Tatapan pria bersurai hitam pekat itu nyaris tak lepas dalam memperhatikan gelagat sang adik sepupu yang tampak gelisah ditempatnya. Patut dicurigai akan hal apa yang telah membuatnya tampak lebih pendiam dan mulai menjadi orang yang penyendiri akhir-akhir ini.
Benar sekali, dia mulai penasaran tatkala menyadari perubahan sang adik sepupu yang hampir terlihat tidak semangat menjalani hari-harinya.
Lantas ia terkekeh sontak membuat adik sepupunya menoleh kearahnya dengan satu alis yang terangkat.
"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
Namjoon hanya diam.
"Kau tampak berpikir keras?"
"Seokjin hyung!" Panggilnya.
"Ya, kenapa?"
"Aku ingin menanyai sesuatu padamu," Namjoon menatapnya serius, "tapi tolong, jangan terkejut dengan ini."
Seokjin terkekeh pelan, "Seserius itu?"
Namjoon mengabaikan, lantas memilih untuk terdiam sebentar sembari otaknya mulai sibuk merangkai kata-kata yang akan dia lontarkan. Setidaknya untuk saat ini dia hanya mempercayai Seokjin. Maka dengan itu, ia mencoba untuk berbagi kisah akan kegundahan di lubuk hatinya.
"Hyung, apa kau pernah..." jeda cukup panjang membiarkan Namjoon menelan ludahnya, nyatanya dia masih ragu untuk berujar.
Ini sangat sensitif.
"Kau pernah merasa bosan dengan Mi Rae?"
Tak perlu banyak menghabiskan waktu untuk Seokjin mencerna pertanyaan Namjoon. Ia tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya, "Itu pertanyaan yang tiba-tiba, Nam?!"
Sontak Namjoon memijat pelipis pelan, "Aku tahu hyung, aku hanya butuh pencerahan darimu!"
"Oke-oke!" Seokjin menggeleng pelan berusaha menenangkan. Tampaknya ini begitu serius, "Iya, aku pernah bosan dengan Mi Rae, hanya sekali."
Benarkah? Hanya sekali katanya? Sementara mereka sudah menikah hampir lima tahun.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Yang ku lakukan... tidak ada!"
Namjoon menyergit, "Tidak ada?" Ulangnya.
"Ya, tidak ada. Aku bosan bukan berarti aku boleh kurang ajar bukan? Aku tidak mempunyai keberanian untuk bermacam-macam," Seokjin mulai menerangkan, "di dalam pikiranku hanya bisa mencoba membuat jarak untuk sementara waktu sampai keadaan kami berdua membaik. Tapi hal itu tidak akan lama, aku terlalu mudah merindukan istriku jadi aku akan selalu merasa bersalah karena berusaha menjauh darinya. Dan yah, setelah itu aku akan kembali, mengajaknya berbicara, menawarkan pelukan dan juga ciuman."
Namjoon mendengarnya dengan tenang, mencerna tanpa ingin berucap lagi. Sementara itu keterdiaman Namjoon malah mengundang tatapan penuh tanda tanya dari Seokjin.
"Ada masalah?" Hening, "apa kau sedang merasa bosan dengan Soeun?"
Lantas tembakan balik itu membuat Namjoon menghelah nafas gusar, "Kesal mengatakan ini, tapi apa yang hyung tanyakan itu benar."
"Nam?"
"Tapi aku tidak merasakan apa yang hyung rasakan saat menciptakan jarak dengan Soeun."
Seokjin memilih diam, memberikan ruang lebih untuk sang adik sepupu.
"Aku merasa hubungan ini semakin hambar. Aku juga tidak mengerti, terkadang aku tak tega melihanya sendirian... karena aku masih menyayangi Soeun..."
Jujur saja, sebenarnya Seokjin ingin marah dihadapan Namjoon karena baru saja mendengar pengakuan bodoh lelaki itu. Dia hanya merasa tidak percaya karena adiknya ini yang begitu mendambakan sosok wanitanya kini merasa kurang akan kehadirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMORIS
RomanceRasa sakit tentu akan selalu menyertai. Pikiran pun bingung dan kehilangan arah hingga ujungnya mencapai ketidakmampuan. Mulai : 03/01/22