..
.
✷ · ˚ * . * * ⋆ . · ⋆ ˚ ˚ ✦ ⋆ · * ⋆ ✧ · ✧ ✵ · ✵
Setiap pagi seperti hari-hari biasanya, Jeongwoo akan berjalan keluar dari asrama Hufflepuff berseorangan, melewati beberapa lukisan ceria yang sebagian besar adalah makanan yang tergantung pada dinding sepanjang koridor berbatu yang luas dan lorong yang sentiasa diterangi dengan obor. Ia berjalan menelusuri anak tangga menuju ke lantai dasar untuk bersarapan di Great Hall.
Sementara menunggu kedatangan sepupunya, Haruto, Jeongwoo memilih bersandar pada dinding bersebelahan pintu masuk ke Great Hall, berdekatan dengan jam pasir raksasa yang lekat pada luar dinding Great Hall. Suasana di Entrance Hall saat ini kelihatan sedikit lengang karena masih terlalu pagi. Jeongwoo sengaja bangun sedikit pagi hari ini, entah karena apa. Yang pasti ia tidak bisa melanjutkan tidurnya jadi, ia segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk memulakan harinya.
Jeongwoo sekarang sedang sibuk membaca buku teks Herbology, subjek favoritnya yang membuatnya sedikit terleka dengan keadaan sekelilingnya. Tanpa ia sadari, seseorang sedang memperhatikan setiap gerakannya, terkekeh perlahan saat Jeongwoo mengerutkan hidungnya lucu. Bunyi derapan sepatu kedengaran menggema dalam ruangan. Jeongwoo tidak menggubris apa yang terjadi di sekitarnya karena bisa jadi siswa dan siswi lain sudah mulai mendatangi dan memenuhi Great Hall untuk bersarapan juga.
Beberapa detik kemudian, fokus Jeongwoo terhenti sejenak saat mendengar derap langkah mendekat ke arahnya. Belum sempat ia mengalihkan pandangannya dari buku yang dibaca, sebuah tangan terulur menariknya mendekat, sedikit bersembunyi pada jam pasir raksasa supaya mereka tidak begitu kelihatan berdua di tempat umum. Walaupun sebenarnya hanya ada mereka berdua di situ saat ini. Jeongwoo merasa terkejut dan terlihat sedang berusaha mengumpulkan nyawa dengan sedikit mengerjap.
Seseorang yang lebih pendek darinya, rambut hitam pekat dan scarf hijau dan perak melilit di lehernya. Oh, demi Merlin. Ya Tuhan, kenapa kesialanku mesti terjadi sepagi ini? Batinnya berbicara.
"Morning, Woo-ya." Makhluk berwajah bulat dengan bibir plum merah alami itu menyapanya lembut lalu memberi kecupan ringan pada rahang tegas milik Jeongwoo. Jaehyuk lagi malas untuk mengecup pipi lembut Jeongwoo meski hatinya sangat menginginkannya. Setelahnya penyihir itu tersenyum manis, mata bulatnya seketika menyipit membuat pipi gembilnya terangkat dan whisker dimples-nya muncul.
Manis.
Jeongwoo sedikit membelalakkan matanya saat menyadari kalimat yang barusan terlintas di pikirannya.
"Ayo masuk." Jaehyuk berkata, menarik tangan yang lebih besar untuk mengajak Jeongwoo mengikutinya ke dalam Great Hall. Jeongwoo yang masih merasa shock dengan pemikirannya sendiri, hanya menurut tanpa bantahan, melupakan hasratnya menunggu Haruto yang tidak kunjung tiba.
Haruto yang sedari tadi melihat adegan kemesraan teman baiknya tersenyum sinis. Bukan selalu ia bisa melihat teman baiknya hanya diam tidak berkutik sama sekali, menutup mulutnya rapat- rapat. Kalau saja ia bisa merekod momen ini, pasti ia bisa mengerjai sepupunya dari Hufflepuff dengan memblackmailnya. Sayangnya peranti electronik tidak boleh digunakan di sekolah ini karena kuasa ajaib yang terlalu banyak di sini. Haruto terkekeh sendiri. Ini baru hari kedua, dia berharap Jeongwoo bisa melewati hari ini dengan baik.
✷ · ˚ * . * * ⋆ . · ⋆ ˚ ˚ ✦ ⋆ · * ⋆ ✧ · ✧ ✵ · ✵
KAMU SEDANG MEMBACA
sᴘᴇʟʟʙᴏᴜɴᴅ | Jeongjae / Jeonghyuk ver.
FanficSatu love potion. Dua siswa Hogwarts. Tiga minggu berpacaran. Treasure ver. A jeongjae story; Park Jeongwoo | Yoon Jaehyuk