0.6

30 3 0
                                    

TAKSA [Dazai Osamu]

Kursi kayu tanpa penghuni diujung, deretan bingkai foto tanpa isi, serta perabot mewah berkilau menjadi teman kesunyian Dazai dalam menyantap makanannya. Dalam kesendirian yang ditemani dengan ributnya pikiran, anak berusia lima belas tahun sudah berada lebih dari belasan jam dalam rumah megah ini.

Setelah apa yang terjadi, Mori membawa sang anak pada rumah lain yang Ia miliki di Yokohama. Rumah yang jarang Ia singgahi bahkan hanya berisikan tukang kebun yang datang satu minggu sekali untuk membersihkan halaman. Selebihnya, rumah ini tak berpenghuni.

Dazai Osamu bosan berada disini, sudah cukup lama Ia menunggu sang Ayah datang, namun Ia tak kunjung mendengar bunyi ketukan pintu. Detik demi detik yang menimbulkan suara perpindahan jarum jam, Dazai menatap garis hitam tepat berada pada angka sepuluh malam. Ia menyudahi makan malamnya, beralih membawa piring yang telah menjadi kosong pada dapur. Dalam tiap langkah menuju dapur, deretan perabot dan ukiran dinding berhasil hadir dalam atensinya. Rumah ini sangat besar, terlampau besar jika hanya diisi oleh dirinya dan sang Ayah saja. Namun bagaimana pun juga, sepertinya kemegahan ini hanya dijadikan tempat singgah oleh sang Ayah kala berada di kota Yokohama.

Dazai mengambil gelas, mengisinya dengan air dan meminumannya dengan segera. Setelahnya, Ia kembali pada ruang makan. Duduk disana dan hanya diam mendengar deruan napas pribadi. Untuk anak seumurannya, tentu saja ini membosankan. Jadi Ia melirik, menatap gelapnya luar rumah pada jendela tinggi yang tak tertutup kain.

Detik berikutnya, rancangan kegembiraan mulai merayapi kepalanya. Dazai merasa rasa bosannya akan hilang jika Ia pergi keluar. Jadi tanpa mempedulikan ucapan sang Ayah untuk tak keluar rumah, Dazai segera membuka pintu megah dengan senyuman.

Yang pertama tampak pada pengelihatannya adalah halaman luas dengan berbagai warna serta jenis bunga, lalu yang pertama Dazai rasakan adalah udara sejuk yang alami tak seperti saat di dalam. Langkahnya kini dimulai, membawa tubuhnya pada luar halaman yang berarti sepenuhnya angkat kaki dari rumah.

Dengan alas kaki yang dibawanya dari rumah di Tokyo, Ia mulai melompat-lompat kecil seraya berjalan santai pada trotoar jalanan. Kaus putih pendek serta celana hitam pendek yang Ia kenakan, memberikan kesan seolah apa yang ada padanya mendukung kebahagiannya. Dazai memberhentikan langkahnya sengaja, mendongak dan menatap ke atas langit dimana kegelapan tampil disana. Senyumannya mulai hilang kala melihat awan serta bintang-bintang yang Ia harapkan tak ada di atas. Tak mau merusak suasana hati sendiri, Ia memilih melanjutkan langkahnya. Beberapa mobil berlalu lalang, menciptakan hembusan angin yang tak sengaja mengenainya. Dazai suka, sangat menyenangkan merasakan ini semua. Ketimbang apa yang Ia dapatkan di dalam rumah megah itu, kesederhanaan tanpa arti seperti ini justru membuatnya tersenyum kecil.

Sepatutnya remaja yang punya nyali, Dazai bahkan tak memikirkan bagaimana jika Ia tersesat dan tak bisa kembali pada rumah itu. Ia hanya berjalan, terus berjalan dan sesekali menyenandungkan irama tanpa lirik dalam bibirnya. Namun menit berikutnya, tetesan air terasa pada pangkal kepalanya. Dazai dengan bingung mulai menaikkan kedua tangannya, menyentuh kepalanya lalu menatap kembali pada langit.

Hujan. Benar-benar hujan. Bukannya panik, Dazai justru tertawa kecil seraya berlarian mencari tempat berteduh. Ia melihat sebuah kedai yang telah tutup beberapa langkah dari tempatnya. Tanpa pikir panjang, Ia segera meneduh didepan kedai tersebut. Tepat kala Ia sampai disana, air langit segera turun dengan tak sabaran membasahi tiap inci Yokohama. Dengan hanya bermodal lampu kecil yang hidup di depan kedai, Dazai setia menanti hujan deras itu mereda.

Ia menurunkan tubuhnya, memeluk kedua lutut seraya melihat cipratan air langit sampai pada tanah. Sepertinya ini benar-benar deras, Dazai mulai merasa tak nyaman. Namun Ia terus menunggu, menanti walau perasaannya gundah berpikir bahwa ini akan lama.

TAKSA [Dazai Osamu, Bungo Stray Dogs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang