Part 6
Resi Candramaya
Di Zaman Kerajaan Hindu
Kemuning fajar mulai menampakkan semburatnya. Cericit burung liar riuh melantunkan simfoni merdu menyambut kehangatan yang menyertai terbitnya sang dhinakara. Hari telah berganti, memangkas jarak harapan pada asa untuk meraihnya.
Damar yang semalaman terlelap dengan tenang di dalam sebuah gua mulai menggeliat mengumpulkan satu persatu kesadarannya yang masih tercecer dalam buaian mimpi. Perlahan kedua matanya terbuka lalu mengerjap beberapa kali. Pandangannya memindai sekitarnya. Terlihat tumpukan arang dan abu bekas perapian semalam masih menghembuskan sedikit asap. Tatapannya lalu beralih ke mulut gua. Dia teringat kejadian semalam akan datangnya sosok berbaju putih dan memberikan petunjuk mengenai keberadaan resi yang dicarinya.
“Apa semalam resi itu sendiri yang mendatangiku?” Gumamnya bermonolog.
“Sebaiknya kuikuti saja petunjuknya” Sambungnya.
Tanpa menunda lebih lama lagi, Damar langsung mengemasi barang bawaannya, mematikan sisa perapian dan segera meninggalkan gua itu menuju arah yang ditunjukkan sosok semalam.
Damar berjalan pelan menuju mulut gua lalu mengamati sekitarnya. Dia melihat ke arah matahari terbit. Sesuai petunjuk dari sosok semalam dia harus berjalan dari arah matahari terbit menuju ke arah matahari tenggelam. Tidak ada petunjuk berapa lama dia nantinya harus berjalan dan seberapa jauh jaraknya. Jadi dia berniat akan terus berjalan sampai mendapatkan petunjuk berikutnya.
Belantara rimbun di salah satu punggung Wukir Udarati menyambut awal perjalanannya. Tidak ada jalan setapak yang ditemuinya di sini. Artinya hutan ini belum pernah dijamah manusia.
“Nampaknya perjalananku kali ini akan lebih berat” Gumamnya.
Namun hal itu sama sekali tidak menyurutkan semangatnya. Damar terus menyibak belukar yang menghalangi langkahnya untuk dapat menemukan keberadaan Resi Candramaya. Hingga semakin jauh dia memasuki belantara itu, pendengarannya menangkap suara menggeram tak jauh darinya. Damar berhenti lalu memasang gestur warpada. Beberapa kali suara geraman itu kembali terdengar membuat siapapun yang mendengarnya pasti langsung runtuh nyalinya.
Dengan gerakan yang cukup gesit Damar memanjat sebuah pohon besar supaya bisa mengamati dengan jangkauan lebih luas. Dari atas pohon dia bisa melihat seekor harimau sedang berjalan mengendap-endap menembus rerimbun semak. Sepertinya makhluk buas itu sedang mengintai mangsanya.
Perlahan damar mengambil busur yang tersemat di punggungnya. Sebuah anak panah pun telah digenggamnya dengan erat. Dengan penuh konsentrasi Damar membidik ke arah harimau itu. Dia tak langsung melesatkan anak panahnya, namun hanya membidik dan mengamati pergerakan harimau itu.
Tak lama berselang, harimau itu bergerak cepat lalu melompat dan menerkam seekor rusa yang sedang mengunyah dedaunan di balik semak. Dalam sekali serangan rusa itu langsung binasa oleh cakar dan taring harimau itu. Damar mengendurkan tarikan tali busurnya lalu menyimpan kembali anak panahnya. Dia sama sekali tidak ada niatan menyerang harimau itu, kecuali keberadaannya diketahui dan harimau itu beralih memburunya.
Sambil melihat harimau itu menikmati buruannya, Damar berpikir keras untuk melanjutkan perjalanannya. Jika dia tetap pada jalurnya semula, artinya dia harus melintasi wilayah kekuasaan harimau itu. Tidak menutup kemungkinan kawanannya berada tidak jauh dari situ. Tanpa membuang waktu lebih lama, Damar memutuskan mengambil jalan memutar menjauhi tempat harimau itu berada. Dia tidak mau mengambil resiko lebih besar, sebab bagaimanapun juga, makhluk buas itu penguasa hutan ini.
Nampaknya keputusan Damar cukup tepat, dengan mengambil jalan memutar dia tidak menemui hambatan berarti. Hingga waktu tengah hari dia mulai keluar dari hutan dan memasuki area padang rumput. Di kejauhan nampak semburat cahaya kebiruan seperti sebuah danau yang airnya memantulkan terpaan sinar matahari. Damar segera mengayun langkah menuju ke danau itu. Persediaan air yang dibawanya di dalam bumbung sudah tandas. Maka dia berniat mengisinya kembali dengan air dari danau itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/345728241-288-k498181.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Hujan Dan Perempuan di Sudut Taman (Tamat)
HorrorRoh perempuan yang mati membawa dendam terus bergentayangan selama ratusan tahun. Dia terus menunggu sosok kekasih yang bisa membuatnya tenang. Akankah penantiannya itu terjawab? Cerita yang mengambil setting waktu berbeda-beda serta sudut pandang d...