⚠️
.
.
"Pulang, Namjoon!"
Namjoon mengerutkan alis seraya mengecap beberapa kali rasa pahit dan panas yang menjalar seiring alkohol yang diteguknya masuk ke dalam mulut. Ia menaruh gelas kaca berukuran kecil itu sedikit kasar diatas meja kaca dan kembali berniat menuangkan alkohol untuk diteguk kembali.
"Hyung sendiri kenapa masih disini?"
"Masih ada hal penting yang harus ku periksa," Seokjin bangkit dari duduknya dan menaruh beberapa berkas ke rak khusus di belakangnya. Iapun berbalik kemudian menggeleng mendapati saudara sepupu Kim-nya itu minum tanpa henti.
"Aku takut Hyung, perasaanku..."
Seokjin menaikkan sebelah alisnya, "Masalah besar apa lagi, Namjoon?"
"Aku takut perasaanku perlahan hilang untuk Soeun."
Seokjin menarik nafas gusar, "Kau datang ke orang yang tepat, karena kau tahu aku tidak akan pernah mengikut campuri urusan orang lain sekalipun kau keluarga dekatku," Ia berjalan mendekati sang sepupu dan ikut bergabung untuk minum sedikit tegukan, "Jadi bagaimana? Mau menceraikan istrimu? Kapan? Aku bisa bantu secepatnya."
Seokjin berucap dengan santai membuat Namjoon mengangkat pandangannya kesal.
"Kenapa menatapku begitu? Tinggal jawab saja."
"Pertanyaanmu tidak pantas, Hyung!"
"Aku tidak mengerti denganmu Namjoon. Kau ini bodoh atau apa, huh? Takut kehilangan Soeun tapi kau sendiri yang menghilang."
Namjoon gerah, ia membuka jas kantornya kemudian membuang kepalanya ke sandaran sofa dan mengatup matanya sejenak.
"Aku pikir kau tidak akan sejauh ini."
Seokjin sudah tahu tingkah brengsek Namjoon akhir-akhir ini. Jika boleh jujur, mulutnya itu sudah sangat gatal ingin mengatakan semuanya kepada Namjoon. Ingin mengatakan bahwa Soeun-nya sedang sakit dan membutuhkan kehadirannya, tapi dia tidak bisa karena sudah berjanji menutupinya karena permintaan Soeun sendiri melalui Mi Rae. Maka dari itu, Seokjin memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak akan mengikut campuri urusan siapapun sekalipun itu berhubungan dengan kehancuran hubungan sah Namjoon dan Soeun. Seokjin hanya ingin melihat sampai sejauh mana penyesalan lelaki bernama lengkap Kim Namjoon itu kelak.
"Aku juga tidak tahu, aku tidak menginginkan ini. Aku sudah berusaha untuk mempertahankan sepenuhnya perasaanku pada Soeun, tapi semuanya seakan sulit," Namjoon menegakkan duduknya dengan wajah melas, "Over time, people can change, Hyung."
"People change?" Seokjin menyeringgai seraya memutar-mutar kecil cairan alkohol di gelasnya, "Atau hanya kau yang sudah terlanjur tergoda oleh salah satu anggota divisi mudamu itu?"
Namjoon tidak banyak berkomentar perihal Seokjin yang langsung menerka dan tidak akan bertanya bagaimana mungkin Seokjin tahu ia tengah mendekati Suzu karena ia cukup terang-terangan jika sedang bersama.
"Sudah berapa kali kalian melakukan sex?"
Sontak Namjoon membuang gelas miliknya ke lantai hingga pecah dan menimbulkan suara bising, namun hal itu tidak sampai membuat Seokjin terkejut atau semacamnya. Lelaki itu masih nampak santai.
"Aku tidak pernah menyentuhnya sampai sejauh itu!"
"Oh, mau pastikan dulu harus lepas dari istrimu ya, baru mencicipi tubuh yang lain?"
"Jaga ucapanmu, Hyung!"
"Lalu apa tujuanmu mengutarakan perasaan terlarangmu itu padaku, huh? Kau sudah sering mengeluh atas masalah biologismu yang tak terpenuhi di rumah, jadi apa yang kau harapkan dari hubungan terlarangmu itu jika bukan untuk bersetubuh?"

KAMU SEDANG MEMBACA
AMORIS
RomanceRasa sakit tentu akan selalu menyertai. Pikiran pun bingung dan kehilangan arah hingga ujungnya mencapai ketidakmampuan. Mulai : 03/01/22