•Kos Putri•

18 15 4
                                    

"Masalah itu ibarat permen karet, semakin lama di kunyah maka rasanya akan semakin hambar".
~Fuella Charilyn Pandhita~

Hallo readers💐
Gue sebagai author baru di sini cuman mau minta dukungan aja.Dan gue juga open dengan kritik saran kok, jadi terserah kalian mau komen apa asalkan kritik saran yang baik.

Kalau misalnya ada nama tokoh, ataupun alur yang mungkin sama dengan cerita lain, gue minta maaf duluan. Karena itu ada akibat unsur ketidaksengajaan. Dan gue jujur kalau cerita ini tidak plagiat dari cerita manapun murni dari ketikan saya.

Itu aja sih❤️
Selamat membaca!!!..

****

"Tok...Tok...!"

"Permisi..."

Batang gorden besi berukuran sedang yang semula ingin melayang ke kepala Fuella tertahan akibat ketukan pintu. Membuat emosi Uyon makin berapi-api." Siapa yang berani mengganggu kesenangannya,"pikirnya. Ia tersenyum devil menghampiri pintu dan menekan knock pintu itu dengan kasar.

Fuella yang badannya sudah penuh lebam itu berusaha untuk bangkit, ia takut jangan sampai ayahnya melakukan hal tidak senonoh kepada orang tersebut.

"SIAPA KAMU?"tanya Uyon kepada lelaki pengganggu nya itu. Di depan pintu laki-laki memakai topi itu berdehem menatap lelaki tua bertato di hadapannya ini. Seketika tatapannya beralih ke seorang gadis pincang bermuka lebam yang berjalan tertatih-tatih kearahnya. Tatapan mereka bertemu membuat gadis itu terkejut bukan main.

"A-aghastar?"ucap Fuella terbata-bata.

Yah laki-laki yang menghampiri rumah Fuella adalah Aghastar. Saat sekitar 3 km perjalanan dari rumah Fuella ia berbalik karena ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Seorang Aghastar? Perduli dengan hal-hal kecil?.

"HEH JAWAB SAYA!"bentak Uyon membuat tatapan Aghastar teralihkan kemudian menatap intens lelaki kurus di hadapannya itu.

"Saya juga seorang penjahat, saya sudah berkali-kali bunuh orang,"papar Aghastar sambil tersenyum dan mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku celananya. Membuat raut wajah Uyon berubah. Ia seperti mati kutu sekarang kakinya terasa lemas.

"Kembalikan istri saya, to-tolong kembalikan istri saya." Uyon menangis dan menjambak rambut gondrongnya itu, ia mundur perlahan-lahan tak peduli dengan Fuella di belakangnya. Kemudian dengan langkah takut-takut ia berlari ke kamar dan mengunci dirinya. Tinggallah Fuella dan Aghastar.

Fuella berusaha tersenyum simpul ia berjalan menghampiri Aghastar. "Terima kasih yah, Gue nggak tau lagi mau ucapin kek gimana." Fuella tersenyum sambil mengatupkan kedua tangannya. Dari jarak agak dekat itu, Aghastar dapat melihat dengan jelas darah kering yang berada di sudut bibir Fuella. Belum lagi kedua tangan putih itu yang sudah menjelma layaknya pelangi. Banyak memberi bekas-bekas lebam padahal baru beberapa puluh menit yang lalu ia di pukul.

Aghastar melihat cuaca yang sudah tidak hujan lagi yang hanya menyisakan sedikit tetesan air hujan. Ia kemudian menatap kembali Fuella yang sedikit heran melihatnya." Ayok Ikut gue." Aghastar menarik perlahan tangan Fuella dan berjalan menghampiri motornya.

"Eh mau kemana?"tanya Fuella.

"Ikut ajha,"singkat Aghastar sambil menyalakan mesin motornya. "Naik,"sargahnya kemudian.

DECALCOMANIA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang