Hallo readers💐
Gue sebagai author baru di sini cuman mau minta dukungan aja.Dan gue juga open dengan kritik saran kok, jadi terserah kalian mau komen apa asalkan kritik saran yang baik.Kalau misalnya ada nama tokoh, ataupun alur yang mungkin sama dengan cerita lain, gue minta maaf duluan. Karena itu ada akibat unsur ketidaksengajaan. Dan gue jujur kalau cerita ini tidak plagiat dari cerita manapun murni dari ketikan saya.
Itu aja sih❤️
Selamat membaca!!!..****
Tringgg...
Tringgg...Fuella baru selesai pulang dari tempat ia bekerja, pulang untuk istirahat lebih tepatnya karena saat selesai magrib ia balik kembali untuk bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 Fuella yang sedang menunggu angkot di terminal sore itu tiba-tiba terperanjat karena mendengar nada dering hpnya, ia berusaha memfokuskan matanya melihat layar hp itu dan terpampang nama BUDE di situ .
"Ngapain Bude nelpon,"monolog Fuella.
"Assalamualaikum... kenapa Bude?"tanya Fuella.
"Waalaikumsalam dek, i-itu dek bapak kamu,"ujar Bude panik.
"Eh bapak saya kenapa Bude?"sergah Fuella. Dalam hatinya ia sudah bisa menebak. "Apa bapak kambuh lagi?"pikirnya.
"Dia tiba-tiba teriak tadi dalam rumah, akhirnya karena Bude ingat pesan dek Ella jadi Bude langsung kunciin bapak kamu,"ujar Bude menjelaskan.
"Huh terima kasih yah Bude, Nanti aku bakal cepet-cepet pulang."Fuella mematikan telefon dan menghela nafasnya panjang,"Mama kemana sih, Kenapa tega banget ninggalin aku." Ia tersenyum simpul lalu tanpa sadar air matanya jatuh tanpa pamrih entah kenapa ia merasa rapuh sekali saat mengingat mendiang ibunya. Pasalnya ia sama sekali tidak pernah mengenal konsep seorang ibu itu seperti apa, saat Fuella masih kecil ia sudah harus menjalani pekerjaan layaknya seorang ibu rumah tangga ia bahkan benar-benar harus meninggalkan secara paksa perannya sebagai anak-anak. Fuella sejujurnya adalah seorang anak yang sangat rapuh tapi dia terus menutupi itu.
Dengan perasaan campur aduk Fuella berusaha menyeka air matanya. Bagi dia kalau kerjaan cuma nangis masalah nggak bakal selesai. Tapi sekarang."Ya Allah, mana sih angkot,"resah Fuella gelisah, ia berdiri mondar-mandir menggenggam erat tas ranselnya sembari celingak-celinguk mencari tumpangan yang bisa di tumpangi. Jam sudah memasuki pukul 18.05, sudah sejam Fuella berada di terminal tersebut, langit sudah menggelap dan mendung. Masalah baru akan muncul. Yap benar sekali akan turun hujan.
"HUA...! GUE PENGEN NANGIS JANCOKK...!" Fuella berteriak kencang dengan penuh amarah berusaha untuk menghilangkan kekesalan nya. Setelah itu pun karena karma akibat memaki, Hujan pun turun dengan derasnya menghantam genteng biru terminal tersebut. Bahkan sangking deras nya Fuella saja sampai tidak bisa melihat keadaan di jalan raya.
Fuella yang sudah putus asa hanya duduk termenung di situ sembari memeluk kedua kaki nya untuk menyalurkan kehangatan. Saat perlahan ingin menundukkan kepalanya suara motor yang tengah berhenti terdengar membuat Fuella mendongak kan kepalanya kembali.
Nampak siluet lelaki tinggi semapai dengan postur tubuh tegap memakai jaket Double Rider hitam dengan sarung tangan Biker membuatnya menampilkan kesan kharismatik tersendiri. Mata Fuella ikut mengikuti gerak-gerik Lelaki itu yang sama sekali belum menyadari tentang keberadaan Fuella karena tampaknya ia masih sibuk dan berusaha mengumpulkan barang-barangnya agar tak basah terkena hujan, helm berlabel Arai itu saja belum terlepas bebas dari kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECALCOMANIA [ON GOING]
Novela Juvenil"Saat mengenalmu, aku benar-benar mengerti apa itu kehidupan." ~Aghastar C.V~