Lingga Baganti- 12

893 124 6
                                    

Saddam membuka matanya dengan perasaan tak menentu, tanpa ia sadari, sedari jiwanya di bawa berkelana, cairan bening sedari tadi terus meleleh dari maniknya.

"Saddam, Lo oke?" Isamu menepuk bahunya, sedari tadi pemuda itu telah khawatir karena Saddam terus-menerus mengeluarkan air mata.

Saddam mengangguk kecil, Fannan menyodorkan selembar tisu yang diterima dengan baik olehnya.

Ia berdiri, menatap Pharita dengan pandangan yang ... entahlah.

"Ada apa? Auramu berbeda."

Saddam menoleh pada Daniel, ia menggeleng. Sebenarnya Saddam pun tidak tahu apa yang membuatnya turut bersedih, pikirannya menjadi sedikit aneh semenjak bertemu dua orang tadi.

"Apa yang Lo lihat, Saddam?" tanya Paris.

Ah ya, Saddam hampir melupakan apa yang baru saja ia lihat.

"Gue di bawa ke jaman di mana Lingga Baganti adalah sekolah Belanda. Itu adalah era di mana Akamaru Iwa hidup dan bekerja sebagai pengrajin lilin aroma. Ketika gue datang ke sana, gue lihat Akamaru Iwa dengan seorang perempuan yang mirip dengan Hikaru."

Penjelasan Saddam tidak terlalu rinci hingga membuat semua orang di sana mengernyit bingung.

"Maksud Lo?" Hikaru benar-benar tidak mengerti, kenapa dirinya?

Kaivan menghela napas. "Bisa gak sih Saddam Lo ngomong jangan setengah-setengah, apa itu emang cara Lo bicara hah?"

Saddam tidak menghiraukan ucapan Kaivan, ia mengarahkan pandangan pada Pharita di sana.

"Hikaru di masa lalu adalah anak dari Akamaru Iwa, ada benang kusut yang membuat karma masa lalu datang padanya. Di masa hidup, Hikaru adalah gadis penyakitan, dan dia sangat menyukai lilin aroma yang disuling dari mawar putih yang dibuat oleh ayahnya."

Ketika Saddam mengikuti dua murid Lingga Baganti itu tadi, ia telah menemukan jawabannya. Ketika maniknya menatap seorang gadis yang sangat mirip dengan Hikaru, dan diperkenalkan sebagai anak dari Akamaru Iwa sendiri. Ini adalah karma masa lalu, karma dari kehidupan sebelumnya, dan itu tidak akan pernah lepas dari diri manusia.

Saddam melanjutkan ucapannya. "Ketika Akamaru Iwa membuat lilin aroma dari minyak gagak, secara tidak sengaja dia telah membuat perjanjian dengan iblis. Dan hal itu telah menumbalkan anaknya, terdengar cerita bahwa Akamaru Iwa depresi dan membunuh dirinya sendiri, tapi itu tidak benar. Yang sebenarnya terjadi adalah, Akamaru Iwa juga ikut menjadi tumbal dari lilin yang dibuatnya."

Semua OSIS itu terdiam ketika Saddam menghentikan ucapannya.

Hingga Hikaru bersuara dengan tidak yakin.

"Maksud Lo, gue reinkarnasi dari anak Akamaru Iwa?"

Saddam mengangguk.

"Kalau tujuan utamanya adalah Hikaru, kenapa Pharita yang dirasuki?" tanya Edrea.

"Itu karena Pharita membawa lilin aroma yang memancing karma dari Hikaru. Gue tebak Lo pasti sangat suka lilin aroma karena itu selalu membuat Lo tenang, dalam artian tenang yang benar-benar perasaan yang kosong. Itu telah menjelaskan bahwa jiwa yang sekarang mendiami tubuh Lo, itu adalah reinkarnasi dari seseorang di masa lalu.

Dan selain karena Pharita membawa lilin aroma, aura Pharita sangat mirip dengan Akamaru Iwa. Keduanya punya aura kesedihan, gue rasa ada sesuatu yang mengganjal di hati Pharita yang membuatnya sedih.

Diri Lo yang sekarang ada karena karma masa lalu yang mengikat diri lo, ada sesuatu yang harus Lo selesaikan Hikaru."

"Maksud Lo, karma yang mengikat gue adalah sesuatu yang berhubungan dengan lilin yang disuling dari minyak gagak itu? Apa itu mirip dengan Paris yang mencabut pedang dari batu tempo hari?" tanya Hikaru.

Lingga BagantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang