Chapter 39

1.6K 186 13
                                    

Tik Tik Tik

Bunyi detikan jam terdengar jelas menggema diseluruh lorong lantai 4. Perlahan, Dokja membuka matanya dan melihat langit langit kamarnya seperti biasa.

Sesuai rutinitas, Dokja bangkit dari tidurnya dan segera berkemas. Memasang seragamnya seperti biasa dan siap untuk bekerja. Anehnya, seragam yang sangat dia benci dari dulu kini terasa nyaman setiap kali dia memasangnya. Meski rekannya mengizinkannya untuk mengganti seragamnya, dia tetap menolak dan memilih untuk memakainya.

"Mengapa kau tidak ingin menggantinya?" Tanya Oka menatap pada Dokja dengan sendu. Dokja berbalik dan memberi senyum terbaiknya.

"Itu karena,.... Aku ingin dia melihatku dengan bentuk yang sama ketika dia kembali. Aku takut dia tidak akan mengenalku jika aku berubah. Aku ingin dia melihatku dengan wujud yang sama seperti biasanya, dengan begitu dia tidak akan bingung."

"...... Dokja-yahh..."

Hari menunjukkan pukul 5 pagi. Seperti biasa, Dokja akan berjalan menuju lantai 4 dan berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Dengan pelan, dia akan mengetuk pintu itu dan masuk meski tidak mendapat jawaban. Karena dia tau bahwa pria itu tidak akan menjawabnya karena dia tengah terlelap dengan dada yang terpapang jelas.

Dengan langkah yang sama, Dokja akan menuju ke jendela untuk membuka gorden hitam yang menghalangi cahaya matahari pagi. Keduanya dia akan bergerak menuju ranjang besar hanya untuk membangunkan pria besar yang terlelap.

Yah, seharusnya seperti itu. Karena begitulah rutinitasnya selama ini. Begitu membangunkannya, pria itu tidak akan berhenti menyiksanya dengan perintah perintah aneh yang tiada habisnya.

Namun kali ini berbeda.

"Waktunya bangun Tuan"

"......"

"Anda akan terlambat. Akan ada pertemuan pagi ini."

"......"

Tidak ada jawaban. Hanya tubuh lemah yang berbaring tak bergerak. Dokja menggigit bibirnya dengan kuat dan menatap wajah terlelap itu dengan wajah pucat yang gelap.

"Mengapa kau masih tertidur disana? Kau akan terlambat sialan!" Mata Dokja mulai bergetar dan berair. Perlahan tetesan air mata terus berjatuhan.

Dokja menunduk untuk melihat wajah pucat yang terlelap dengan tenang. Dengan penuh keputusasaan, Dokja meraih pipi Jonghyuk dengan lembut dan mengelusnya. Rutinitasnya telah berganti. Kali ini dia akan mengganti pakaian dan membersihkan tubuh tuannya setiap pagi dan sore.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Dokja dengan lembut merapikan rambut kusut itu dengan pelan dan membentuknya seperti apa yang biasa dia lihat.

"Berapa kalipun dilihat, tetap saja kau akan terlihat baik dengan bentuk itu." Gumam Dokja terkekeh, namun air matanya masih mengalir seperti biasa.

"Kapan kau akan bangun? Aku tidak ingin melayani tuan yang mengabaikan pegawainya." Gumam Dokja menjatuhkan kepalanya di dada Jonghyuk.

2 bulan telah terlewat semenjak peristiwa penyegelan naga kiamat. Tidak sedikit dari para prajurit dan warga yang meninggal akibat insiden itu.

Tepat setelah itu, para prajurit iblis dan malaikat kembali ke dunia masing masing. Akan berbahaya bagi keseimbangan dunia jika ras mereka berlama lama berada di bumi. Oleh karena itu, sudah waktunya untuk mengucapkan perpisahan.

"Oka" panggil pemimpin pasukan malaikat.

"Ketua..." Oka menunduk, dirinya merasa tidak pantas untuk berbicara dengannya. Mengingat bagaimana masa lalunya yang selalu merepotkan pemimpin, bahkan ketika dirinya diusir dari surga.

3 Cara Bertahan Hidup di Kediaman Duke [Part 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang