X

342 31 33
                                    

Sinar matahari menerobos masuk dari sela-sela jendela, mengganggu wajah pria manis yang kini tengah tertidur dengan nyaman. Menggeliat saat sinar matahari itu menyorot matanya, ia pun perlahan-lahan membuka matanya. Pemandangan kamar yang asing menyambut penglihatannya, tangannya menepuk-nepuk bagian sisi kasur mencari ponsel untuk melihat jam.
Namun saat dia bergerak, sebuah tangan yang -tidak ia sadari- sedari tadi melingkar diperutnya menahan pergerakannya.

Yasa, pria manis yang baru saja terbangun itu terkejut bukan main. Dia melihat kebagian perutnya, lengan putih dengan urat yang menonjol itu tengah melingkar nyaman diperutnya. Setelah seperkian detik akhirnya Yasa mengingat apa yang ia lakukan semalam bersama pemilik lengan ini. Wajahnya langsung memerah saat mengingat sepanjang malam tadi pria di belakangnya ini selalu mengucapkan rasa suka padanya.

Yasa mencoba bangkit dari tidurnya namun yang ia rasakan hanya rasa sakit di sekujur tubuhnya, dia meringis hingga membuat pria disebelah nya terbangun. Bukannya bangkit, pria disebelah Yasa malah mempererat pelukannya membuat bagian punggung Yasa yang tak dilapisi sehelai kain pun menyentuh dada bidang pria dibelakangnya.

"Wi,Wirya ...," Suara Yasa bergetar saat menyebut nama pria yang memeluknya dan itu berhasil membuat Wirya tersentak dan bangun untuk melihat wajah Yasa yang memunggunginya.

"Yasa? Kenapa? Sakit semua kah?" Nada panik begitu terdengar jelas dari suara pria yang memiliki dagu lancip itu.

Dan entah apa yang merasuki Yasa, kini ia malah terisak sembari menutup wajahnya. Banyak pikiran negatif yang langsung terlintas dipikirannya, dimulai bagaimana jika Wirya hanya bilang bahwa kejadian semalam hanya kecelakaan, bagaimana jika Wirya hanya membuat-buat nada khawatirnya itu, dan bagaimana jika kata-kata manis yang Wirya ucapkan semalam adalah kebohongan?

"H,hei, kenapa? Aku salah yah? Aku minta maaf." Wirya panik bukan main saat mendengar isakan Yasa tiba-tiba, Wirya terus-menerus mengucapkan kata maaf sembari menciumi punggung telapak tangan Yasa yang menutupi wajahnya.

"Jangan nangis, semalam aku emang gegabah dan berlebihan tapi aku benar-benar menyukaimu, Yasa. Maafin aku ya? Don't cry, please ..."

"Hiks, kamu beneran menyukaiku?" Yasa bertanya sembari membuka sedikit celah diantara tangannya untuk melihat wajah Wirya, dan Wirya pun dengan tatapan polosnya mengangguk mengiyakan pertanyaan Yasa.

"Kenapa?" tanya Yasa lagi.

"Kenapa kamu bilang? Aku menyukaimu dan terus mencarimu sejak kita lulus sekolah menengah dulu."

Flashback Wirya POV Onn

Hari itu musim panas dibulan Juni. Dari dulu aku ini anak yang aktif dan sangat menyukai olahraga basket. Sudah ditahun akhir sekolah menengah dan aku sudah tahu dari satu tahun terakhiran, aku selalu menyadari tatapan itu. Tidak hanya diriku, bahkan beberapa temanku pun sudah tahu akan hal itu.

Sudah satu tahun aku menyadari bahwa ada seorang murid lelaki yang matanya selalu mengikutiku kemana-mana saat disekolah. Teman-temanku bahkan berbicara bahwa mereka takut dan merasa ngeri, mereka selalu memintaku untuk berjaga-jaga bahkan ada diantara mereka yang mengusulkan untuk menegur langsung pria penguntit itu. Namun aku melarangnya, yah aku kira dia hanya penasaran denganku karena sudah satu tahun tak ada kejadian yang tak mengenakan menimpa padaku selain tatapan itu.

Dan setelah dicari tahu akhirnya aku mengetahui siapa siswa itu. Namanya Yasa Mahardika, dia ada dikelas yang berbeda sebelumnya denganku namun disemester akhir dikelas tiga kita berada dikelas yang sama. Dia bukan siswa aneh, dia sama seperti siswa lainnya bahkan dia cukup terkenal karena bakat akademik nya, dia juga mempunyai teman yang cukup banyak, tapi kenapa dia selalu menatapku dengan tatapan itu. Mungkin orang-orang akan merasa risih jika selalu ditatap oleh orang yang tak dikenalinya, namun berbeda denganku dan siswa itu. Tatapan yang diberikannya padaku bukanlah tatapan orang iri, benci, maupun tatapan mengancam. Yang aku rasa pada tatapannya adalah tatapan hangat, juga tatapan yang berkata "aku akan selalu ada disini, jadi tolong lakukan hal yang sering kamu lakukan seperti biasanya" jadi selama itu aku sama sekali tidak risih dengan tatapannya.

Echanted || WooSangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang