IX

316 30 30
                                    


⚠️
18+, kissing scene.

"Aku menyukai Sam."

Kalimat berikutnya yang diucapkan Rio membuat Yasa melongo tak percaya, hatinya tiba-tiba merasa tenang saat mendengar bahwa ada orang lain yang menyukai Sam, dengan begitu Wirya ...
Yasa menggelengkan kepalanya membuang pikiran bodohnya yang lagi-lagi bermimpi bisa mendapat kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan Wirya.

"Saat kamu menatap Seno dan saat Sam menatap Seno, tatapan kalian itu Sama. Jadi aku kira kamu menyukai Seno."

"Tu,tunggu, jadi artinya ... Sam menyukai Wirya?" Rio mengangguk.

"Kalo Sam menyukai Wirya, kenapa dia selalu mendorong-dorong Wirya untuk berhubungan kembali dengan Yena?" Nasi sudah menjadi bubur, Yasa kini sudah bertanya hal yang seharusnya tidak ia tanyakan.

Yasa terheran saat melihat Rio tertawa kecil,"Yena dan Seno sudah tidak saling menyukai, mereka sudah selesai dengan perasaan masing-masing hubungan mereka sekarang hanya sebatas sahabat dan Sam tau itu, Sam sengaja melakukan itu untuk melihat reaksi Seno maupun Yena. Dan kamu juga melihatnya tadi."

"Sejak kapan Sam menyukai Wirya, dan sejak kapan kamu menyukai Sam?"

"Sam menyukai Seno sejak mereka masih menjadi mahasiswa, tapi Sam ga berani ngungkapin perasaannya, dia takut hubungannya dan Seno memburuk karena Seno menganggap Sam tak lebih dari seorang sahabat. Sedangkan Sam sudah jatuh terlalu jauh pada Seno sampai tak menghiraukan perasaanku." Rio menghelakan nafasnya sembari berjongkok dihadapan Yasa,"Padahal aku setengah mati menyukainya," gumam Rio.

Yasa diam, dia tidak tahu harus bagaimana menanggapi fakta yang baru diketahuinya ini. Sam dan dirinya memiliki kesamaan, mereka sama-sama memendam rasa pada Wirya dan pria dihadapannya ini juga memiliki kesamaan dengan dirinya.

"Sebenarnya ini cinta segi berapa?" batin Yasa.

"Aku kira kamu menyukai Seno, soalnya Seno pun seperti menyukaimu."

"A,apa yang kau bicarakan?! Ayok berdiri dan kembali yang lain pasti mencari-cari kita."

Yasa tidak mengerti dengan jalan pikir pria jangkung ini, setiap perkataan yang dilontarkannya membuat Yasa selalu terkejut. Wirya menyukainya? Tidak mungkin, jika itu sebatas rasa suka idol pada fans nya mungkin Yasa mengerti.

"Tapi beneran, cara Seno menatap kamu itu beda." Rio tetap melanjutkan omongannya.

"Kamu cenayang atau apa? Perasaan orang gabisa diukur dari tatapannya doang tau!" Entah kenapa ucapan Rio malah membuatnya kesal bukannya senang, ia takut jika dirinya mendengar perkataan Rio dia akan mulai berharap kembali dan merasa sakit hati lagi jika dia tahu bahwa faktanya berkebalikan.

Yasa beranjak keluar diikuti Rio dibelakangnya, sepanjang perjalanan mereka hanya berbincang topik-topik ringan seakan sebelumnya mereka tak membicarakan hal yang cukup serius. Perasaan Yasa jadi tidak enak setelah mendengar perkataan Rio. Namun pemandangan yang tak diinginkan Yasa menyambut mereka.

Para staff yang tadinya ramai dimeja makan sudah tidak ada, mereka beranjak minum-minum diluar dekat kolam berenang. Dan didalam ruangan hanya tersisa Wirya, Sam dan Yena yang tampak sedang bermain game. Yasa dan Rio berjalan mendekat, Wirya melirik kearah Yasa dan Wirya dan kembali mengalihkan pandangannya dalam sekejap. Yasa sedikit tertegun dengan tatapan Wirya tadi,"Dia mabuk?" batinnya bertanya.

Yasa mendudukkan dirinya di kursi paling ujung disamping Rio, dia tidak mau duduk diantara Wirya dan Sam lagi yang mana mereka berdua kini sudah benar-benar mabuk. Dia khawatir pada Wirya, wajah pria itu sudah benar-benar merah padam karena mabuk. Yasa dan Rio hanya menatap ketiga orang itu yang tertawa terbahak-bahak, kadang mereka menyentil satu sama lain karena kalah permainan.

Echanted || WooSangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang