Gallio Alessandro Kanaka belum pernah merasa sefrustasi ini untuk menaklukan hati seseorang. Biasanya, perempuan-peremuan selalu mau padanya karena dia tampan, kaya dan populer.
Perbedaannya justru membuat Gallio semakin tergila-gila.
Perempuan itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Gallio sudah sedari tadi menguap tanpa henti, berusaha keras untuk tetap fokus pada kuliah matematika lanjutan yang membosankan. Namun, dorongan matanya untuk terpejam jauh lebih kuat daripada keinginannya untuk belajar. Dia menggaruk kepalanya dengan frustrasi, dan perlahan-lahan mulai menggigit-gigit ujung pulpen.
Dalam keadaan setengah mengantuk, dia melirik ke arah Jenny, yang seperti biasa, tampak sepenuhnya terfokus pada dosen botak di depan. Melihat betapa berbading terbaliknya mereka, Gallio tidak bisa menahan senyumnya. Daripada terus menerus memperhatikan penjelasan dosen yang membuatnya semakin mengantuk, dia memutuskan untuk memperhatikan Jenny saja. Lebih menghibur. Lebih ada faedahnya.
Jadi, dia meletakkan tangannya di atas meja, menyandarkan kepala di atas tangan, dan memiringkan kepala sambil tersenyum-senyum sendiri menatap Jenny.
Awalnya, Jenny sama sekali tidak menyadari tatapan Gallio yang cengengesan tidak jelas. Namun, seiring waktu, dia mulai merasakan seseorang memperhatikannya dan melirik ke arah Gallio. Ketika pandangan mereka bertemu, Gallio dengan nakal mengerucutkan bibirnya dan memberikan ciuman udara yang membuat Jenny mengernyit bingung, lalu kembali ke depan kelas untuk tetap fokus.
Banyak akal dan banyak ide, itulah Gallio, bahkan di saat-saat seperti ini. Dia merobek selembar kertas dari buku tulisnya dan mulai menulis sesuatu dengan cepat, entah menulis apa. Setelah selesai, dia melipat kertas itu dan menggesernya perlahan ke meja Jenny.
Kertas yang berada di sebelah sikunya, sekilas dilirik oleh Jenny, tapi kemudian dia memilih untuk kembali fokus pada catatannya. Dan itu membuat Gallio mendesah kesal. Tak mau menyerah, dia mulai berdeham berkali-kali, berpura-pura batuk, berusaha menarik perhatian Jenny dengan segala cara. Tidak peduli dia apakah itu menganggu teman sekelasnya atau tidak.
Setelah beberapa kali berusaha, akhirnya Jenny menoleh juga, dengan alis yang sedikit terangkat. Gallio, dengan suara pelan berbisik, "Baca dan bales itu," sambil menunjuk kertas yang tergeletak di meja Jenny. Jenny hanya bisa menghela dan tangannya mulai bergerak mengambil kertas tersebut, sementara Gallio menyeringai puas.
Senyum Gallio semakin lebar ketika melihat Jenny akhirnya meraih pulpen dan mulai menulis di atas kertas yang dia berikan. Setelah selesai, Jenny mengulurkan kertas itu kembali kepadanya tanpa repot-repot melipatnya ulang. Gallio yang sudah tidak sabar, segera menyambar kertas tersebut dan membacanya dengan cepat, mencari tau jawaban apa yang Jenny berikan.
Sudut bibirnya terangkat. Entah apa yang Jenny tuliskan, tapi jelas itu cukup untuk membuatnya tertarik. Dengan cepat, dia kembali menulis sesuatu. Begitu selesai, dia menyodorkan kertas itu lagi ke arah Jenny, seperti anak kecil, bocah SD yang antusias kirim-kirim surat sama crush-nya.