1. Short Encounter✔️

463 174 97
                                    

Katanya, ada tiga hal yang salah satunya akan menjadi ujung sebuah doa, antara di kabulkan, belum di kabulkan atau di ganti menjadi yang lebih baik.
-inisial A

...

Hujan ke sekian kalinya mengguyur kota Jambi, dengan Hesti yang masih setia di ujung kasur sambil terus memainkan ponsel miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan ke sekian kalinya mengguyur kota Jambi, dengan Hesti yang masih setia di ujung kasur sambil terus memainkan ponsel miliknya. Kamarnya yang bernuansa putih abu semakin terasa terang dengan lampu yang selalu setia menyala. Ia tidak perduli dengan gemuruh yang mulai bersahut-sahutan mengiringi hujan deras di pukul 20.00, malam itu.

Ia melamun setelahnya, mencoba menikmati derasnya hujan yang turun yang bisa dengan mudah ia lihat dari balik jendela kamarnya. Dering ponsel berikutnya membuat atensi nya teralih, sementara.

Digta, nama seseorang di pesan terakhir dalam telegram yang ia mainkan.

Hesti mulai menarik selimutnya untuk kemudian ia segera tertidur menyambut hari esok, dengan sesuatu yang beda. Satu kebiasaanya, sebelum tidur ia memutar lagu yang ada di ponselnya. Tak lupa dia membaca doa kemudian memejamkan matanya sembari berucap lirih "Selamat malam, El" kalimatnya terjeda, Hesti tersenyum di sela matanya yang terpejam "Selamat tidur, Digta"

Hingga hujan semakin deras, Hesti sudah terlelap.

Eloka Hesti Ratimaya–ia sepertinya akan bangun terlambat esok. Mengingat ia adalah orang yang sulit di bangunkan apalagi ia lupa jika tidak mengatur alarm di ponselnya, kali ini. Tapi entah lah, sepertinya ia sedikit semangat untuk pagi besok.

...

Pagi mulai menyambut, dengan matahari yang tampak men–jingga di bagian timur. Hesti baru selesai melaksanakan sholat subuh nya. Ia merapikan mukenah dengan sesekali menghela nafas pelan. Hari sudah berganti, itu artinya dia harus lebih semangat hari ini. Ia bergegas mandi dan merapikan penampilannya. Hari ini jadwalnya sedikit padat. Mulai dari mengantar keponakanya sekolah, menunggunya hingga pulang, mencuci baju yang terlihat menumpuk di bilik kamar mandinya lalu, yah!, banyak kegiatan lain yang menantinya nanti.

Hatinya memanas saat melihat sesuatu di ponselnya. Tidak ada yang spesial tentang Hesti, dan juga ia tak punya orang spesial. Ia segera bergegas meninggalkan kamar dengan ponselnya yang sengaja ia tinggalkan.

Sepertinya ia melupakan sesuatu, telegram dan Digta di dalamnya.

Tak berselang lama pintu kamar berwarna putih itu terbuka paksa. Hesti berdiri di sana dengan raut muka menyebalkan.

"Lupa kabari, Digta" kekehnya pelan.

Ia meraih ponsel nya kemudian mulai mengetikan sesuatu di sana.

kei

selamat pagiii, bocill

Ia tersenyum, tersenyum seperti dulu sebelum semuanya terjadi. Entah mengapa tiba-tiba senyum itu kembali. Sungguh ia terlihat sangat cantik dengan senyum itu. Meskipun terlihat palsu, tapi sosok di balik username 'kei' itu mampu mengembalikannya.

"Cepetan, nduk! Adek mu udah nungguin dari tadi" teriak ibunya menggema hingga sampai ke kamarnya. Ia segera berlari setelah menutup pintu kamarnya.

Ponsel berwarna hitam itu tiba tiba menyala dengan satu pesan dari username 'kei'.

pagi jugaa lokaa

Si kecil yang mulai mengomel kecil sambil menunggu bibinya yang masih terlihat santai berjalan ke arahnya. "Lama banget sih, bik". Ia mulai cemberut dan terlihat menggemaskan.

Hesti mendelik ke arah anak kecil di sampingannya. Dia Violi, dengan seragam warna biru dan tulisan TK Dharma Pertiwi di bagian dada kirinya.

"Bacot, ayo cepetan berangkat" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Violi yang mengekor di belakangnya.

...

Keinan-laki laki itu masih sibuk dengan motornya. Dahinya mulai mengerut saat mendengar suara motor tetangga sebelah yang mulai terdengar sengaja di geber geber. Laki-laki itu mencibir, "Eleh masih gantengan suara punyaku". Ia mulai menghidupkan motornya dan memutar gagang gas berulang kali hingga terdengar bunyi persis seperti yang tetangganya lakukan tadi.

Sang mama yang melihatnya hanya tersenyum kemudian lanjut menyapu yang memang ia sedang kerjakan.

"Kei berangkat dulu ya, Ma" laki laki itu menyalimi tangan wanita kepala tiga itu dan mencium kedua pipinya. "Yasudah sana, jangan ngebut, dek, kaki kamu belum sembuh total" dan laki laki berseragam SMA itu hanya menganggukkan kepalanya.

Keinan mulai melajukan motornya pelan. Ia terkikik geli saat mulai keluar dari pagar rumahnya. "Tiada hari tanpa ngebut jika itu Keinan" detik berikutnya motor bersuara besar itu mulai melaju kencang membelah ramainya kota Surakarta di pagi itu.

Enam menit kemudian, Keinan sudah memarkirkan motornya di sekolahnya. Ya!, Hanya enam menit jika ia melajukan motornya kencang. Dengan gaya biasa saja ia melepas helm full face nya tapi entah mengapa itu mampu membuat banyak cewek di sekitarnya memekik dalam hati. Saat ia berjalan di menuju kelasnya pun, banyak kaum hawa yang memandangnya memuja. Keinan hanya acuh sambil hatinya terus mengucap kata 'sinting' tanpa ekspresi sedikitpun. Ia memasuki kelas yang mungkin beberapa menit lagi akan dimulai.

Tidak ada yang di kerjakan hari itu, mereka hanya duduk santai, bermain ponsel, ngumpul di kantin dan bahkan ada yang tidur. Siswa siswi hanya perlu menunggu waktu libur sesudah ujian. Jangan di tanya kenapa Keinan rajin masuk, tentu saja karena uang jajan. Hehe.

Seperti Keinan sekarang, dia berulang kali mengecek room chat nya dengan si mantan. Ia cengengesan ketika sadar bahwa nomornya sudah di blokir oleh Bulan-mantannya. "Lucu banget sih!, kalo lagi ngambek". Ia tidak merasa sedih karena ia yakin beberapa jam kedepan akan di buka kembali oleh sang mantan, begitu saja seterusnya.

...

Pukul sebelas, Hesti sudah tiba di rumah. Kedua orang tuanya sudah menunggunya di ruang tamu, Hesti pun duduk di sebelah ibunya. "Bener mau ikut Mbah disana, nduk?" Tanya sang ibu sehari mengelus punggungnya. Hesti mengangguk pelan dan sekilas melirik bapaknya yang duduk di depanya.

"Yasudah sekarang kemasi baju-bajunya habis itu ke sekolah ambil surat pindah, ya"

"Iya, Buk" wanita tua itu tersenyum saat Hesti mulai beranjak ke kamarnya. Ia melirik sosok pria paruh baya di depanya dan lagi lagi kembali tersenyum. "Anak kita sudah besar, Pak, agipula nanti bisa sekalian belajar mandiri".

"Bapak belum percaya kalo dia tinggal di kota orang, Buk"

...

Ada yang lebih menyenangkan setelah menyukai, yaitu, disukai orang yang kita suka.

...

Hallo semuanyaaa!!!!
Ini jadi cerita pertama aku sekarangg
Jangan lupa baca yaaa
Ajakin teman teman terdekat kalian buat bacaa jugaaa
Jangan lupa voteee, ini hal gratiss
Jangan lupa komen biar aku lebih senang up nyaa
See u next part!!!

TENTANG KEINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang