Lingga Baganti- 31

707 105 6
                                    

Dua mobil tampak berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan dinding kayu yang terkesan mewah.

Sembilan orang di sana tahu bahwa meskipun terbuat dari kayu, rumah di depan mereka ini benar-benar sangat mahal.

Saddam terlebih dahulu turun dan menatap semua OSIS di sana, tampak ia tengah berpikir sebelum menghela napas.

"Masuklah," ujarnya sekilas dan berjalan terlebih dahulu memasuki pekarangan.

Ya. Mereka berada di kediaman Saddam sekarang. Rumah yang terletak jauh dari keramaian, tempatnya sunyi dikelilingi hutan menambah kesan menyeramkan.

Mereka semua masuk mengikuti Saddam, ketika pemuda itu menghidupkan lampu utama rumahnya, rasanya ketakutan mereka semakin bertambah.

Mereka pikir, rumah itu akan terang ketika lampu dihidupkan, tapi hanya cahaya remang-remang yang membuat keadaan terasa semakin mencekam. Mereka pikir di luar menyeramkan, ternyata di dalam lebih menyeramkan.

Rumah itu terkesan tua dan kuno, banyak hal-hal unik dan aneh yang mereka lihat menghiasi dinding kayunya. Sebuah foto wanita tua dengan ekspresi datarnya tampak sangat besar dan mengintimidasi terletak di dinding paling tinggi,  di dekat undakan tangga.

Kedatangan mereka semua ke kediaman Saddam berawal dari petunjuk wanita tua tadi. Setelah mengucapkan selamat tinggal, wanita itu menghilang seketika.

Saddam mengingat tentang pesan terakhir yang disampaikan oleh wanita itu, tentang petunjuk pertama yang berada di dekatnya dan tentang menyuruh Saddam untuk pulang.

Pulang ke tempat di mana ia berasal berarti pulang ke rumah, maka di sinilah mereka sekarang.

Ujung mata Saddam memperhatikan gerak-gerik Daniel, ia tampak seperti kebingungan.

"Lo ingat sesuatu?"

Semua orang menatap pada tempat hampa di mana Saddam berbicara, yang berarti ada Daniel di sana.

"Tempat ini familiar, rasanya sangat menyedihkan." Air mata menuruni wajah pucatnya, untuk pertama kalinya Daniel menangis.

Saddam menatapnya lekat, ia semakin yakin bahwa masa lalu Daniel memang berhubungan dengan masa lalunya.

Saddam membawa para OSIS untuk menaiki tangga, menuju ke ruangan di lantai atas. Sembilan orang itu menatap figura kecil di dinding tangga, seorang gadis cantik dengan tatapan datarnya, sangat mirip dengan tatapan yang dikeluarkan Saddam.

Tampaknya keluarga ini memang memiliki tatapan seperti ini.

Mereka sampai di atas, tempat yang lebih gelap dibanding di lantai satu hingga Saddam harus menyalakan lilin yang berada di tepi dinding.

"Nenek gue emang gak suka cahaya terang, jadi maaf untuk penerangannya." Saddam seakan menjawab pertanyaan para OSIS.

Mereka hanya tersenyum menanggapi, meskipun ketakutan, tapi rumah kayu mewah milik keluarga Delana ini benar-benar merupakan pemandangan yang unik tersendiri bagi mereka.

Ketika pintu dibuka, ternyata sebuah kamar.

"Ini kamar nenek gue, jadi jangan sentuh apapun di tempat ini." Saddam memerintahkan membuat Kaivan yang tadinya ingin duduk di ranjang kembali berdiri.

Saddam menatap ke arah rak buku yang telah berdebu di sana, ditinggal penghuninya hampir tiga tahun tentu Saddam tidak punya waktu untuk kembali dan membersihkannya. Ditambah peraturan ketat Lingga Baganti yang melarang murid asrama untuk keluar dengan bebas dari area Lingga Baganti.

Saddam yakin bahwa yang dimaksud wanita tua tadi adalah perpustakaan kecil di kamar neneknya ini. Sebab, Saddam tahu kamarnya bebas dari buku dan neneknya melarangnya untuk masuk ke dalam kamarnya.

Lingga BagantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang