0.1

153 9 2
                                    

Dini hari angin tenang namun tegas berhembus melewati gemerlap cahaya malam kota Tokyo, menghempaskan setetes air dari daun pohon menuju tanah lembab, menyibak helaian rambut beberapa orang yang terjaga di balkon mereka masing-masing. saat ini dirumah sakit, seorang dokter berjalan menyusuri lorong sunyi dengan cahaya redup sebagai pembangkit suasana malam. perawat wanita dengan pakaian serba putih turut berjalan mengekori orang di depannya.

"jadi apa identitasnya?" kata demi kata terucap, memecahkan suasana hening yang menyelimuti mereka berdua.

perawat itu mengeratkan jari-jarinya untuk menggenggam papan yang Ia bawa, "hanya namanya yang dapat kami ketahui saat ini Mori sensei" menghela napas tanpa arti, perawat tersebut mengedarkan pandangan pada punggung tinggi pria berjas putih didepannya.

"siapa?" Mori membalas singkat pernyataan sang perawat.

"Dazai Osamu" paham dengan maksud kata yang diucapkan sang dokter, perawat tersebut menjawabnya.

Keheningan kembali menyelimuti mereka kala keduanya berhenti di depan sebuah pintu kamar. Mori menghirup udara dan menghela napas sebelum meraih gagang pintu kamar tersebut.

Pemandangan pertama yang Mori lihat adalah anak muda yang terbaring lesu dengan mata yang terbuka memandang langit-langit kamar. ini mengejutkan, sangat mengejutkan sang Dokter ketika mengingat pemuda di hadapannya baru saja di diagnosis hipotermia setelah ditemukan terdampar dipinggir sungai dengan keadaan kacau beberapa jam lalu.

"Tuan Dazai" kalimat pertemuan pertama yang Mori lontarkan pada Dazai hanya memanggil lirikan kosong tanpa mengubah posisi kepala diatas bantal putih nyaman sang pasien.

Mori mendekat, mengabaikan jawaban kosong lagi hampa yang Ia terima. dengan bantuan perawat Ia memeriksa seluruh tubuh pasiennya yang hanya bisa terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. banyak luka di bagian tubuhnya, luka gores bahkan luka besar terukir memporak porandakan tubuh putih kurus pemuda Dazai Osamu tersebut. terdapat pula luka besar yang pasti akan menjadi pusat perhatian orang-orang setelah Dazai keluar dari rumah sakit. bagian wajah ke atas, mata dan kening yang berbalut perban dengan beberapa corak merah pekat tak tahu permisi menempel pada kepalanya.

"Tuan Dazai bagaimana keadaan mu sekarang?" selesai dari pemeriksaan Mori melontarkan sebuah pertanyaan untuk sekedar mencairkan suasana tegang yang menyelimuti mereka, walaupun tahu betul persentase sang pasien menjawabnya dengan keheningan sangat tinggi.

"mengapa kalian menyelamatkanku?" siapa sangka ternyata pertanyaan sang dokter tidak dijawab dengan hanya keheningan saja. Dazai melirik perawat wanita dan beralih pandang pada Mori.

hening kembali datang pada ruangan tersebut, tak ada yang membuka mulut untuk menyebutkan sepatah katapun selama beberapa detik.

"maaf tuan?" perawat wanita akhirnya angkat bicara, meragukan pendengarannya sehingga mempertanyakan ulang apa yang dikatakan pasien rumah sakit ini.

"ku bilang, mengapa kalian menyelamatkanku? itu merenggut hak ku untuk bebas" oh astaga, ternyata pendengaran perawat tersebut tidak bermasalah sama sekali. Mori terpaku pandang pada Dazai, bagaimana bisa pemuda kurus yang bahkan seperti kekurangan gizi ini mempertanyakan hal yang cukup mengejutkan setelah apa yang Ia alami beberapa jam lalu dan dengan badannya yang masih penuh luka yang pastinya sangat menyakitkan sekarang ini.

"Maaf Tuan, izinkan saya mengetahui apa yang terjadi pada tuan sehingga tuan terluka seperti ini? tidak ada saksi seorangpun, hanya ada kepolisian yang tidak sengaja menemukan tubuh anda di dekat sungai dan membawanya ke rumah sakit ini." Mori tentunya sadar pasti terdapat suatu hal yang tidak beres terjadi pada pasien ini.

"hanya mencari kebebasan, apa salah?" tak masuk akal, jawaban sang pasien tidak lengkap, tidak jelas, juga sangat aneh sehingga susah untuk di pahami kedua tenaga medis ini.

TAKSA [Dazai Osamu, Bungo Stray Dogs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang