#2 - Suami-Istri-Anak

238 10 0
                                    

"Seriusan lo dapet nomor Pak Restu?"

"Hm." Keana hanya bergumam rendah menanggapi ucapan Dira. Energinya sudah terkuras karena meladeni dosen menyebalkan itu.

"Bikin grup bareng Pak Restu dong, anjir! Plis pengen banget gue add jadi temen Line, jadi temen hidup juga gue mau!" Dira langsung histeris setelah melihat ponselnya. Ia memasang wajah gemas sekaligus pengharapan yang membuat Keana menggeleng-gelengkan kepalanya.

Keana ikut mengecek ponselnya. Ia melihat notifikasi grup dan orang-orang yang mengiriminya pesan. Dan yang membuatnya tertarik adalah grup yang baru dibuat Kenan.

Keana sudah mengirimkan nomor dosen menyebalkan itu kepada Kenan. Tapi ada yang lebih menarik perhatiannya sampai membuatnya mengerutkan keningnya.

Restu Kalandra
Add you by phone nomor

"Kapan dia punya nomor gue?" gumam Keana melihat notifikasi ponselnya.

"Kenapa?" tanya Dira mendengar gumaman tidak jelas dari Keana.

Keana menoleh dengan kedua alis terangkat. "Gak. Gak papa," jawabnya sambil menggeleng pelan, menormalkan kembali ekspresi wajahnya.

Bruk!

Kedua gadis itu terperanjat mendengar suara buku bantal yang terjatuh tak jauh dari mereka. Buku bantal itu sebutan bagi buku yang memiliki jumlah halaman yang banyak alias tebal.

Keana menoleh ke sembarang arah dan kebetulan pandangan pertamanya langsung tertuju ke orang yang membyat suara bising itu. Ia terkejut melihat seorang laki-laki yang sedang membereskan buku-buku yang berserakan, sementara orang-orang di sekitar malah melihat saja tanpa membantu.

Tanpa pikir panjang, Keana langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri laki-laki itu. Ia jongkok dan ikut memunguti buku bantal itu. "Kenapa bukunya banyak banget, sih?" tanya Keana sambil melirik laki-laki itu yang terkejut dengan kehadiran Keana.

"Hah? Apa? Eh? Oh, ini mau ngasih buku punya kating," jawabnya.

Keana mengerutkan keningnya. Ia tidak habis pikir ada orang yang tega untuk memberikan tugas berat seperti ini. "Kenapa gak dibantu?"

"Disuruh dosennya."

Keana mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lo maba ya?" tanyanya melihat bagaimana penampilan laki-laki itu. Memang agak urakan, tetapi masih bisa dibilang rapi daripada yang sudah tingkat 2 ke atas.

Laki-laki itu mengangguk.

"Jurusan apa?"

"Manajemen."

"Satu fakultas, toh."

"Lo juga... maba?" tanya laki-laki itu dengan nada ragu.

Keana bukannya menjawab malah menggidikkan bahunya. Jika mengatakan ia mala alias mahasiswa lama, pasti sangat terlihat bagaimana tuanya dia. Walau tidak terlihat.

Gerakan tangannya yang ikut membantu membawa buku itu terhenti kala melihat nama yang ada di buku itu. Ini buku Akuntansi Keuangan II yang dipakai saat semester lalu.

"Gue Andra." Laki-laki itu menggulurkan tangannya. Tangannya tengah bebas karena menyimpan dulu bukunya di atas kursi semen yang ada di dekatnya.

Keana ikut menaruh buku itu dan menerima uluran tangannya. "Gue Keana," balasnya. "And by the way... ini buku anak-anak kelas gue. Kenapa bisa lo bawa?"

Andra sedikit terkejut dengan apa yang Keana ucapkan. Ia malah nyengir, bukannya menjawab.

"Na? Lo ngapain, sih?" Dira menghampiri keduanya dengan kening berkerut. Sedari tadi ia hanya memperhatikan bukan karena malu membantu, hanya saja ia sedang mengingat sesuatu.

The StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang