Hingga suatu hari, aku tidak sengaja mengetahui tentangmu dan tentang dia, seseorang yang tidak pernah lupa kamu sebut di dalam doa
-inisial A...
Jam sudah menunjukan hampir setengah delapan, tapi Keinan masih santai di teras sambil memainkan ponselnya. Kakinya sebelah kanan sudah memakai sepatu sedangkan yang sebelah kiri belum. Dasinya juga masih ia ikat di kepala dan bajunya belum di masukan. Ada hal lebih menarik ketimbang ketakutannya untuk telat sekolah. Hingga akhirnya ia berjingkrak kaget saat mendengar teriakan maut dari sang mama. "Keinan Mandana Pradigta, astaga, kamu belum siap juga? ndak dilihat sekarang jam berapa?, baju kamu itu belum di benerin, dasinya ya tuhan, motor kamu juga belum di panasin, udah tau bangun kesiangan masih juga santai-santai" omel sang mama membuat Keinan segera membenahi penampilannya sambil sesekali cengengesan. Sesekali ia melirik mamanya yang tengah berkacak pinggang sambil melotot ke arahnya.
Setelah selesai, ia mencium pipi mamanya sambil tertawa kecil "mama cantik kalo ngomel kaya gitu, tapi matanya jangan melotot serem tau" ia segera beranjak menghidupkan motornya dan menarik gagang gas keras untuk meminimalisir Omelan mamanya yang akan menggema. Wanita paruh baya itu hanya duduk di kursi sambil memandangi anak semata wayangnya yang semakin hari semakin susah di bilangin. "Keinan pamit dulu ya, ma" ucapnya dan segera berlalu. "Keinan jangan ngebut kamuu!!!" Teriak mamanya lagi yang tentu di hiraukan olehnya.
Ia mengemudikan motornya dengan kencang, menyalip beberapa pengendara yang ia yakin sedang mengumpat di dalam hati. Bodoamat gue udah telat. Dan betul, gerbangnya sudah di kunci dan ia lihat Hesti disana sedang ngos-ngosan sambil sesekali memohon kepada pak satpam untuk membuka gerbangnya. Cewek itu hanya menoleh saat ia memarkirkan motor di sampingnya karena sekarang ia tampak serius negosiasi dengan satpam.
"Ayolah pakk, buka sekalii ini aja, darurat, penting banget pokoknya"
"Kamu juga telat?!" Ucap pak satpam saat melihat Keinan tanpa memperdulikan Hesti yang memohon kepadanya. "Hehe, buka ya pak, Kei baru sekali ini telat, loh" ucapnya. "Sekali kamu bilang?" Pak satpam berkacak pinggang dengan nafas naik turun, seperti mengisyaratkan bahwa dia sudah muak dengan omongan Keinan. "Kalian tunggu disini, saya mau lapor sama buk Dwi" Keinan menganga saat pak satpam mulai berlalu dari sana.
"Digta kenapa?" Tanya Hesti yang melihat Keinan mulai gelisah. "Ayo ikut Digta cari jalan pintas, kaa" ia menarik tangan Hesti membawa cewek itu memutari pagar sekolah ke arah belakang. "M-mau kemana? Ini motor Digta ditinggalin?" Tanya Hesti saat tanganya mulai di tarik oleh Keinan, cewek itu berjalan terburu-buru untuk mengimbangi langkah lebar Keinan. "Motor aman itu" ucapnya membuat Hesti menurut dan bahkan Keinan tidak sadar saat Hesti sudah mati Matian menahan deg deg an mengingat tanganya di gandeng olehnya saat ini. Selamatin jantung gue kali ini yaallah
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG KEINAN
Novela Juvenil'𝗮𝗸𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗲𝗻𝘁𝗶 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗲𝗻𝘆𝘂𝗺, 𝗮𝗽𝗮𝗹𝗮𝗴𝗶 𝘀𝗲𝘀𝗲𝗸𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮 𝗱𝗼𝗰𝗮, 𝘀𝗶 𝗺𝗼𝘁𝗼𝗿 𝗸𝗲𝘀𝗮𝘆𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻𝗺𝘂' -𝗲𝗹𝗼𝗸𝗮 𝗵𝗲𝘀𝘁𝗶 𝗿𝗮𝘁�...