•CHAPTER 07

20 7 11
                                    

•Sebelumnya mohon maaf sekali apabila banyak kesamaan dalam nama tokoh, alur cerita, dan nama tempat karena cerita ini hanyalah fiktif belaka yang asli dari pemikiran author sendiri.

🍃🍃🍃

07. Moonlight Kafe

Elvano meminum jus jeruk yang sudah tersedia di meja dekat kolam renang rumahnya, ia menggunakan celana pendek warna hitam dengan baju nya yang sudah ia buka dari tadi sehingga menampakkan otot-otot perutnya yang ia dapatkan hasil olahraga nya selama ini. Sore ini ia berniat untuk berenang karena cuaca yang lumayan panas dan membuat sangat gerah, tetapi aktifitas nya tertunda beberapa menit karena tiba-tiba saja ia kehausan hingga membuatnya untuk pergi mencari minum yang ada di kulkas.

Ia sangat suka berenang sejak dulu, Elvano juga lumayan ahli dalam bidang itu. Ia mematikan ponselnya dan langsung menenggelamkan tubuh nya ke dalam kolam, sudah lama ia tidak berenang. Sekitar dua puluh lima menit sudah ia menghabiskan waktunya untuk berenang, langit sudah mulai menggelap, ia bergegas mengambil handuk untuk mengeringkan badannya dengan celana pendek nya yang sangat basah dan bercucuran air, Elvano langsung masuk ke dalam rumah untuk membersihkan badannya dengan ponsel nya yang masih tergeletak di meja dekat kolam renang.

Ibu kandung nya sudah meninggal semenjak kurang lebih tiga tahun lalu, ia sangat terpuruk dengan hal itu, tetapi seiring berjalannya waktu yang terus berjalan, ia melewati masa-masa itu dengan berbagai perasaan yang menimpa. Ayah nya kadang ada di rumah kadang juga tidak, ia lebih sering menghabiskan waktu nya untuk bekerja dan pulang ke apartemen nya, Elvano tidak sendirian. Terkadang ada Aldo dan Tino yang datang ke rumahnya hingga larut malam, mereka juga sempat menginap beberapa kali di rumah Elvano.

"Bi, malam ini gak usah masak ya, El pesen makan dari luar aja," ucap Elvano memberi tahu asisten rumah tangga nya.

Elvano mencari handphone nya yang entah kemana, padahal ia akan segera memesan makanan, setalah di cari tetapi tak nampak ada, akhirnya ia ingat kalau tadi handphone nya ia simpan di meja dekat kolam renang dan ia lupa tidak membawanya kembali. Setelah beberapa menit ia memesan makanan, makanan nya datang, entah apa yang ia pesan namun kelihatannya sangat enak sampai-sampai ia langsung memakannya dan tersisa sedikit, mungkin ia sangat kelaparan.

"Jadi, kamu udah dekat belum sama Alleta?" tanya seseorang yang baru saja datang.

Elvano yang sedang memainkan handphone langsung mematikannya dan menengok ke arah belakang untuk mengetahui siapa yang datang, ternyata ayah nya sendiri.

"Kalau deketin dia buat hal itu, aku gak bisa," jawab Elvano ketakutan tanpa ekspresi.

Plak!

Wildan menampar anaknya dengan sangat keras, Elvano tampaknya sangat kesakitan namun ia bisa menahan rasa sakit itu.

"Rencana kita harus berhasil Elvano! Kamu harus bisa lakuin yang Papa mau."

"Kita? Papa aja kali, El gak mau lakuin sesuatu yang gak baik."

Wildan melangkah mendekati Elvano, memukul nya beberapa kali dengan ikat pinggang nya, "BERANI KAMU BANTAH SAYA HAH?!"

"BERANI! BAHKAN EL SIAP KALAU HARUS KELUAR DARI RUMAH INI KALAU PAPA NGUSIR EL."

"DASAR ANAK GAK BERGUNA, TAU GITU SAYA GAK AKAN PULANG KE RUMAH MALAM INI," Wildan meninggalkan Elvano, ia pergi ke apartemennya yang berjarak sekitar dua puluh tujuh menit dari rumah.

Elvano menaiki anak tangga di rumah nya, masuk ke dalam kamar dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajah nya, ia menggunakan jaket yang cukup tebal dan pergi ke sebuah tempat yang cukup jauh dari rumahnya, menggunakan mobil sport berwarna putih dan ia lajukan dengan kecepatan yang sangat tinggi.

ALLETA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang