Keana masuk ke kelas dengan lunglai. Ketika kaki kanannya baru menapak, ia terperanjat dengan kehadiran Sasha yang sudah berdiri di dekat ambang pintu. Wajah gadis itu sudah seperti akan menerjang Keana. Astaga! Ia benar-benar bertemu dengan yang namanya setan kasat mata!
"Lo apaan, sih?" Protes Keana dengan kesal. Apa perlu Sasha membuntutinya atau sekalian masuk ke kantong celananya agar kekepoannya hilang?
"Gimana?" Sambarnya dengan tak sabar.
"Heh, Bibit Pelakor! Lu tuh, ya, gatelnya melebihi ulat bulu!" Omel Dira yang berkacak pinggang menghampiri Keana. "Bujang masih banyak kali!"
"Yang kayak Pak Restu tuh gak ada, Dira!"
Keana, Dira, dan hampir semua orang yang ada di kelas—yang mendengar ucapan Sasha—langsung mengernyit antara heran, geli, dan tak habis pikir. Ada manusia seterang-terangan itu jika secara tidak langsung membenarkan ucapan Dira untuk menjadi pelakor?
"Na?" Sebelum Keana ataupun Dira membalas ucapan Sasha dengan pedas, Kenan lebih dulu memanggil Keana.
"Kenapa?" Tanya Keana.
"Lo... mau berangkat kerja sekarang?"
Keana membelalak dengan telapak tangan menutup mulutnya yang menganga. Ia lupa! "Lupa gue!" Dengan bergegas, gadis itu langsung menyambar tas dan memasukkan barang-barangnya dengan cepat. Tak peduli dengan beberapa pulpen Dira yang ikut ke dalam tasnya. "Gue duluan!" Teriak Keana yang membuat Sasha ingin meneriaki nama Keana, dan Kenan yang ikut menganga melihat gadis itu malah meninggalkannya dengan begitu saja.
"Kenan!" Sasha menarap nyalang ke arah laki-laki itu. "Lo tuh bisa gak sih, bentar aja gak ingetin Keana sama kerja part time-nya? Gue mau nanyain Pak Restu!" Omelnya dengan kesal. Ingin sekali ia menggorok leher Kenan dengan cerurit, tapi tak berani.
"Gak lo doang yang rugi!" Kesal Kenan. Ia berniat mengantar Keana ke tempat kerjanya, namun gadis itu malah ngibrit meninggalkannya. Kan, akan terlihat perhatian jika Kenan mengantarkan Keana ke tempat kerjanya seperti di drama Korea.
***
Pernah sekali Keana merasa hidup itu tidak adil. Pada saat ia berpikir mengapa ia dilahirkan. Ia merenungi keputusannya untuk lahir kedunia setelah ditanya malaikat apakah akan lahir atau tidak. Kebahagiaan apa yang menunggunya sampai ia memutuskan untuk setuju dilahirkan ke dunia ini?
Kaki Keana melangkah cepat sekuat tenaganya memasuki sebuah kafe yang tidak terlalu besar, yang berdiri diantara gedung-gedung tinggi.
Klenteng!
Dengan napas tersenggal, Keana memasuki tempat itu dan seketika ia langsung meringis mendapati seorang laki-laki yang berpakaian formal tengah bersama dengan Killa—teman satu pekerjaan Keana.
"Pak, maaf banget saya baru datang. Tadi di kampus ada trouble."
Laki-laki itu berbalik, bersamaan dengan Killa yang mengangkat kepalanya menghela napas lega melihat Keana sudah datang.
"Telatnya gak sampe setengah jam, kok. Saya tadi cepet-cepet pas udah selesai kelas. Gak akan diulangi lagi, beneran, Pak, janji!" cerocos Keana.
Laki-laki itu hanya memutar bola matanya. Ia sudah terbiasa dengan kebiasaan Keana yang suka menjelaskan panjang lebar tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Laki-laki itu mengangkat sebelah tangannya dengan mata terpejam, mengisyaratkan Keana untuk berhenti.
Mendapati bosnya itu sepertinya frustasi akan perkataannya tadi, ia langsung bungkam. Ia menunduk dengan sopan. Ia sebenarnya bukan tipikal orang yang mudah patuh terhadap perintah orang lain, tapi ini beda cerita—termasuk saat bersama Restu. Ia bisa-bisa terancam dipecat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Status
Romance"Nama saya Restu Kalandra Damian," ulang beliau. Perkenalan singkat itu begitu dinantikan oleh kaum hawa di kelas ini. "Oh, iya satu hal lagi tentang saya. Saya sudah memiliki istri dan satu orang anak. Jika kalian ingin tahu." Antusias yang awalny...