumpulkan tidak akan dapat nilai"

"Di kelas ini ketua kelasnya siapa?" Tanya Bu Meti.

Indigo Sengklek🌚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang