25. Julio vs Yunita

21 9 1
                                    

"Cepet juga mereka ngertinya." Ihsan tersenyum melihat beberapa murid dari SMA Nusa Bangsa sudah berdatangan. Ihsan menghembuskan asap rokok dari mulutnya ke udara.

"Ada berapa orang yang jaga gudang?" Ihsan menoleh pada Ganapatih.

"Sepuluh orang. Cukup, kan?"

Ihsan mengangguk-angguk paham. Kerja bagus, Ganapatih.

Ihsan menatap berbalik badan. Sekarang, di depan Ihsan berdiri sepuluh orang yang memegangi senjata mereka masing-masing. Ihsan menghela napas melihat itu. "Apa kalian butuh senjata?"

Semua orang yang berada di sana saling melempar pandang.

Ganapatih terkekeh. "Kalau kita gak megang senjata, kita kalah. Lo gak tau seberapa besar kekuatan anak-anak Nusa Bangsa?"

Ihsan menatap Ganapatih tajam. "Maksud lo, anak-anak sekolah kita lemah?"

"Buat sekarang, iya." Ganapatih tersenyum pada Ihsan, membuat Ihsan menahan diri untuk tidak memukul wajahnya. Ihsan tidak akan terpancing dengan sikap bodoh Ganapatih.

"Turunin senjata kalian!" teriak Ihsan.

Mereka dengan ragu-ragu menjatuhkan senjata mereka.

"Mereka cuma sebelas orang. Mau bagaimana pun, jumlah kita lebih banyak dari mereka. Pakai senjata itu sama aja dengan nunjukin ke mereka kalau kita lemah." Ihsan menatap dingin sekumpulan orang-orang yang berada di depannya.

Ganapatih menghela napas. "Lo gak capek apa teriak-teriak mulu, San?"

"Jangan ikut campur. Lo mending main game aja."

Ganapatih memutar bola matanya.

"Sekarang, kalian kalahin mereka satu per satu. Mereka udah mulai masuk ke sini. Kalian turun ke lantai dua." Ihsan merendahkan nada suaranya. Benar kata Ganapatih. Sekarang Ihsan merasa tenggorokannya sakit.

Sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Ihsan, sepuluh orang tersebut bergegas turun ke lantai dua. Rencananya mereka berhasil untuk memancing kelompok Jaenal datang ke gedung dojo. Ellina tidak ada di gedung dojo, jadi usahanya sia-sia. Kelompok Yunita akan membuat lawannya kelelahan sebelum menemui Ellina.

***

Ellina berusaha memberontak ketika tubuhnya diikat ke kursi. Mulut Ellina bahkan ditutup oleh kain tebal sehingga Ellina tidak bisa berteriak. Ellina menatap Javian yang berdiri di hadapannya dengan tatapan memohon.

Javian menghela napas. "Jujur aja, gue gak tega sebenernya nyiksa cewek cantik."

Javian menoleh ke belakang. Orang-orang yang diminta mengawasi Ellina ternyata tidak bisa diandalkan. Javian sangat kecewa. Tujuh dari sepuluh orang yang mengawasi Ellina, semuanya terkulai lemas setelah berusaha keras mengikat Ellina di kursi. Yunita pernah bilang pada Javian, bahwa dia harus berhati-hati terhadap Ellina. Bukan main-main bahwa Ellina disebut kebangaan SMA Nusa Bangsa.

"Tapi karena lo udah buat orang-orang gue tepar kayak gini, gue juga harus bikin lo jadi kayak mereka." Javian menatap Ellina dengan tatapan sinis.

"Raka."

"Ya?" Raka yang berdiri tidak jauh dari Javian mengangkat kepalanya.

"Bawa tali pecut ke sini."

Raka terdiam untuk sesaat, sebelum akhirnya dia segera bergegas mengambil barang tersebut.

"Apa harus pake tali pecut?" Pandu melirik Javian yang berdiri di sebelahnya. Pandu menyeka darah di ujung bibirnya, bekas perkelahiannya dengan Ellina sebelumnya.

Seribu EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang