4. Balas Budi

36 11 26
                                    

"Halo, dengan Jaenal di sini yang akan membantu anda asalkan anda mau mengirimkan kontak Ellina pada saya. Terimakasih."

'Tuk.'

Panggilan telepon diputuskan.

"Eh, apa?" Shasa menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap layar teleponnya. Shasa berdesis kesal melihat teleponnya yang diputuskan secara sepihak.

Shasa kemudian terdiam sebentar mengingat apa yang tadi dia dengar di panggilan telepon sebelum panggilan tersebut berakhir. "Jaenal?"

Ada yang aneh di sini.

Shasa segera menghubungi Ellina untuk memberitahu apa yang baru saja terjadi. Tapi sayang Ellina tidak mengangkat teleponnya.

Mungkinkah Ellina sudah tidur?

Tapi beberapa detik kemudian, Ellina meneleponnya balik. Shasa segera mengangkat panggilan tersebut. "Na, ada yang aneh."

"Kenapa? Januar kasih jawabannya?"

Shasa menghela napas, gadis itu memijat pelipisnya. "Tadi aku udah telepon Januar. Januar mau bantu, sih. Tapi ada yang aneh."

"Ya kenapa? Apa yang aneh?"

Shasa menyadari bahwa dia terlalu menghabiskan banyak waktu. Shasa tidak langsung merujuk ke topik yang seharusnya dia sampaikan pada Ellina. "Tiba-tiba yang ngomong di telepon bukan Januar, suaranya beda. Terus anehnya, dia ngaku kalau dia Jaenal dan dia minta nomor kamu."

"Kasih aja."

Shasa membulatkan matanya. Shasa merasa kesal dan bingung dengan jawaban Ellina. "Na, kamu lupa kalau Jaenal yang terakhir kita temuin itu orang aneh? Bisa jadi Jaenal yang ini juga-"

"Kasih aja. Ini penting."

Shasa menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Shasa jelas khawatir pada Ellina. Shasa merasa Ellina sekarang bertindak ceroboh demi jawaban matematika yang sebenarnya mereka bisa mengerjakannya besok pagi sebelum jam matematika dimulai.

"Sa, kasih aja. Aku gak mau kalau harus ngerjain di sekolah."

Shasa terperanjat mendengar suara Ellina di seberang sana. Shasa berdecak kesal. Pada akhirnya, Shasa menuruti apa kata Ellina dan dia pun mengirimkan kontak Ellina pada Januar. Sekarang pikiran Shasa masih diisi oleh Januar dan Jaenal. Shasa masih bingung mengapa bukan Januar yang menjawab teleponnya, malah seorang bernama Jaenal? Shasa juga bertanya-tanya apakah Jaenal kali ini sama dengan Jaenal yang dia anggap aneh saat pertama kali bertemu?

Jika benar, apa hubungan Januar dan Jaenal?

***

Ellina meletakkan tas ranselnya di atas kursi. Biasanya, Ellina akan segera duduk dengan tenang di atas kursinya setelah dia masuk ke kelas dan meletakkan ransel di kursinya. Tapi kali ini tidak. Gadis itu mengikat rambutnya cepat, lalu bergegas lari keluar kelas. Teman-teman sekelasnya sempat bingung melihat sikap Ellina pagi ini. Ellina nampak tak tenang.

'Hasbil. Dia temen sekelasnya Hasbil, kan?'

Ellina berlari menuju kelas XI IPA-3. Ellina berdecak kesal. Jaenal sialan, membuat Ellina harus berolahraga. Ellina berlari ke lantai tiga yang seharusnya kelas X, XI, XII IPA-3 berada di lantai tiga. Ellina yang merupakan siswi kelas XI IPA-1 yang berada di lantai satu jadi harus berlari sampai ke lantai tiga.

"Mau ke mana?"

Ellina berhenti berlari saat dia mulai menaiki anak tangga menuju ke lantai tiga. Napas Ellina tersengal. Ellina menatap orang yang berdiri di ujung anak tangga paling atas, Ellina menatapnya kesal. Sementara yang ditatap malah menyunggingkan senyumnya. Siapa lagi kalau bukan Jaenal.

Seribu EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang