Lingga Baganti- 42

710 101 2
                                    

Pagi menjelang, Saddam terbangun tiba-tiba merasakan sakit pada telapak tangannya. Perlahan ia duduk, meraih kacamata di nakas guna melihat apa yang terjadi pada tangannya.

Ia terkejut, lukanya sama sekali tidak sembuh, darah masih mengalir dari sana, dan membasahi sedikit tempat tidur. Saddam menghela napas, tampaknya untuk ritual pemanggilan arwah, lukanya tidak bisa sembuh dengan sendirinya.

Saddam bangkit, melihat Daniel yang juga tengah menatap padanya. Saddam tidak punya persediaan obat ataupun sesuatu untuk menutupi luka di kamarnya, jadilah dia turun ke bawah untuk menghampiri para OSIS yang sepertinya telah berkumpul di kamar Isamu untuk sarapan.

Ketika pertama kali ia melangkahkan kakinya ke kamar nomor 0002 itu, semua orang terkejut, bahkan ada yang memekik histeris ketika Saddam datang-datang dengan tangan yang berlumuran darah.

"Saddam, Lo kenapa?"

Hikaru segera berlari entah kemana, sepertinya mengambil kotak P3K. Semua orang menggeleng pusing, untung saja mereka belum menyentuh makanan yang dibeli oleh Fannan itu.

Saddam mendudukkan dirinya di atas ranjang, ia juga menatap telapak tangannya, entah karena kesadarannya yang hilang malam itu hingga ia mengiris terlalu dalam, tubuhnya bergetar tentu saja merasa sakit.

Tak lama Hikaru datang, membawa kotak yang dimaksud. Ia pertama kali membersihkan telapak tangan pemuda itu, sebelum melakukan tahap selanjutnya.

"Tangan Lo kenapa?" Kaivan bertanya, ia menatap ngeri pada tangan yang tengah ditetesi obat oleh Hikaru. Ia tahu, itu rasanya sakit sekali.

"Gue ... manggil nenek gue semalem."

"HAH?!"

OSIS itu saling tatap, apa maksud Saddam dengan memanggil neneknya?

"Gue melakukan ritual pemanggilan arwah." Saddam menatap Daniel di ujung pintu.

"Gue mimpi semalem, mimpi ... yang merupakan petunjuk penting. Begitupun Daniel, dia telah ingat semua tentang kematiannya."

Para OSIS itu menatap Saddam dengan tatapan bingung, butuh penjelasan lebih lanjut tentang apa yang dikatakan oleh pemuda itu.

"Daniel, dia memang merupakan salah satu dari tiga anak yang dikorbankan untuk ritual pemanggilan Iblis Hitam. Dia terikat di Lingga Baganti karena hal ini, dan dia juga yang akan membantu kita untuk menyegel iblis Hitam itu."

Isamu mengernyit. "Tapi bukannya tubuh Daniel tidak ditemukan sampai sekarang? Jadi di mana tubuh Daniel disimpan?"

"Karena itu hari ini kita akan mencari tubuh Daniel, tubuhnya ada di sini, di ruang bawah tanah Lingga Baganti."

"Lingga Baganti punya ruang bawah tanah? Di mana?" Luna menatap yang lain, tentu saja mereka tidak tahu jawaban tepatnya.

"Itu seperti tempat yang gelap dan pengap, ada tangga menuju ke bawah. Gue gak tau di mana itu, tapi gue yakin tempat itu gak jauh dari sini," ujar Saddam.

"Tapi sekolah ini gede Saddam, gak mungkin kita berjalan gak tau arah, apalagi mungkin ruangan itu sengaja disembunyikan." Kaivan berdecak.

"Apa Lo gak bisa lacak di mana ruangan itu?" tanya Cathan.

"Penglihatan gue gak bisa nembus Lingga Baganti, tapi gue punya satu firasat tentang di mana ruangan itu berada, karena penglihatan gue menggelap di sana," ujarnya.

"Di mana itu?" Paris bertanya.

"Kantor Kepala Sekolah."

★★★

Lingga BagantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang