02

226 48 8
                                    

Soeun mengerjap pelan saat berusaha bangkit terduduk diatas tempat tidur. Ia merapikan helaian rambutnya yang sedikit berantakan lalu sadar dimana dia saat ini. Soeun menoleh dengan tatapan bingung menatap tempat Namjoon sering berbaring disebelahnya. Tempat itu kosong dan masih terkesan berantakan setelah di tiduri.

Namun bukan hal itu yang membuatnya kebingungan, melainkan ia mengingat bahwa semalam ia tengah menunggu kepulangan Namjoon di ruang tamu. Tapi pagi ini dia mendapati dirinya terbangun diatas tempat tidur mereka lengkap dengan tubuh Soeun yang dibaluti selimut hangat.

Perlahan Soeun bangkit. Tampaknya ia kembali seorang diri di rumah itu. Ia sempat menghelahkan nafasnya saat mendapati lemari pakaiannya dan sang suami terbuka menampilkan beberapa isiannya yang berserakan. Soeun mulai melangkahkan kaki menuju lemari dan membereskan kekacauan di dalamnya.

"Apa Namjoon sudah berangkat?" Tanyanya tidak pada siapapun, "kenapa dia tidak mau membangunkanku jika kesusahan mengambil pakaiannya?"

Selesai dengan urusan itu selanjutnya Soeun membersihkan wajahnya dan berakhir mendaratkan bokong diatas kursi empuk meja riasnya. Matanya terpaku menatap sesuatu yang terletak diatas sana dan dibiarkan terbuka bebas.

Itu adalah kue buatannya semalam. Kue yang menjadi niat hari perayaan hari jadi pernikahan mereka yang sudah hampir mencapai tiga tahun. Soeun menyadari ada yang kurang dari kue itu yang langsung saja membuatnya tersenyum bahagia.

Tampak kue itu sudah dimakan walau hanya sesendok kecil. Soeun langsung menyimpulkan bahwa Namjoon yang telah memakannya.

Hanya itu.

Seberharga itu.

Sesederhana itu untuk Soeun, dia hanya menanti suaminya yang setahun terakhir ini nampak berbeda.

Lalu dengan girang ia berbalik mengambil ponsel genggamnya yang tergeletak diatas nakas. Mencari kontak berbintang dan menelepon kontak tersebut.

Butuh beberapa menit sebelum seseorang diseberang sana bersuara.

"Kamu makan kue buatanku?"

"Iya."

Ketus Namjoon.

Namun jawaban singkat itu mampu membuat hati sang wanita menghangat.

"Kau suka kan dengan rasanya? Kenapa hanya dimakan sesendok saja?"

"Iya, selalu enak."

Seakan melupakan pertanyaan keduanya, Soeun dibuat tersenyum malu, "Terimakasih," katanya.

"Jika tidak ada perlu lagi, aku akan memutuskan panggilan. Aku sedang bekerja."

"Eh tunggu! Aku buatkan sarapan untuk kamu boleh?"

Soeun merasa bersalah, dia bahkan bangun terlambat dari suaminya dan tidak sempat membuatkan apapun untuknya. Maka ia dengan lembut menawarkan namun hal itu di tolak secara ketus oleh sang suami; lagi.

"Tidak perlu, aku tidak butuh, lain kali saja."

Soeun cemberut, merutuk suaminya yang dengan mudah mengobrak-abrik moodnya. Baru saja dibuat senang beberapa saat lalu, dan sekarang kembali dibuat sedih juga olehnya.

"Aku mengerti," hening sesaat, "Selamat hari jadi kita ya, I love you??"

Tidak ada balasan. Namun dengan samar ia bisa mendengar suara Namjoon yang berbicara dengan seseorang, nampak suaranya seperti tengah memarahi lawan bicaranya.

"Joon? Aku mencintaimu..."

Ulang Soeun.

"Ah iya, kenapa?!"

AMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang