ᴛᴇɴᴛᴀɴɢ ᴀʟᴀsᴀɴ ᴊᴀᴇʜʏᴜᴋ

268 41 11
                                    


.

.

.

✷        ·   ˚ * .      *   * ⋆   . ·    ⋆     ˚ ˚    ✦   ⋆ ·   *      ⋆ ✧    ·   ✧ ✵   · ✵

Hogwarts sepertinya terasa lebih tenang tanpa kehadiran Jaehyuk di sisinya. Jeongwoo sama sekali tidak bermaksud jahat sudah berpikiran seperti itu tetapi sungguh, itulah yang dirasakannya saat ini. Ia menemukan kenyamanan dengan kehadiran siswa Slytherin itu, memang betul dan sungguh terasa asing baginya jika dirinya tidak melihat siswa yang lebih tua itu walau hanya dalam waktu sekejap. Ia tanpa sadar, mengadaptasi kebiasaan baru selama beberapa minggu terakhir ini, seperti mengambil beberapa buah dari Great Hall ketika waktu sarapan untuk dimakan bersama-sama Jaehyuk nantinya dan yang paling menjadi kebiasaan barunya adalah menggapai sisi tubuhnya untuk memegang tangan yang lebih kecil yang kini menjadi cukup sulit karena tangan yang diharapkan sudah tidak ada lagi, meninggalkan sebuah ruang kosong yang tiba-tiba terasa asing karena Jaehyuk sudah bukan siapa-siapanya lagi. Jaehyuk tidak lagi ada di sisinya.

Menyebalkan sekali.

Jeongwoo masih melihat Jaehyuk, di Great Hall, perpustakaan, di beberapa kelasnya, tetapi ia menghindarinya seperti wabah, tidak membiarkan Jaehyuk menghampirinya walau sejengkal pun. Mereka berada di tempat yang sama namun tidak pernah sekalipun mereka berselisih jalan. Mereka seakan wujud sebagai dua garis paralel, garis yang terletak dalam satu bidang datar, tidak melintasi jalur atau tumpang tindih. Dan seperti garis paralel yang tidak akan pernah berpotongan meskipun garis tersebut diperpanjang, Jeongwoo berharap dirinya dan Jaehyuk akan tetap seperti itu selama yang mungkin. Sebut saja Jeongwoo bersikap kekanakan, tetapi ia tidak bisa berbicara dengan Jaehyuk dengan pikiran yang benar tanpa harus kehilangan kesabaran. Seharusnya ia tak perlu berlebihan seperti ini. Seharusnya ia lebih sanggup untuk membebaskan Jaehyuk lalu membalas dendam dengan melupakan semua kesedihan, penolakan, kesendirian, dan luka dari perbuatannya.

Jeongwoo ingin berdamai, karena sungguh ia tidak tahan untuk terus menjalani hidup seperti ini tetapi ia perlu waktu untuk melampiaskan semua perasaannya pada Jaehyuk, menghilangkan rasa suka dalam hatinya yang entah kenapa seolah tidak mau pergi. Ia berharap semoga dengan melakukan itu, pada akhirnya ia bisa kembali ke saat di mana mereka baru saja berteman atau saat di mana mereka hanya sebatas strangers, tanpa ada apa-apa beban perasaan.

Karena ia cukup tahu bahwa perasaan cinta dan kecewa itu akan terus berkecamuk di dalam pikirannya dalam beberapa waktu ini sebelum akhirnya semua tentang Jaehyuk takkan lagi mengganggu isi otaknya jika ia berusaha lebih keras dalam melupakannya. Tapi, persoalannya, apakah ia bisa?

Semua orang ingin tahu apa yang salah. Apa yang merubah pikiran mereka? Apa sebenarnya yang terjadi? Baru tiga minggu berpacaran dan berpisah setelahnya. Bukankah itu cukup aneh? Haruto mengetahui hal yang sebenarnya, manakala Asahi dan Junghwan sepertinya mengetahui alasan sebenarnya dari sisi Jaehyuk. Bicara tentang Asahi, Jeongwoo tidak mengerti maksud dari jelingan tajam yang diterimanya dari siswa Ravenclaw kecil setiap kali berselisih dengannya namun, ia tidak terlalu ambil pusing. Semua penyihir lainnya mencoba mencari informasi yang ditolak mentah-mentah oleh Jeongwoo, semua jawaban yang ada tidak mau diberikan Jeongwoo. Ia cukup muak dengan anak-anak yang hanya ingin mencari drama, ketika mereka tidak punya hak menempelkan hidung mereka untuk mengikut campur ke tempat yang tidak seharusnya menjadi urusan mereka. Jeongwoo membencinya.

Jeongwoo berlindung di ruang rekreasi Hufflepuff, bersendirian. Menyembunyikan diri di balik keharmonian suasana di dalam asrama Hufflepuff. Dan meskipun teman yang berada di dalam asrama yang sama juga ingin tahu tentang perselisihannya dengan Jaehyuk, mereka semua cukup pintar untuk membiarkan dirinya memiliki ruangnya sendiri. Seandainya ia tetap di perpustakaan, ia kemungkinan besar akan bertemu dengan Jaehyuk atau bahkan lebih buruk dan parah lagi — Wooyoung dengan salah satu pena bulu otomatis-nya yang sedikit menakutkan itu dan tentu saja bersama variasi soalannya. Jeongwoo dapat belajar dari kenyamanan asramanya sendiri, tidak masalah, dengan para Hufflepuff lain yang sedikit sebanyak menghormati konsep batasan pribadi. Meski, selalu saja ada pengecualian. Hyunsuk adalah orang yang selalu berhasil mendorong masuk ke dalam gelembung yang dibina Jeongwoo. Entah kenapa dia bisa ada atau buat apa di dalam ruangan Hufflepuff sedikit meninggalkan tanda tanya di kepala Jeongwoo karena penyihir itu biasanya akan meluangkan waktu untuk belajar bersama pacarnya di waktu seperti ini. Dengan senyuman manis yang menampakkan eye-smiles miliknya, Hyunsuk tanpa diajak lantas bergabung dengannya di sofa pada suatu Sabtu sore dan memulai berkata, "Aku ingin bicara."

sᴘᴇʟʟʙᴏᴜɴᴅ | Jeongjae / Jeonghyuk ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang