..
.
✷ · ˚ * . * * ⋆ . · ⋆ ˚ ˚ ✦ ⋆ · * ⋆ ✧ · ✧ ✵ · ✵
Tanpa sengaja, Jeongwoo mengetahui Jaehyuk dibully pada hari Senin. Mereka berdua duduk di rumput lapangan Quidditch dengan kepala Jeongwoo berada di atas paha Jaehyuk sambil mereka menyerap sinar matahari. Jaehyuk sedang membaca buku tentang perawatan unicorn, membalik-balik halaman, dengan hati-hati karena mengingat posisi Jeongwoo. Jeongwoo berada di area abu-abu antara kesadaran dan ketidaksadaran, lelah dari latihan Quidditch yang berlangsung sore itu.
Jaehyuk berusaha membangunkan Jeongwoo kembali ke dunia nyata dari mimpi indahnya begitu matahari mulai terbenam. "Precious, kita harus menuju ke Great Hall." Gumamnya sembari menepuk lengan Jeongwoo pelan. Penyihir itu mengerang, berbalik badan. Sekarang wajahnya berhadapan dengan perutnya Jaehyuk yang berlapiskan kaos yang dikenakannya. "Bangun, bangun. Ayolah."
Jeongwoo membuka matanya, menyipitkannya ke arah Jaehyuk dan rambutnya yang terlalu terang, kemudiannya duduk tegak. Ia bisa merasakan rambutnya mencuat ke atas, yang segera ditata semula oleh Jaehyuk dengan gerakan tangan lembut. Rasanya menyenangkan.
"Aku akan membantumu dengan barang-barangmu, ya." Kata Jeongwoo sambil bangun, berdiri. Ia mengambil pena bulu dan buku milik Jaehyuk. Ia memperhatikan sesuatu yang dicoret dan ditulis ulang di belakang buku catatan subjek Potions-nya Jaehyuk, tinta hitam dan berdarah. Kata itu membuat ia mengepalkan rahangnya, marah. Apa maksudnya dengan perkataan itu? Apa kaitannya dengan Jaehyuk?
mud-blood
"Siapa yang mengira ini baik-baik saja?" Mengetahui itu semua membuat darahnya mendidih marah. Jaehyuk mengambil buku catatannya dari Jeongwoo, menggigit bibir bawahnya. "Kenapa mereka harus mengaitkan kamu dengan muggle—"
"Tiada. Tiada alasan. Ini bukan apa-apa. Mungkin mereka mengaitkan aku dengan para muggle karena aku terlalu aneh dari penyihir yang lain. Tapi, aku akan baik-baik saja." Jaehyuk dengan cepat menyangkalnya, tertawa aneh tanpa jiwa.
Sungguh menyakitkan hati Jeongwoo untuk mendengar Jaehyuk berbicara seperti ini, seolah tidak bisa dihindari baginya untuk menjadi korban kefanatikan. "Monster apa pun yang melakukan ini padamu akan membayar—"
Jaehyuk meraih pergelangan tangan Jeongwoo. "Jeongwoo, jangan. Tolong, itu sama sekali tidak pantas! Mereka tidak layak."
Jeongwoo menatap tajam dan memberi pandangan bingung pada Jaehyuk seakan siswa itu menumbuhkan kepala yang lain, berkepala dua. Ia ingin berdebat, tetapi amarahnya dengan cepat menurun saat ia menyadari mata Jaehyuk berkaca-kaca. "Apakah ini sering terjadi?" Ia bertanya, suaranya kembali perlahan. Jaehyuk memberikan sedikit anggukan. "Apakah kamu tau siapa yang melakukannya?"
"Aku— Ya, aku tau. Ada... beberapa dari mereka. Aku hanya mengabaikannya. Hal seperti ini tidak menyakitiku."
Pembohong. "Apakah kamu sudah melaporkannya?" Jaehyuk menolak untuk menjawab, bibirnya tertutup rapat. "Jaehyuk, kamu tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja. Kamu seakan membiarkan mereka melangkahi dan menginjakmu."
"Tapi, hal ini benar-benar tidak akan menyakitiku. Untuk apa aku melaporkannya? Lambat laun mereka akan capek sendiri."
"Tapi kamu tidak—"
"Aku mungkin siswa dari asrama Slytherin, tapi aku tidak kuat," Gumam Jaehyuk. Dia melihat ke bawah. "Tidak sepertimu."
Jeongwoo memegang bahu Jaehyuk, menyebabkan siswa Slytherin itu memenuhi pandangannya. "Hei, kamu tau apa? Aku sangat takut pada hantu. Setiap kali mereka melayang di sampingku, aku seperti hampir kehilangan nyawaku. Apakah kamu pikir itu kuat?" Jaehyuk menunjukkan sepotong senyuman, menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sᴘᴇʟʟʙᴏᴜɴᴅ | Jeongjae / Jeonghyuk ver.
FanfictionSatu love potion. Dua siswa Hogwarts. Tiga minggu berpacaran. Treasure ver. A jeongjae story; Park Jeongwoo | Yoon Jaehyuk