2. Change schools?✔️

216 164 88
                                    

Menjauh dari segala hal yang membuat kita sakit, itu perlu.

...

Siang itu, Hesti sudah siap dengan dua koper dan satu tas kecil yang ia sandang di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu, Hesti sudah siap dengan dua koper dan satu tas kecil yang ia sandang di punggungnya. Matanya menelisik sekitaran rumahnya. Gue bakalan rindu?. Di depan rumahnya sudah siap sebuah mobil yang akan mengantarnya sampai ke tujuan. Hesti mendekat ke arah ibunya, ia menyalimi tangan wanita yang saat ini sedang menangis itu kemudian memeluknya erat, sebagai ganti jika ia tidak bertemu nanti. Ia beralih kepada pria paruh baya di sampingnya, pria yang di yakini menjadi cinta pertamanya, ia menyalimi tangan bertekstur kasar yang mulai keriput itu. "Doakan Hesti betah disana ya, Pak"

"Jaga diri disana, inget kata-kata bapak, jangan nyusahin Mbah, jangan bolos sekolah" tutur bapaknya membuat Hesti tersenyum.

"Iya, pasti, Pak" kemudian ia beralih kepada adiknya yang masih sibuk bermain ponsel. Gala— Gala Samudra Adirga namanya. Laki-laki sok coll yang setiap hari bertengkar dengannya. "Jangan main game terus, awas lo sempet suatu saat gue telpon sampai gak di angkat" ancamnya pada Gala yang hanya mencibir. "Yaudah makanya di rumah aja, gausah aneh-aneh mau sekolah jauh"

"Takut rindu?"

"Jijik" ucapnya kemudian menyalimi tangan Hesti.

"Bibik mau kemana sih, nanti yang anterin Viola sekolah siapa?" Gadis kecil yang sendari tadi bingung itu mulai mengutarakan kegaduhan hatinya. Hesti berjongkok kemudian mencium pipi gembulnya. "Susah banget suruh panggil, Tante, Bibik mau sekolah, besok-besok Vio sekolahnya di anterin sama nenek dulu, ya" gadis kecil itu menggembungkan pipinya membuat semua orang merasa gemas.

Beberapa menit setelahnya Hesti akhirnya berangkat. Berangkat meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempat teduhnya. Ini keinginannya? Tentu! ini yang ia mau. Ini kesempatan lo. Ia mengambil sebuah tisu untuk mengusap bulir air matanya yang sendari tadi berjatuhan. Ia membuka ponselnya untuk mengabari kakaknya bahwa dia sudah berangkat. Dan,

aku bakalan pindah sekolah ikut Mbah, di Surakarta

Satu pesan, yang ia kirim untuk username 'kei'. Ia menghela nafas berulang kali saat mobil mulai melaju kencang di lintas Sumatra. Mungkin satu bulan, dua bulan, tiga, empat dan seterusnya, ia tidak berada di sini. SMA, dia dan lukanya, kali ini ia katakan bahwa ia adalah seseorang yang paling pengecut. Tangannya menggenggam erat ponsel yang masih menyala dan sebuah room chat di dalamnya. Room chat yang sudah dua bulan ini tidak bertambah, yang sudah dua bulan ini sepi. Di dalam hatinya terus berucap kata dia bukan semestaku.

aku juga tinggal di Surakarta, mungkin kita ketemu

Matanya membulat saat membaca satu pesan dari username 'kei'. "Gak mungkin sih, Surakarta kan luas, haha"

TENTANG KEINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang