31. Pengkhianatan Raka

25 9 1
                                    

"Kita minta maaf!" Keempat orang tersebut segera berlutut pada Rayhan dan Jaeveer setelah mengetahui bahwa mereka berdua bukan musuh, melainkan berada di pihak yang sama.

Rayhan menghela napas. Sementara Jaeveer meraba dadanya, Jaeveer bisa merasakan dadanya yang berdetak begitu cepat.

Juan terkekeh malu mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh teman-temannya. Juan tahu bahwa mereka memang selalu waspada.

"Aku yang lempar kamu batu di awal."

Rayhan membelalakkan matanya ketika melihat seorang dari mereka mengulurkan tangannya. "Lah, cewek?"

Orang tersebut melepaskan masker yang dia pakai. Rayhan sontak menutup mulutnya yang terbuka lebar saat melihat wajah orang tersebut. Seorang perempuan, Rayhan pikir seorang laki-laki.

"Cantik, ya?" Jaeveer terkekeh geli.

"Enggak, bukan gitu." Rayhan menggelengkan kepalanya.

"Maksudnya? Aku gak cantik?" Perempuan itu menaikkan sebelah alisnya dan menatap Rayhan.

"Apa?" Rayhan mengerutkan keningnya. Sementara yang lain semuanya menatap Rayhan, membuat Rayhan jadi gugup. "Maksud gue...gue kaget pas tau elo cewek. Gue kira cowok."

"Pertanyaannya, aku cantik atau enggak?" Perempuan tersebut menarik kerah Rayhan sehingga membuat Rayhan menahan napasnya ketika jaraknya dengan perempuan itu menjadi dekat.

Juan menghela napas. "Cukup, Naira." Juan menarik tangan Naira agar menjauh dari Rayhan. Juan menyentil dahi Naira cukup keras sampai membuat gadis itu mengusap keningnya.

"Si Naira emang kayak anjing kadang. Maaf, ya." Seorang pemuda dari pasukan Juan tersebut mengulurkan tangannya pada Rayhan. "Aku--eh, maksudnya gue Setu."

"Gue Endra."

"Dan aku Waiz." Pemuda bernama Waiz tersebut tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.

Juan tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Naira, Setu, Endra dan Waiz. Mereka aku panggil ke sini buat bantu kita."

Jaeveer mengangguk-angguk paham. "Kalian semua anak silat?"

Kelimanya mengangguk, termasuk Juan.

Rayhan memejamkan matanya sebentar dan dia menghela napas. "Sebenernya apa yang terjadi di sini? Kenapa perlu manggil orang lain buat bantu kita?"

Juan menatap Rayhan dengan tatapan serius. Juan paham betul dengan apa yang dipikirkan oleh Rayhan saat ini. Juan bisa melihat wajah Rayhan yang terlihat khawatir. Juan menarik napas dalam-dalam. "Aku lagi mau nyari Jaenal sekarang. Kamu mau ikut?"

"Jaenal ada di sekitar sini?"

"Jaenal emang ada di sini. Tadi dia keluar dari bangunan dojo karena yang dia cari gak ada di tempat itu."

Rayhan membelalakkan matanya. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam ketika tiba-tiba dadanya terasa sesak. Jaeveer segera memegangi lengan Rayhan erat ketika Rayhan hampir saja terjatuh.

"Lo yakin mau nyari Jaenal, Han? Badan lo aja lemah begini."

"Itu udah keharusan gue." Rayhan memejamkan matanya sebentar.

Setu menatap Juan. Setu merasa tidak yakin Rayhan bisa ikut dengan mereka. Jadi Setu bertanya lewat matanya, apakah baik-baik saja dan Juan hanya mengangguk pelan. Juan yakin sekali Rayhan bisa membantu. Terlebih lagi Juan tahu bahwa Rayhan adalah teman dekat Jaenal.

"Kamu punya senjata?" Waiz menatap Jaeveer dan Rayhan secara bergantian. Waiz bisa menyimpulkan bahwa mereka datang ke sini dengan tangan kosong.

"Bola basket?"

Seribu EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang