0.4

52 4 0
                                    

Dazai membuka pintu, menuruni tangga dan mendapati meja makan sudah dipenuhi oleh beragam makanan tersaji hangat.

"Asal kau tahu, aku sudah lupa kapan terakhir kali membuat masakan sebanyak ini" Mori menuangkan sekotak susu dalam gelas bening.

"Aku tak meminta semua ini" Dazai duduk, dengan acuh segera meraih dan menyantap makanan yang ada didepan matanya.

Selama menyantap hidangan masing-masing, keheningan menyelimuti mereka. Ada yang ingin Mori bicarakan pada Dazai, tapi Ia sedikit ragu untuk dapat mengatakannya. Mori menghela napas, berhenti berdebat dengan batinnya dan memperhatikan orang dihadapannya.

"Dazai" Baiklah akan Mori bicarakan detik ini juga, "Sekolahlah, aku akan membiayaimu" Singkat Mori menatap pandang pada Dazai.

"Tidak" Penolakan singkat tanpa pikir panjang Dazai lontarkan pada lawan bicaranya.

"Kenapa? Aku hanya memintamu bersekolah"

"Justru itu masalahnya Mori-san" Jelas Dazai seraya mengakhiri kegiatan makannya dengan meminum segelas susu.

"Masalah?" Tanya Mori.

Dazai menghela napas, "Sekolah itu perlu bergaul, Aku malas" Dazai malas bersosialisasi, ada beberapa hal yang membuatnya enggan bersosialisasi lagi.

"Tidak usah bergaul, belajar saja" Bujuk Mori.

"tidak mau" tolaknya kekal pada pendirian.

Baiklah Mori tak bisa memaksa kehendak bocah di hadapannya ini. Ia berdiri, meraih peralatan makan yang telah menjadi kosong dan berjalan meletakkannya pada sebuah dishwasher. Mori kembali pada ruang makan, menatap kursi yang telah menjadi hampa tanpa penghuni disana.

"Dazai, Ikutlah aku bekerja!" Teriak Mori dari ruang makan kepada sang pemuda yang entah sedang menapakkan kaki dimana.

Tak perlu menanti balasan Ia tahu bahwa pemuda itu pasti mendengarkannya. Mori memasuki kamarnya, segera mempersiapkan diri juga memanaskan kendaraan. Ia juga meletakkan sebuah tas kedalamnya. Disusul dengan suara langkah kaki anggun yang terkesan terburu-buru bagaikan akan ditinggal.

Di pojok ruangan Dazai berdiri menunggu mobil dikeluarkan dari garasi. Ia tampak terlihat mengenakan celana panjang berwarna hitam juga kemeja putih yang Ia sisipkan kedalam celananya.

"Masuklah" Mori membuka kaca, mengayunkan tangannya sebagai isyarat untuk Dazai sudah dapat menaiki mobil.

Kini mobil mulai membelah jalanan kota dengan ritme yang pantas. Ramai pejalan kaki bertaburan bagai belatung yang menggeliati objek tak bergerak. Di dalam mobil, Mori menginjak rem untuk berhenti menghormati tiang kokoh yang menampilkan sinar berwarna merah.

"Dazai" Panggil Mori yang hanya dibalas lirikan sesaat. "Apa kau tahu kemana kita akan pergi?" Tanya Mori.

"Kantormu, Rumah sakit." Jawabnya tanpa mengalihkan pandang keluar jendela.

"Bukan" Mori melepas pijakannya pada pedal rem, kembali melajukan mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi menyalip banyaknya mobil lain.

Dazai mengernyitkan dahinya, bingung juga heran akan perilaku Mori yang tiba-tiba melajukan mobil dalam batas tak normal. Apa Mori tak takut pada kamera keamanan sekitar yang dapat melacak mobil juga kecepatan mengemudinya? terlebih dari itu, Dazai bukanlah orang bodoh. Ia tahu bahwa dari awal Mori tidak membawanya pada rumah sakit tempatnya biasa bekerja, Dazai menyadari itu sejak awal menatap Mori memasukan barang, Ia hanya membawa tas yang dapat Dazai yakini bahwa itu bukan berisi jas dokternya.

"Mori-san punya pekerjaan lain kan?" mencari mati, Dazai menyuarakan isi hatinya. Sebenarnya bisa saja Ia kabur dari rumah itu sejak awal dan menolak pergi bersama Mori seperti saat ini, namun Ia terlampau penasaran yang menjadikannya sekarang berada di dalam mobil terjebak bersama Mori.

TAKSA [Dazai Osamu, Bungo Stray Dogs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang