Dering ponsel yang tak kunjung diangkat membuat perhatian wanita berambut cokelat gelap itu teralihkan. Tidak bermaksud lancang sebenarnya, namun dia hanya sedikit penasaran, lalu mencoba untuk melirik layar ponsel tersebut dan hanya bisa menyergitkan kedua mata sebab tak begitu jelas melihat nama yang tertera.
Tidak lama ponselpun mati dengan sendirinya, berselang beberapa detik ponsel hitam itu lagi-lagi mendapat panggilan.
Kali ini wanita itu menyergit bingung saat beralih menatap bosnya yang tampak sengaja mengabaikan panggilan itu.
"Maaf pak!"
Tegurnya lembut membuat Namjoon menatapnya.
"Ponsel anda terus berdering."
"Biarkan saja," ketusnya dan kembali fokus menata dokumen yang akan menjadi perbincangan pertemuan beberapa saat lagi, dibantu oleh wanita itu yang mana menjadi salah satu anggota devisi penting di kantor. Hanya wanita itu yang ditunjuk oleh Namjoon untuk membantunya dalam urusan genting setelah sekretarisnya. Entah perasaan apa yang membuat wanita itu tiba-tiba merasa resah dan terus merasa seakan-akan ia berusaha didekati, dia juga tidak mengerti dan terlalu percaya diri. Dia masih sangat baru di kantor itu.
"Tapi sepertinya penting pak?"
Namjoon akhirnya pasrah dan memilih mengambil ponselnya lalu beranjak guna ingin menerima telepon dari Soeun.
"Tolong nona Hong, urusi sebentar saya akan menerima telepon."
Wanita bernama lengkap Hong Suzu itu hanya mengangguk mengiyakan dan mulai mengambil alih pekerjaan sementara Namjoon berdecak pelan dan menjauh.
"Ya Tuhan akhirnya kamu angkat juga."
Namjoon menunduk menatap arlojinya sebentar lalu menjawab dengan ketus, "Kenapa?"
"Antar aku ke Rumah Sakit. Kamu bisa kan?"
"Bisa tidak, kamu bertanya apakah aku sibuk atau tidak di kantor? Huh?!"
"Maaf, Joon. Aku meneleponmu sedari tadi, aku membutuhkanmu."
"Tidak bisa. Tujuh menit lagi aku ada pertemuan."
Diseberang terdengar Soeun yang berbatuk kemudian berdehem pelan.
"Ada taxi, aku akan pesankan."
"T-tapi aku tidak kuat jalan sendiri, Joon."
"Kepalaku pusing sekali, aku mual."
"Apa yang terjadi? Kamu kenapa?"
"Aku juga tidak tahu. Aku ingin ke Rumah Sakit untuk memeriksanya. Tapi aku tidak bisa pergi sendiri."
Namjoon melirik Suzu yang masih fokus pada pekerjaannya dan kembali membelakanginya. Alisnya menyergit saat mendengar pernyataan tentang kondisi Soeun.
"Kamu sedang tidak mengalami gejala hamil kan, Soeun?"
Otomatis Soeun langsung menggeleng walaupun tidak dilihat oleh Namjoon. Dia sendiri tidak berfikir sampai di sana karena sudah hampir sebulan mereka tidak berhubungan selayaknya suami dan istri.
"T-tidak, kurasa... aku juga bingung dengan keadaanku yang tiba-tiba. Kamu bisakan antar aku ke Rumah Sakit?"
"Aku sudah bilang ada pertemuan," decak Namjoon.
"Apa pertemuan itu sangatlah penting dari pada menemani aku untuk mengecek keadaan?"
Namjoon diam namun dalam hati dia dengan lantang mengatakan, "Ya pertemuan klien lebih penting dari pada menemani wanita manja sepertimu."
![](https://img.wattpad.com/cover/294888070-288-k590087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORIS
RomanceRasa sakit tentu akan selalu menyertai. Pikiran pun bingung dan kehilangan arah hingga ujungnya mencapai ketidakmampuan. Mulai : 03/01/22