VI

221 29 12
                                    

Wirya berhenti tepat didepan seorang wanita berambut pirang sebahu yang mengenakan dress biru dengan luaran jaket putih, dilihat dari dekat wanita itu tampak begitu cantik dan fashionable sudah dipastikan bahwa wanita itu adalah seorang model.

Wirya berbalik melihat Yasa, "Yasa, perkenalkan ini Yena partner kerja kita hari ini."

"Hai, aku Yena. Kamu Yasa kan? Betapa cocoknya nama kita jika ditulis di cover majalah bukan? Yasa dan Yena hahah."

"Cukup sampai disitu, sikap burukmu itu tak berubah dari dulu."

"Emang apa masalahnya? Sekarang aku lajang, aku bebas melakukan apapun. Yasa pun terlihat tampan."

Yena tersenyum usil kearah Yasa namun Wirya menghentikannya dengan menutup muka Yena dan memain-mainkan pipinya. Yasa merasa dirinya menjadi orang ketiga diantara dua orang didepannya itu. Hubungan apa yang mereka miliki? Sepertinya mereka sudah mengenal satu sama lain sejak lama. Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari otak Yasa hingga membuatnya tak nyaman terus berdiri diantara mereka. Ada rasa tak enak di dada Yasa, sudah jelas itu rasa cemburu.

"Salam kenal saya Yasa, mohon bantuannya hari ini. Kalo begitu saya permisi, ada yang ingin saya bicarakan dengan manager saya." Tersenyum dan membungkuk sekilas lalu pergi meninggalkan Wirya dan Yena.

Yasa tak mau rasa cemburunya menganggu hari kerja pertamanya ini. Dia berjalan kearah Gavin yang tengah sibuk dengan lembaran kertas ditangannya, sesampai nya disana dia langsung memeluk Gavin membuat sang empu terkejut dan mulai memberontak.

"He,hei! Apa yang sedang kau lakukan?"

"Sebentar saja, sebentar."

Gavin pasrah dia membiarkan Yasa memeluknya, sedikit mengusap kepala Yasa lalu fokus kembali pada lembaran kertas yang dia pegang. Ini bukan sekali dua kali Yasa bertingkah seperti ini padanya, mau bagaimanapun mereka sudah berteman cukup lama jadi dia tahu penyebab Yasa bertingkah seperti ini.

Kebiasaan Yasa saat sedang merasa tidak enak hati adalah memeluk temannya atau bermanja-manja. Berbeda jika sedang benar-benar memiliki masalah, biasanya dia hanya mengurung diri seperti minggu-minggu lalu. Jadi dia tahu apa yang terjadi dengan Yasa kali ini, mungkin ada sangkut pautnya dengan Wirya. Gavin tak menyangka bahwa Yasa sesuka itu pada Wirya.

"Kamu harus fokus, gaboleh melibatkan perasaan pribadi dalam pekerjaan."

"Aku tau." Yasa menjawab dengan nada juteknya.

Namun tak berselang waktu yang lama manager yang kemarin ditemui kini sudah sampai dan mereka pun melakukan rapat singkat untuk membahas konsep pemotretan dengan lebih jelas.

Entah hanya perasaan Yasa atau memang kenyataannya begitu. Yasa merasa Wirya menatap nya sedari tadi, kebetulan mereka duduk berhadapan hanya terpisah oleh meja besar. Yasa memberanikan diri mengangkat kepalanya dan melirik Wirya. Disana, pria berkacamata bulat itu memang sedang menatapnya dan saat menyadari Yasa melihat kearahnya dia pun tersenyum membuat Yasa refleks mengalihkan pandangannya lagi.

"Kenapa? Apa ada sesuatu diwajahku?" batin Yasa sembari meraba-raba wajah dan rambutnya. Lalu dia pun sekali lagi melirik Wirya namun yang ia dapati adalah Wirya yang tertawa kecil melihatnya. Wajah Yasa semakin memerah karena malu, rasanya ia ingin cepat-cepat keluar dari ruang rapat.

Rapat pun selesai setelah beberapa menit, konsep pemotretan telah dijelaskan. Pertama mereka akan melakukan pemotretan bertiga dalam satu frame, lalu mereka juga membuat konsep untuk Wirya dan Yena saja, tentu pemotretan individu juga dilakukan. Tidak ada masalah dalam pemotretan, ketiga orang itu memiliki visual yang luarbiasa dan punya karakteristik masing-masing. Wirya yang memiliki visual manly dan cantik begitu sempurna dengan konsep pemotretan, begitupun Yena model cantik yang memiliki aura kuat untuk seorang wanita ditambah rambut yang dipotong sebahu, dan juga Yasa yang tak kalah indah dari dua orang lain, wajahnya yang bisa dibilang cantik untuk seorang pria pun membuat staf-staf disana terpesona.

Echanted || WooSangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang