Hallo readers💐
Gue sebagai author baru di sini cuman mau minta dukungan aja.Dan gue juga open dengan kritik saran kok, jadi terserah kalian mau komen apa asalkan kritik saran yang baik.Kalau misalnya ada nama tokoh, ataupun alur yang mungkin sama dengan cerita lain, gue minta maaf duluan. Karena itu ada akibat unsur ketidaksengajaan. Dan gue jujur kalau cerita ini tidak plagiat dari cerita manapun murni dari ketikan saya.
Itu aja sih❤️
Selamat membaca!!!..****
Seminggu berlalu, semenjak kejadian dari tukang sate itu Fuella dan Aghastar tidak pernah bertemu kembali. Begitupun dengan Arya, Mereka sibuk latihan karena adanya turnamen sepak bola yang akan di adakan pada bulan Agustus mendatang.
Untuk kegiatan keseharian Fuella pun tidak memiliki banyak agenda. Seperti biasa, pulang sekolah langsung pergi ke toko Roti kemudian kerja sampai jam 9 malam dan pulang ke rumah untuk tidur begitupun seterusnya.
Hari ini hari Jum'at, hari dimana sekolah Fuella akan memulangkan siswanya sedikit lebih cepat dari jam pulang biasanya. Gadis itu turun dari angkot lalu kemudian masuk ke dalam rumahnya tersebut dengan penuh semangat, tangan mungilnya menenteng sebuah plastik hitam yang berisikan rujak buah segar yang Fuella beli di depan gerbang sekolahnya tadi. Karena sudah menjadi rutinitas nya setelah pulang dari sekolah selalu membelikan makanan kesukaan ayahnya tersebut, yah walaupun makanan tersebut terkadang tidak pernah di sentuh oleh sang ayah.
"Assalamualaikum... Pak, Ella pulang." Fuella membuka tali sepatunya dan meletakkan nya di atas rak sepatu.
Gadis itu berjalan sambil tersenyum menghampiri kamar Ayahnya yang pintunya dalam keadaan sedikit terbuka.
"Pak...,"panggil Fuella dengan lembut, gadis itu mendorong pelan pintu kayu itu agar terbuka lebar.
Senyap. Hanya ada bunyi kipas angin lama di dalamnya. Fuella juga tidak melihat ada ayahnya di atas kasur.
"Bapak dimana yah?, Apa di dapur?"gumamnya.
Fuella ingin berjalan balik namun pandangan matanya tertuju ke arah nakas kayu di kamar Ayahnya itu yang sangat berantakan. Gadis itu bermaksud untuk membersihkan sampah-sampah tersebut dengan maksud agar sang Ayah merasa nyaman jika masuk ke dalam kamar dalam keadaan bersih. Akan tetapi , lama-kelamaan di lihat. Sampah yang Fuella bersihkan itu rasanya terlihat sangat asing di mata gadis tersebut.
"Obat? Obat apa,"ucapnya dengan kedua alis yang bertaut keheranan.
Ada banyak bekas bungkusan obat yang isinya sudah kosong semua, Fuella membaca nama-nama obat tersebut dengan seksama namun obat itu tetap sangat terlihat asing. Gadis itu sama sekali tidak pernah melihat obat jenis ini sebelumnya.
Masih terus membaca nama obat tersebut tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh dengan keras dari arah dapur. Fuella langsung membanting bungkus obat-obatan itu ke lantai dan segera berlari ke arah dapur, pikiran gadis itu sudah kacau balau sekarang. Dan benar saja tidak jauh dari pintu dapur Fuella melihat Ayahnya yang sudah tergeletak tak berdaya dengan mulut yang terus mengeluarkan busa putih. Gadis itu memekik dengan sekuat tenaga pada saat saat Ayahnya mengalami kejang-kejang.
"Pak...! Bapak kenapa...." Fuella menangis dengan keras. Gadis itu dengan cepat memangku kepala Ayahnya di atas pahanya yang masih terbalut rok abu-abu.
"Tolong...! Tolong...!"teriak Fuella dengan sekuat tenaga. Suaranya bergetar karena di iringi dengan tangisan.
"Tolong...! Tolongin bapak saya!"suaranya lebih keras dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECALCOMANIA [ON GOING]
Teen Fiction"Saat mengenalmu, aku benar-benar mengerti apa itu kehidupan." ~Aghastar C.V~