#5 - What Are You Want?

102 14 4
                                    

N/A
Jangan lupa vote dan comment.

***

Dalam catatan sejarah hidup Keana, membuat orang emosi adalah keahliannya. Namun, keributan yang ia ciptakan hanya untuk membuat suasana terasa menyenangkan bagi orang-orang. Pengecualian untuk orang-orang yang membuatnya kesal.

Tapi, ... tidak dengan mencari gara-gara dengan dosen. Astaga! Keana ingin menangis sesenggukan jika mengingat dosen menyebalkan yang mengadakan kuis dadakan seperti tahu bulat. Tahu bulat pun masih harus digoreng tidak langsung mblaem.

"Lain kali, kalo nyari gara-gara gak usah ngajak-ngajak."

Ucapan Sasha seketika membuat Keana mengangkat dagunya. Pandangannya langsung datar menatap Sasha yang menampakkan wajah tenang namun menyiratkan intimidasi pada Keana.

"Lo ngomong sama siapa?" Bukan Keana yang bersuara, tetapi Dira. Ia menatap Sasha dengan wajah sok polosnya. Tolong, Keana yang melihat Dira seperti itu ingin tertawa guling-guling.

"Sama orang yang bikin kelas kita jadi korban atas kesalahan seorang Keana Kemala Kalingga. Puas?"

Baru saja Keana akan menanggapi, suara berat yang berasal dari luar kelas menyela terlebih dahulu.

"Keana?"

Hampir semua kelas menoleh ke arah ambang pintu dan seketika terdiam melihat Restu yang menatap ke arah Keana duduk.

"Y-ya, Pak?" Keana jadi grogi sendiri mendengar panggilan Restu. Berasa dipanggil malaikat maut. Na, memang kamu pernah dipanggil malaikat maut?

"Kamu jadi PJ mata kuliah saya. Sekarang ke ruangan saya." Setelah mengatakan itu, Restu langsung berlalu begitu saja, meninggalkan tanda tanya dan krasak-krusuk di kelas AK5A.

"Gue mau nyanyi lagu Newjeans. Oma oma GAT!" Dia cengo sendiri mendengar ucapan Restu. "Na, lo bikin masalah apa lagi sampe berakhir jadi PJ matkul Pak Restu?"

Keana sendiri malah kicep mendengarnya. Penanggungjawab? Penanggungjawab di mata kuliah Restu? ASTAGAAA! TIDAK MAUUU!

"Kok, malah lo, sih?" Sasha protes. Wajahnya jelas menjelaskan keterkejutan. "Gue udah kirim chat Pak Restu biar gue jadi PJ!" Ia menatap kesal ke arah Keana dan menoleh ke arah ambang pintu dimana Kenan tengah melangkahkan kakinya masuk ke kelas. "Kenan!"

"Bisa gak sih, dia gak sepanik itu cuma gara-gara gak jadi PJ-nya matkul Pak Restu?" gumam Fira yang duduk di sebelah kanan Keana.

"Ya lo mungkin bakalan berpikir kiamat datang kalo gak kegatelan sama suami orang," balas Dira sekenanya.

"Hush! Ngomongnya jangan jujur. Bohong aja," sahut Fira sambil terkekeh.

Sementara Kenan yang baru masuk bersama dengan Gio merasa risih dengan Sasha yang memanggilnya seperti emak-emak yang marah sayurannya terkena tendangan bola sepak. "Apa, sih lo?"

"Lo udah bilang sama Pak Restu kalo gue ngajuin diri buat jadi PJ matkulnya?"

Kenan mengangguk mengiyakan pertanyaan Sasha.

"Terus kenapa malah Keana yang jadi PJnya?"

Kenan memasang wajah datarnya. Ia benar-benar kesal mendengar ucapan Sasha yang merengek seperti anak kecil. Jika bukan temannya, sudah ia lemparkan air yang ia pegang. "Udah gue ajuin. Cuma Pak Restu bilang mau liat nilai IPK anak-anak. Ya gue kasih aja datanya yang gue punya. Terus dia bilang, IPK lo terlalu kecil buat masuk kriteria PJ matkulnya. Dia ngambil Keana karena nilainya gede kali," jelasnya.

"Ngambil! Lo kira gue kue apa diambil-ambil?!" protes Keana dengan wajah tak terimanya. Enak saja!

"Maksudnya gini, Pak Restu jadiin Keana PJ karena nilai Keana paling gede di kelas. Lo tau sendiri kerjaan lo cuma nyontek terus, ya pantes aja nilai IPK lo jeblok, Sha. Bahkan lebih kecil dari gue. IPS kita walau beda nol koma sekian tapi tetep nilainya gue lebih gede dari lo, kan?"

The StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang