2. Obat Galau

44 11 18
                                    

Ellina menghela napas dan duduk di kursinya. Ellina tidak menyangka kejadian seperti itu bisa terjadi. Belum pernah Ellina menemukan lelaki aneh seperti yang tadi dia temui.

"Siapa tadi namanya?" Ellina memejamkan matanya dan berusaha mengingat nama lelaki tadi. "Oh, iya. Jaenal."

"Namanya kuno banget, ya. Udah itu, ngeselin lagi," ucap Shasa disertai kekehan kecil.

Ellina berdecih. Sejauh ini, Jaenal adalah lelaki paling menyebalkan yang pernah Ellina temui. Meski mereka belum kenal, tapi Ellina tahu bahwa Jaenal memang lelaki yang menyebalkan.

"Anu..."

Ellina dan Shasa menoleh. Mereka nampak bingung dengan Januar yang tiba-tiba berdiri di samping Ellina. Ellina mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Aku mau ngobrol sebentar. Boleh?"

Ellina diam sesaat. Hari ini benar-benar banyak orang aneh.

"Ngobrol apa? Gak bisa di sini?" Shasa yang menjawab karena Shasa pikir Ellina sedang kelelahan setelah kejadian barusan.

Januar tersenyum kaku. "Maaf, tapi gak bisa. Aku mau ngobrol berdua sama Ellina."

Ellina berdiri dari duduknya dan menghadap ke Januar. Aura Ellina benar-benar kuat sampai membuat Januar merasa merinding ditatap oleh Ellina. Januar mengusap tengkuknya. "Kayaknya, gak bisa, ya?"

"Bisa. Tapi kalau sekarang, gak bisa. Sekarang, kamu balik lagi ke kursi kamu. Aku lagi capek. Jadi gak bisa sekarang."

Januar menghela napas. Sedikit kecewa, tapi juga lega karena setidaknya Ellina masih punya waktu lain untuk berbicara dengannya. Januar tersenyum dan mengangguk. "Oke, kalau gitu. Makasih, ya."

Ellina mengangguk. Dia kembali duduk di kursinya. Ellina menghela napas panjang. Shasa yang berada di sebelahnya menatap Ellina dengan rasa khawatir. "Kamu gapapa, kan?"

Ellina mengangguk. Ellina tahu Shasa pasti merasa khawatir, jadi Ellina memperlihatkan senyumnya. "Aku gapapa, kok. Gak usah khawatir. Sebentar lagi capeknya ilang."

Shasa mengangguk. "Kamu istirahat aja." Shasa mengelus pundak Ellina dan menyuruhnya untuk tidur di kelas sebelum guru datang.

Satu menit kemudian, Shasa menyadari bahwa sekarang Ellina sudah bermimpi. Ellina tertidur di kursinya. Shasa mengerti kenapa Ellina bisa kelelahan seperti itu. Kemarin Minggu, Ellina memiliki banyak kegiatan. Meski Shasa tahu bahwa kemarin Ellina libur karate. Tapi Ellina tetap berlatih dengan Hasbil. Tugas sekolah yang menumpuk juga menjadi alasan bahwa kemarin gadis itu sangat sibuk. Dan hari ini malah datang seorang lelaki aneh yang meminta Ellina untuk jadi pacarnya. Masalah Ellina sudah cukup membuatnya pusing.

Shasa akan membuat hari Ellina menyenangkan hari ini.

***

Jaenal menghela napas dan mengusap wajahnya secara perlahan. Tak Jaenal sangka dia akan ditolak secepat itu. Apa hari ini Jaenal gagal membuat penampilannya terlihat menarik?

Jaenal mengambil ponselnya yang ada di saku. Dia bercermin pada layar ponsel yang hitam itu. "Padahal aing geus kasep gini."

Seseorang tiba-tiba menepuk bahu Jaenal dari belakang. Jaenal berbalik badan dan menghadap ke arah orang tersebut. "Ada apa?" Jaenal menatapnya bingung.

"Apa bener ini yang namanya Jaenal dari kelas IPA-3?"

Jaenal mengernyitkan keningnya menatap seorang gadis di depannya. "Iya. Ini siapa?"

"Kamu gak kenal aku?"

Jaenal menghela napas. "Jangan ajak saya ngobrol dulu, ya. Saya lagi pusing."

"Tapi bukannya kamu yang ngajak ketemuan?"

Seribu EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang