14. Ellina Hilang

38 10 8
                                    

Hasbil melangkah cepat memasuki gedung tempat pelatihan karate. Semua orang yang berada di lantai satu langsung menatap kedatangan Hasbil yang tiba-tiba. Hasbil menatap sekelilingnya. Gawat, sepertinya semua orang mengira bahwa Hasbil adalah orang yang berbahaya. Dan dugaan itu tepat, seorang lelaki yang terlihat seumuran dengan Hasbil melangkah mendekatinya. Lelaki itu memakai seragam dogi dan menatap sengit kepada Hasbil.

"Siapa kamu?" tanya lelaki itu.

"Hasbil." Hasbil menghela napas kecil. Hasbil terlalu gugup sehingga tidak bisa menjelaskan dirinya siapa. "Saya datang ke sini mau cari seseorang."

"Kamu nyari anak karate?"

Hasbil mengangguk.

Lelaki itu tersenyum miring, membuat Hasbil kebingungan. Andai saja Hasbil bisa beladiri, akan Hasbil pukul wajah menyebalkan tersebut.

"Aku Sufyan. Dan kamu tadi...apa? Nyari anak karate?" Sufyan mencondongkan tubuhnya ke depan dan itu membuat Hasbil memundurkan kepalanya. Hasbil membelalakkan matanya dan menatap Sufyan dengan tatapan terkejut.

"I-iya. Tapi kenapa reaksi...kamu kayak gini?"

Sufyan kembali menegakkan tubuhnya dan melipat kedua lengannya di depan dada. "Kamu dateng ke sini kayak kesurupan. Mau ngajak ribut?"

Hasbil tidak menyangka Sufyan akan menduga seperti itu. "Apa? Enggak, bukan gitu--"

"Kamu mau berantem sama orang yang kamu cari? Keliatan banget dari mukanya aja udah emosi gitu."

Hasbil menghela napas. Pertama melihat Sufyan, Hasbil kira orang ini akan bersikap normal. Dari tampangnya kelihatan begitu, tapi ternyata sama menyebalkannya dengan Surya dan Juan.

"Kamu kenal Ellina? Dia murid karate di sini."

"Enggak. Ayo berantem sama aku dulu."

Hasbil mengusap wajahnya, frustasi. Hanya untuk mencari Ellina saja rasanya rumit sekali. "Oke," kata Hasbil pada akhirnya. Ini semua dia lakukan demi Ellina.

Sufyan tersenyum lebar. "Oke, kalau gitu. Ayo kita ke ruangan--"

"Wah, keliatannya ada orang yang dateng ke sini. Siapa, nih?"

Sufyan menghela napas dan memutar bola matanya kesal. "Aduh, sensei! Bisa, gak, jangan ganggu aku kali ini?"

Julio, pria tersebut terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Dia ada perlu sama aku. Bukan sama kamu, Sufyan." Julio tersenyum pada Sufyan, tapi Sufyan malah berdecak kesal.

Julio menatap pada Hasbil. Julio tersenyum dan kemudian menghampiri Hasbil. "Kamu siapa? Kenapa kamu nyari Ellina?"

Hasbil tersenyum dan mengangguk. "Saya--"

"Pake bahasa yang lebih nyaman. Jangan saya, tapi aku."

Senyum Hasbil memudar dan dia mengangguk perlahan. "A-aku sepupunya Ellina, aku Hasbil."

Julio mengulum bibirnya dan mengangguk-angguk. Tiba-tiba saja raut wajah Julio terlihat lebih serius sekarang.

"Harusnya dia latihan karate sekarang, jadi aku dateng ke sini buat nyari dia. Aku mau memastikan dia ada di sini karena hari ini Ellina gak pulang ke rumah. Biasanya dia pulang dulu ke rumah buat ganti baju dan bawa persiapan buat latihan karate. Aku pikir mungkin dia udah nyiapin semuanya sebelum berangkat sekolah biar sepulang sekolah, Ellina bisa langsung dateng ke sini buat latihan tanpa harus pulang dulu."

"Jadi kamu mikir Ellina ada di sini sekarang?"

Hasbil mengangguk cepat. "Dia ada di sini, kan? Aku yakin dia pasti ada di sini."

Seribu EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang