ᴛᴇɴᴛᴀɴɢ ᴋᴇʙᴇɴᴀʀᴀɴ ᴘᴀʀᴛ 𝟷

222 26 8
                                    


.

.

.

✷        ·   ˚ * .      *   * ⋆   . ·    ⋆     ˚ ˚    ✦   ⋆ ·   *      ⋆ ✧    ·   ✧ ✵   · ✵


Dalam tempoh tiga minggu mengenal Jaehyuk, Jeongwoo dapat mengetahui tentang pelbagai benda yang selama ini baginya hanya biasa saja. Tidak ada yang menarik sama sekali. Tapi melakukannya bersama Jaehyuk, hal itu justru menjadi satu hal yang menyenangkan seperti saat ini. Mereka sedang bermain alatan pranks di Zonko Joke's Shop, kali ini Jaehyuk menunjukkan padanya pelbagai jenis barang-barang lelucon yang menurutnya lucu dan ampuh untuk mereka yang gemar bersenang-senang dan menanggung resiko seperti dirinya.

Jaehyuk tertawa melihat Jeongwoo yang tiba-tiba saja tersedak dan terbatuk-batuk setelah memakan permen batuk yang diberinya. Tidak lupa juga reaksinya Jeongwoo saat terdengar suara nyaring memekakan telinga dari Screaming Yo-Yos ketika memainkannya.

Kemudiannya, dia menyeret Jeongwoo ke Gladrags Wizardwear, yang terletak bersebelahan dengan Zonko's Joke Shop. Bisa dikatakan sama persis seperti toko Madam Malkin namun bedanya, di toko ini barang-barang yang dijual tidak seelegan jubah-jubah buatan Madam Malkin. Cocok untuk si kantung kering dan kepada mereka yang merasa kurang mampu karena harganya yang sedikit murah dan berpatutan namun tetap menuntut kenyamanan dalam berpakaian, meski harus melupakan 'gaya' untuk sementara.

Jeongwoo melihat ke sekitar. Sejujurnya Jeongwoo tidak pernah sekalipun menjejakkan kaki ke dalam toko tersebut. Bukan karena dirinya berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya tapi karena Jeongwoo tidak terlalu ambil peduli memikirkan pakaian apa yang harus dibelinya, tuh, ia punya penjahit pribadi di rumah, jadi kenapa harus repot-repot keluar membeli.

"Apakah menurutmu ini bagus?" Jaehyuk menunjukkan sehelai scarf hitam polos dengan detail yang sederhana dari bahan kain yang lembut. Motif polos pada scarf tidak kalah menariknya dari yang lain. Jeongwoo tersenyum sembari mengangguk. Tangannya terulur menyentuh tekstur kainnya.

"Aku mau menghadiahi ayah dengan ini. Menurutmu, apakah ayahku bakal suka? Bagaimana kalau ini tidak cocok untuknya? Sayangnya, aku tidak mampu untuk memberinya yang lebih bagus."

"Ayahmu pasti akan suka apapun itu apalagi kalau itu pemberianmu. Jangan khawatir." Balas Jeongwoo, menenangkan.

"Ayah selalu akan berusaha yang terbaik untukku. Setelah ibu meninggal, ayah harus berusaha keras membesarkanku. Terkadang aku merasa bersalah karena terus-terusan menyusahinya. Aku menyayanginya, tapi aku juga tidak mau menjadi beban untuknya. Dan karena saat ini, aku terpaksa tinggal jauh dari sisinya, aku jadi khawatir. Apakah ayah sudah makan? Apakah ayah makan dengan baik, hidup dengan baik dan istirahat secukupnya? Apakah hari ini melelahkan baginya? Apakah ayah juga merindukanku?"

Jaehyuk menatap lekat scarf dalam genggamannya. Sesaat Jeongwoo melihat senyum tipis Jaehyuk, lebih tepatnya senyum getir yang bertahan di bibir itu.

"Tentu, dia ayahmu. Sudah pasti dia akan merindukanmu. Jaehyuk, percayalah dia akan baik-baik saja. Setelah pulang dari sini, kamu bisa menghantarnya surat. Dia pasti menyukainya. Gunakan saja Jean, burung hantu milikku, tidak apa." Ujar Jeongwoo lembut, tangannya menata poninya Jaehyuk yang sedikit berantakan.

Setelah selesai belanja, Jeongwoo menggenggam tangan Jaehyuk dan berjalan keluar dari toko. "Ayo pulang, hm?"

Jeongwoo memamerkan senyum tipisnya yang mempesona. Sebaik mereka mau melangkahkan kaki, berjalan pulang, perut Jaehyuk tiba-tiba berbunyi karena kelaparan. Pipinya langsung memanas lalu menunduk malu. Jeongwoo tidak bisa menyembunyikan tawanya, gemas juga rasanya, ingin sekali ia mencubit pipi merah itu. "Tunggu sebentar."

sᴘᴇʟʟʙᴏᴜɴᴅ | Jeongjae / Jeonghyuk ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang